Klaster Gowa: Bukti Betapa Bahayanya Berkerumun pada Masa Wabah

Satu jamaah asal Balikpapan telah meninggal dunia

Makassar, IDN Times - Sebuah acara keagamaan bertajuk Ijtima Ulama Dunia Zona Asia sempat direncanakan bakal digelar di Desa Nirannuang, Kecamatan Bontomarannu, Kabupaten Gowa pada tanggal 19 hingga 22 Maret silam.

Acara tersebut menjadi bahan perbincangan masyarakat di media sosial lantaran digelar dalam masa wabah, serta seolah tak mengindahkan imbauan pemerintah agar tidak melakukan aktivitas yang mengundang kerumunan. Penyelenggaraan Ijtima Ulama Asia di Gowa memang sudah direncanakan jauh hari sebelum COVID-19 ditetapkan sebagai pandemik oleh Organisasi Kesehatan Dunia WHO.

Kendati akhirnya dibatalkan, acara tersebut menjadi salah satu titik merah penyebaran wabah COVID-19 dengan sebutan Klaster Gowa. Ribuan orang memang dilaporkan telah berkumpul di lokasi acara, sepekan sebelum acara diselenggarakan sesuai rencana.

1. Surat imbauan dari Pemkab Gowa dan Polda Sulsel sempat diterbitkan, namun tak ada tanda-tanda acara bakal dibatalkan kurang dari sepekan sebelum digelar

Klaster Gowa: Bukti Betapa Bahayanya Berkerumun pada Masa WabahLokasi Ijtima dunia zona Asia di Gowa, Rabu (18/3). (Dok IDN Times/Istimewa)

Hari Senin 16 Maret 2020, berselang dua pekan setelah pengumuman dua kasus positif coronavirus pertama di Indonesia dan dua hari setelah masyarakat diimbau membatasi aktivitas di luar rumah, Pemerintah Kabupaten Gowa melalui Sekretariat Daerah menerbitkan penyampaian agar acara Ijtima Ulama Asia di Kecamatan Bontomarannu ditunda.

"Berdasarkan arahan pak Bupati dengan dikeluarkannya surat edaran, maka semua kegiatan di Kabupaten Gowa untuk ditunda, termasuk Ijtima Asia ini," ungkap Sekda Gowa, H. Muchlis, dalam keterangan persnya. Surat edaran yang dimaksud terbit pada hari Senin 9 Maret, yakni pembatasan aktivitas masyarakat demi mencegah penyebaran virus corona.

Namun, yang terjadi selanjutnya ternyata berjalan alot. Meski sudah diminta agar ditunda, panitia Ijtima bersikeras tetap melanjutkan acara. Alasan utamanya, venue acara yang terletak di Desa Nirannuang sudah didatangi sekitar kurang lebih 10 ribu orang. Beberapa diantaranya sudah tiba dari jauh-jauh hari. Beberapa jemaah asal luar negeri bahkan telah berada di Gowa sejak dua hingga tiga hari sebelumnya.

Sementara itu, peserta terus berdatangan ke lokasi. Surat maklumat dari Polda Sulsel perihal imbauan penundaan yang terbit pada Rabu 18 Maret tak dihiraukan. "Sepertinya (terlaksana), info terakhir masih ada peserta yang bergerak masuk ke lokasi," kata Kepala Dinas Komunikasi Informatika Statistik dan Persandian Kabupaten Gowa. Arifuddin Saeni, pada IDN Times pada hari Rabu (18/3), sehari sebelum jadwal pembukaan kegiatan.

Sikap panitia juga sempat mendapat sorotan dari Gubernur Sulawesi Selatan, Nurdin Abdullah.

"Sebenarnya ini panitianya saya tidak mengerti. Kita sudah sampaikan jauh hari sebelumnya, setelah mulai peristiwa Wuhan itu, kita minta supaya pertemuan itu ditunda. Bahkan Bupati Gowa sendiri menolak kegiatan itu dilaksanakan di Gowa. Bahkan kami kemarin dengan seluruh Forkopimda bersama dengan Kapolda, Pangdam, memutuskan supaya kegiatan itu tidak ada, ditiadakan," katanya pada hari Rabu (18/3).

Larangan yang diterbitkan Polda Sulsel pun mental. Panitia, menurut Kabid Humas Polda Sulsel Kombes Pol Ibrahim Tompo, hanya mengikuti keputusan dari dewan syuro para jemaah.

2. Panitia inti memutuskan acara tersebut batal pada Kamis 19 Maret, setelah panitia dialog intensif dengan Jakarta yang ditindaklanjuti Bupati Gowa

Klaster Gowa: Bukti Betapa Bahayanya Berkerumun pada Masa WabahIjtima di Gowa. IDN Times/Polda Sulsel

Surat edaran dari dua instansi berwenang (Pemkab Gowa dan Polda Sulsel) telah terbit, namun belum tampak tanda-tanda acara tersebut akan berhenti. Akhirnya, upaya persuasi yang dilakukan sejumlah pihak, termasuk telepon langsung dari salah satu Menteri dari Jakarta, membuahkan hasil.

Kata sepakat disampaikan langsung oleh panitia inti acara sekaligus dewan syuro Ijtima Ulama Asia, Ustadz Abdurrahman, kepada Bupati Adnan pada Kamis 19 Maret dini hari, beberapa jam sebelum pembukaan acara Ijtima.

Helatan tiga hari tersebut memang resmi ditunda, namun para peserta yang mencapai ribuan orang masih harus menunggu jadwal kepulangan ke daerah masing-masing. Koordinasi pun langsung dilakukan oleh panitia Ijtima dan pemda setempat. Pemkab Gowa pun melakukan pemeriksaan kesehatan dan melakukan penyemprotan disinfektan di lokasi acara.

"Kita juga sepakat untuk mengisolasi sementara mereka di lokasi, sampai menyusun jadwal kepulangan masing-masing. Pemkab Gowa juga sudah mengirim tim kesehatan untuk memeriksa dan melakukan penyemprotan disinfektan dan Insya Allah kami lanjutkan lagi hari ini (Kamis)," ungkap Adnan dalam keterangan persnya.

Pada hari yang sama, pihak panitia mengonfirmasi pembatalan acara tersebut kepada para awak media.

"Melihat perkembangan saat ini dan berdasarkan anjuran dari pemerintah dalam rangka membatasi (mencegah) penyebaran virus corona maka dengan ini kami dari pelaksana ijtima, menyatakan menunda pelaksanaan ijtima," ujar Juru Bicara Ijtima Ali Yubra dalam pernyataan sikapnya.

Lebih jauh, pihak panitia pun telah mengambil sikap kooperatif dengan membatalkan kedatangan ulama-ulama asal Bangladesh dan Pakistan. Menurut Ali, keselamatan dan kesehatan peserta jauh lebih penting.

Berdasarkan kesepakatan dengan Gubernur Nurdin Abdullah dan Forkopimda Sulsel, para jemaah dikarantina di Kota Makassar. Dengan rincian jemaah asing dipindahkan ke Hotel Grand Sayang dan jemaah lokal di Asrama Haji Sudiang. Hal serupa juga dikatakan oleh Pemprov Sulsel melalui Nurdin Abdullah.

"Untuk meminimalisir interaksi peserta dengan warga sekitar, kami telah meminta pihak Kepolisian untuk mengisolasi para peserta agar tidak melakukan kontak dengan warga, selanjutnya kita akan mengantar mereka pulang ke pelabuhan dan bandara dengan pengamanan yang dibutuhkan," tulis Nurdin dalam akun Twitter-nya pada hari Rabu 18 Maret.

Pemulangan jemaah dilakukan secara berangsur-angsur mulai Kamis 19 Maret, sedang tenda-tenda jemaah mulai dibongkar pada Sabtu 21 Maret.

"Insya Allah dipastikan 23 Maret, medan ijtima sudah kosong. Ikut arahan pemerintah tetap. Tinggal pemulangan ini yang tidak mudah karena harus berjadwal kapal lautnya. (Mereka) tetap di lokasi ikut dengar ceramah-ceramah," ujar salah satu panitia ijtima, Mustari Burhanuddin kepada jurnalis saat dikonfirmasi pada hari Kamis (19/3).

Baca Juga: Papua Deteksi Dua Pasien Positif COVID-19 dari Klaster Ijtima Gowa

3. Kota Balikpapan, Kalimantan Timur, melaporkan kasus virus corona pertama terkait Klaster Gowa

Klaster Gowa: Bukti Betapa Bahayanya Berkerumun pada Masa WabahWali Kota Balikpapan Rizal Effendi saat jumpa pers pada 6 April 2020 (IDN Times/Hilmansyah)

Kurang dari sepekan setelah acara Ijtima Ulama Dunia Zona Asia dibubarkan, satu per satu laporan mulai berdatangan dari provinsi perihal jemaah yang baru kembali ternyata positif terinfeksi virus corona. Terciptalah sebuah klaster baru: Klaster Gowa.

Pada hari Minggu 29 Maret, Pemerintah Kota Balikpapan, Kalimantan Timur melaporkan kasus kematian pertama akibat wabah COVID-19. Sempat diisolasi di RSUD Dr. Kanujoso Djatiwibowo Balikpapan sejak 20 Maret 2020, almarhum meninggal pada Minggu 29 Maret sekitar pukul 12.00 WITA.

Di hari Kamis 2 April, Gugus Tugas Penanganan COVID-19 Kabupaten Jayapura mengonfirmasi bahwa dua warganya yang baru saja kembali dari Gowa dinyatakan positif mengidap COVID-19.

Pada Sabtu 4 April, jumlah kasus positif Klaster Gowa bertambah. Satu orang di Kabupaten Kotawaringin Timur (Kalimantan Tengah) dan satu lainnya di Kota Mataram (Nusa Tenggara Barat).

Selanjutnya Senin 6 April, menyusul dua jemaah asal Kalimantan Utara dan satu orang di Kaupaten Barito Timur (Kalimantan Tengah) yang masuk dalam daftar Klaster Gowa.

Lalu pada Jumat 10 April silam. Provinsi Gorontalo melalui Gubernur Rusli Habibie melaporkan kasus coronavirus pertama di wilayahnya. Yang memprihatinkan, warga yang diketahui berasal dari Kabupaten Bone Bolango tersebut ternyata tak melaporkan diri ke pihak berwenang begitu tiba di kediamannya.

Jumlah Klaster Gowa terus menanjak. Yang terbaru pada Minggu 12 April kemarin, Kabupaten Pohuwato (Gorontalo) melaporkan lima jemaah yang berstatus positif.

Ini masih jumlah jemaah yang diketahui memiliki riwayat perjalanan atau baru saja pulang dari Gowa. Belum menghitung mereka warga berstatus Orang Dalam Pemantauan (ODP), Pasien Dalam Pengawasan (PDP) dan yang dikonfirmasi positif setelah melakukan kontak langsung.

4. Pasien asal Klaster Gowa bahkan turut dilaporkan oleh pemerintah Thailand

Klaster Gowa: Bukti Betapa Bahayanya Berkerumun pada Masa WabahSeorang pria memakai masker saat berjalan melewati grafiti di tengah meluasnya penularan virus corona di Bangkok, Thailand, pada 26 Maret 2020. ANTARA FOTO/REUTERS/Jorge Silva

Klaster Gowa sendiri mendapat perhatian dari beberapa negara Asia Tenggara. Sebelumnya ada ajang serupa yang digelar di Masjid Petaling Kuala Lumpur pada 27 Februari hingga 1 Maret silam.

Masjid yang menjadi pusat jemaah tabligh Negeri Jiran tersebut ditetapkan sebagai zona merah oleh pemerintahan Perdana Menteri Muhyiddin Yassin. Alasannya, 40% dari seluruh kasus COVID-19 di Malaysia diketahui terkait acara tersebut.

Tak ingin kecolongan dua kali, pemerintah Malaysia memperketat pengawasan di perbatasan. Pada Senin 23 Maret, kepolisian distrik Tawau di negara bagian Sabah mengamankan 12 warganya yang hendak memasuki wilayah Malaysia menggunakan perahu. Mereka semua diketahui berangkat dan pulang dari Gowa menggunakan jalur laut.

Sedangkan pada Rabu 8 April silam, pemerintah Thailand melaporkan sebanyak 42 warganya terinfeksi virus corona. Padahal, larangan bepergian telah dikeluarkan oleh organisasi agama setempat setelah bercermin dari peristiwa serupa yang terjadi di Malaysia.

"Kami sudah mengeluarkan pernyataan bahwa pertemuan itu harus dihentikan karena bisa menyebarkan virus," ungkap Wisut Binlateh, Kepala Kantor Sheikhul Islam di Thailand bagian selatan, seperti dikutip dari Khaosod English. "Para pemimpin kelompok-kelompok ini biasanya setuju, tapi ada orang-orang yang lebih taat mungkin tak bisa menerima jika tak boleh berangkat."

Menurut Kantor Imigrasi Kelas 1 Makassar, rombongan asal Thailand dalam acara tersebut diketahui mencapai 217 orang. Angkanya paling banyak ketimbang para jemaah dari negara-negara luar lainnya yang totalnya sekitar 400 orang.

Baca Juga: 67 Peserta Ijtima Gowa Diisolasi di Asrama Haji Gorontalo

Topik:

  • Irwan Idris

Berita Terkini Lainnya