TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Jalan Panjang Aidha Ayu Lestari Jadi Atlet Panahan Terbaik di Sulsel

Aidha rutin berlatih sepulang bekerja di rumah sakit

Aidha Ayu Lestari, atlet panahan asal Sulsel. IDN Times/Asrhawi Muin

Makassar, IDN Times - "Jangan lelah untuk bermimpi." Begitu kata Aidha Ayu Lestari, atlet panahan asal Sulawesi Selatan (Sulsel) saat berbincang dengan IDN Times, Jumat (24/4/2021) di Makassar.

Aidha bukanlah nama baru dalam kancah olahraga panahan. Di usianya yang masih muda, dia telah mencatatkan kiprah mentereng dengan berkali-kali membawa nama daerahnya di perlombaan tingkat nasional.

Luar biasanya, selain sebagai atlet panahan, Aidha juga bekerja sebagai tenaga kesehatan di RSKD Gigi dan Mulut Provinsi Sulawesi Selatan. 

Pada pukul 07.15 - 14.00 WITA setiap hari kerja, perempuan kelahiran Balikpapan, 10 Juni 1992 itu menunaikan tugas sebagai administrator laboratorium radiologi. Sepulang kantor, barulah dia latihan panahan mulai pukul 15.00 - 18.00 WITA.

"Libur latihan hari jumat dan minggu," katanya.

1. Bakat olahraga panahan menurun dari sang ayah

Aidha Ayu Lestari, atlet panahan asal Sulsel. IDN Times/Asrhawi Muin

Aidha menceritakan, dirinya mulai menyukai panahan sejak duduk di bangku kelas 3 SMP. Kecintaannya di dunia olahraga itu tidak terlepas dari pengaruh ayahnya, H Suherman, yang juga menggeluti olahraga yang sama.

"Suka olahraga panahan itu sejak kelas 3 SMP tahun 2005/2006. Awalnya selalu temani ayah latihan. Sampai bilang ke ayah sekarang saya yang temani ayah latihan, tapi nanti ada waktunya ayah yang latih dan temani saya latihan," kata Aidha.

Dia mengaku senang dengan olahraga panahan. Sebab menurutnya, olahraga ini mampu melatih kesabaran dan konsentrasi tinggi. "Karena saya orangnya tidak sabaran. Dari olahraga ini saya belajar artinya sabar."

Bagi Aidha, musuh terbesar dalam olahraga panahan adalah diri sendiri, emosi dan kesabaran. "Kalau tembak dalam keadaan emosi, perkenaannya pasti kacau," katanya.

2. Mendirikan klub untuk mengembangkan olahraga panahan

Anggota klub panahan yang didirikan Aidha Ayu Lestari berlatih di Wisma Negara CPI Makassar, Sabtu (24/4/2021). IDN Times/Asrhawi Muin

Sekitar tahun 2015, Aidha mendirikan klub olahraga panahan di mana dia sendiri menjadi pelatih. Selain dia, ada juga beberapa atlet panahan senior yang melatih di klub itu. 

Klub itu bernama Makassar Archery Club (MAC). Mereka biasanya latihan di samping Wisma Negara CPI di kawasan Pantai Losari.

"Jadi untuk kembangkan panahan di Sulsel, saya buka klub panahan. Dari anak SD sampai yang sudah tua pun ada. Jadi anggotanya itu kalau hadir semua sekitar 20 orang," kata Aidha.

Menariknya, klub panahan ini juga beranggotakan penyandang disabilitas. Menurut Aidha, cacat fisik tak menghalangi mereka untuk tetap berlatih panahan. 

"Yang cacat pakai kursi roda. Jadi di klub yang saya bikin tidak pandang yang normal atau disabilitas. Semua sama," katanya.

Motivasi terbesar Aidha mendirikan klub ini karena dia ingin memperkenalkan olahraga panahan di kalangan umum. Karena selama ini, panahan hanya digeluti oleh beberapa keluarga secara turun-temurun.

Untuk itu, dia mengajak siapapun yang ingin bergabung bisa langsung datang ke lokasi latihan. "Datang ke lapangan. Nanti registrasi di sana. Kita siapkan alat juga untuk coba-coba," jelasnya.

Baca Juga: Ni Putu Dewi, Penjaga Marwah Persidangan di Sulawesi Selatan

3. Bagi Aidha, perempuan millennial harus kuat

Anggota klub panahan yang didirikan Aidha Ayu Lestari berlatih di Wisma Negara CPI Makassar, Sabtu (24/4/2021). IDN Times/Asrhawi Muin

Menurut Aidha, menjadi atlet panahan sangat menyenangkan karena bisa memiliki banyak teman dari seluruh kalangan. "Dan kalau berprestasi, alhamdulillah bisa ke mana-mana lihat daerah orang-orang untuk bertanding," kata dia.

Tantangan terbesar yang dirasakan sekarang, yaitu kesulitan membagi waktu antara pekerjaan dan latihan memanah. Namun itu bukan alasan baginya untuk berhenti dari olahraga yang melambungkan namanya.

Aidha pun berbagi tips untuk semua perempuan millennial di mana pun berada. Dia menekankan sikap untuk tidak mudah menyerah. Jika terjatuh, maka bangkit secepat mungkin sampai mimpi itu menjadi nyata.

"Saya masih jauh dari apa yang ibu Kartini lakukan. Saya cuma memiliki kemauan yang besar untuk bangkitkan semangat perempuan. Gunakan kekuatan perempuan secara maksimal. Mindset-ku selalu berpikir perempuan sekarang sudah setara dengan laki-laki. Perempuan itu harus mandiri," kata Aidha.

Baca Juga: Hirah Sanada, Seniman Muda Makassar yang Menggugat Stereotip Gender

Berita Terkini Lainnya