Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
IDN Ecosystem
IDN Signature Events
For
You

6 Fase Emosi yang Dirasakan Sehari Setelah Pengumuman SNBT

ilustrasi orang membuka pengumuman SNBT (pexels.com/Andrea Piacquadio)
ilustrasi orang membuka pengumuman SNBT (pexels.com/Andrea Piacquadio)

Hasil SNBT adalah salah satu momen yang paling ditunggu sekaligus ditakuti oleh para pejuang kampus impian. Setelah berjuang keras selama berbulan-bulan, 24 jam setelah pengumuman bisa jadi terasa sangat emosional.

Setiap orang punya reaksi yang berbeda-beda. Ada yang menangis bahagia, ada juga yang diam berjam-jam sambil menatap hasil di layar. Fase-fase ini wajar banget, dan bisa datang silih berganti meski kamu sudah mencoba tetap tenang. Yuk, kita kenali satu per satu fase emosional yang sering dialami sehari setelah hasil SNBT keluar.

1. Euforia atau kaget

ilustrasi orang membuka pengumuman SNBT (pexels.com/Andrea Piacquadio)
ilustrasi orang membuka pengumuman SNBT (pexels.com/Andrea Piacquadio)

Reaksi pertama setelah membuka halaman pengumuman SNBT, kamu bisa jadi langsung senyum lebar karena lolos ke kampus impian, atau justru terdiam karena gak percaya sama hasil yang muncul. Reaksi ini seringkali bukan sedih atau senang dulu, tapi kaget dan bingung.

Beberapa orang bahkan sampai nge-refresh halaman berkali-kali, takut salah lihat atau salah baca. Entah hasilnya sesuai ekspektasi atau enggak, tubuh dan pikiranmu butuh waktu untuk memprosesnya. Bahkan ada yang butuh berjam-jam hanya untuk benar-benar percaya dengan hasil SNBT-nya sendiri.

2. Menangis senang atau menangis sedih

ilustrasi orang menangis (pexels.com/MART PRODUCTION)
ilustrasi orang menangis (pexels.com/MART PRODUCTION)

Air mata adalah reaksi yang paling jujur dan spontan saat hasil SNBT keluar. Kalau kamu menangis karena keterima, itu wajar banget! Karena semua perjuanganmu, begadang, les tambahan, stres ujian, akhirnya terbayar. Kamu merasa lega dan haru karena usaha panjangmu punya hasil nyata.

Tapi buat yang hasilnya belum sesuai harapan, nangis juga bukan tanda kamu lemah, kok! Justru itu bentuk validasi bahwa kamu sudah berjuang keras, dan kecewa adalah hal yang sangat manusiawi. Kadang bukan cuma karena gagal, tapi karena takut mengecewakan orang tua atau diri sendiri. Nangis boleh, asal jangan berhenti di situ.

3. Overthinking

ilustrasi orang overthinking (pexels.com/KATRIN BOLOVTSOVA)
ilustrasi orang overthinking (pexels.com/KATRIN BOLOVTSOVA)

Setelah menangis, senyum, atau kaget, biasanya kepala langsung penuh dengan pertanyaan. Buat yang lolos, mulai muncul kekhawatiran baru, entah itu mempertanyakan kecocokan dengan jurusan yang dipilih atau khawatir tentang adaptasi di kampus nanti. Kekhawatiran setelah lolos itu memang nyata adanya, dan nggak sedikit juga yang malah jadi bingung sendiri.

Buat yang belum lolos, overthinking-nya beda lagi. Pikiran langsung lompat ke plan B, seperti jalur mandiri mana yang akan diikuti, memilih gap year atau kuliah di kampus swasta, atau justru overthinking apakah orang tua bakal kecewa atau tidak. Semua pikiran ini bisa numpuk dan bikin stres, padahal kamu butuh istirahat. Overthinking adalah bagian dari proses, tapi jangan biarkan overthinking menguasaimu.

4. Butuh validasi

ilustrasi ibu dan anak (pexels.com/cottonbro studio)
ilustrasi ibu dan anak (pexels.com/cottonbro studio)

Setelah melihat hasil, banyak yang langsung buka grup kelas, nge-chat teman, atau update story. Tujuannya untuk merasa gak sendirian. Kamu pengin tahu siapa aja yang lolos, siapa yang bernasib sama, dan siapa yang bisa jadi tempat cerita. Validasi dari lingkungan sekitar bisa jadi penenang sementara.

Kamu juga mungkin langsung cari reaksi dari orang tua. Apakah mereka bangga? Kecewa? Atau netral? Beberapa orang merasa lega saat orang tuanya tetap bangga walau belum lolos, tapi ada juga yang merasa makin terbebani. Kalau belum siap cerita ke siapa-siapa, gak apa-apa juga. Ambil waktu sendiri dulu sampai kamu siap membuka diri.

5. Membandingkan diri dengan orang lain

ilustrasi orang belajar (pexels.com/Photo By: Kaboompics.com)
ilustrasi orang belajar (pexels.com/Photo By: Kaboompics.com)

Saat semua orang mulai update hasil, fase ini seringkali datang diam-diam. Kamu mulai membandingkan dirimu dengan teman yang kamu anggap biasa-biasa aja tapi ternyata lolos, sementara kamu yang merasa sudah maksimal malah belum berhasil. Rasanya nyesek, kayak gak adil.

Fase ini bisa memicu rasa minder, kecewa, dan kehilangan percaya diri. Tapi ingat ya, hasil SNBT bukan cerminan utuh dari kemampuanmu. Banyak faktor yang memengaruhi, dan satu kegagalan tidak mendefinisikan masa depanmu. Setiap orang punya waktunya sendiri, termasuk kamu.

6. Menerima dan mulai membuat ulang rencana kehidupan

ilustrasi orang menulis (pexels.com/Ron Lach)
ilustrasi orang menulis (pexels.com/Ron Lach)

Setelah semua emosi reda, kamu mulai bisa berpikir lebih jernih. Buat kamu yang belum berhasil, inilah saatnya menyusun ulang arah tanpa menyalahkan diri sendiri. Kamu mulai browsing jalur mandiri, mempertimbangkan kampus swasta, atau menimbang untuk gap year sambil mengasah skill. Rasa kecewa itu wajar kok, tapi jangan biarkan dia menghalangi langkahmu berikutnya.

Sementara itu, buat kamu yang lolos, fase ini juga penting karena hidup nggak langsung jadi tenang setelah diterima. Justru sekarang kamu mulai berpikir soal adaptasi di kampus baru, biaya hidup, tugas, dan pergaulan baru yang menunggu di depan mata. Perasaan senang mulai berganti dengan rasa tanggung jawab dan kesiapan mental buat masuk ke dunia yang benar-benar baru. Tapi ingat, kamu berhasil karena kamu pantas. Nikmati hasil jerih payahmu, sambil pelan-pelan bersiap menghadapi babak kehidupan selanjutnya.

Apapun hasil SNBT-mu, kamu tetap layak untuk bangga pada dirimu sendiri. Gagal di satu tempat bukan berarti gagal selamanya. Bisa jadi, kamu justru sedang diarahkan ke jalan lain yang lebih cocok dan berharga untuk kamu jalani. Semangat, ya!

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Aan Pranata
EditorAan Pranata
Follow Us