Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
IDN Ecosystem
IDN Signature Events
For
You

Cerita Ibunda Aliah Sakira: Perjuangan Sang Putri Berbuah Kebanggaan

Aliah Sakira, siswi SMA Negeri 14 Makassar asal Sulawesi Selatan, yang mendapat kepercayaan sebagai pembawa baki Sang Merah Putih
Aliah Sakira, siswi SMA Negeri 14 Makassar asal Sulawesi Selatan, yang mendapat kepercayaan sebagai pembawa baki Sang Merah Putih (IDN Times/Ilman Nafi'an)
Intinya sih...
  • Aliah Sakira melewati seleksi berjenjang untuk menjadi Paskibraka Nasional
  • Ibunda Aliah terharu melihat putrinya bertugas di Istana Negara
  • Kepercayaan ibunda dan harapan untuk tetap fokus pada pendidikan setelah tugas sebagai Paskibraka Nasional
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Makassar, IDN Times - Aliah Sakira telah mencatat sejarah bagi Sulawesi Selatan. Siswi SMAN 14 Makassar itu dipercaya sebagai pembawa baki pada upacara penurunan bendera Merah Putih dalam peringatan Hari Ulang Tahun (HUT) ke-80 Kemerdekaan Republik Indonesia di Istana Negara, Jakarta, Minggu, 17 Agustus 2025.

Aliah tidak membayangkan kesempatan itu datang dan menjado momen paling berharga dalam hidupnya saat ini.

“Hari ini mendapat kesempatan dan tanggung jawab yang besar, untuk menurunkan Sang Saka Merah Putih. Rasanya sangat bangga bisa sampai tahap ini,” kata Aliah seperti dikutip dari akun IG Mustika Ratu.

1. Ujian berat di awal seleksi

Aliah Sakira, siswi SMA Negeri 14 Makassar asal Sulawesi Selatan, yang mendapat kepercayaan sebagai pembawa baki Sang Merah Putih
Aliah Sakira, siswi SMA Negeri 14 Makassar asal Sulawesi Selatan, yang mendapat kepercayaan sebagai pembawa baki Sang Merah Putih (IDN Times/Ilman Nafi'an)

Aliah Sakira lahir di Makassar, 1 Oktober 2008, putri dari Djabbar B dan Azmach Febriany. Dari rilis resmi yang dibagikan Badan Pembina Ideologi Pancasila (BPIP), perjalanan Aliah menuju posisi prestisius sebagai Paskibraka Nasional tidaklah mudah. Ia harus melalui seleksi berjenjang, mulai dari tingkat sekolah, kota, provinsi, hingga nasional.

Salah satu ujian terberat datang saat hari pertama seleksi di tingkat provinsi. Saat itu, kakeknya wafat. "Ini pukulan terbesar dan Aliah sangat tegar sampai menyelesaikan seleksi hari pertama," ujar Azmach Febriany, ibunda Aliah.

2. Kesan Ibunda Aliah

Aliah Sakira, siswi SMA Negeri 14 Makassar asal Sulawesi Selatan, yang mendapat kepercayaan sebagai pembawa baki Sang Merah Putih
Aliah Sakira, siswi SMA Negeri 14 Makassar asal Sulawesi Selatan, yang mendapat kepercayaan sebagai pembawa baki Sang Merah Putih (IDN Times/Ilman Nafi'an)

Setelah lolos seleksi provinsi, Aliah bergabung dengan lima rekan lainnya sebagai utusan Sulawesi Selatan. Mereka dilepas secara simbolis oleh Gubernur Sulawesi Selatan, Andi Sudirman Sulaiman, pada 23 Juni lalu. Dalam kesempatan itu, Gubernur menitipkan pesan agar para calon Paskibraka menjaga kekompakan dan membawa nama baik daerah di tingkat nasional.

Azmach Febriany mengaku tidak bisa menahan haru ketika pertama kali melihat putrinya bertugas di Istana. “Pas ketemu tadi, dia hanya menangis. Setelah lebih dari satu bulan tidak bertemu dan tidak berkomunikasi sama sekali, rasanya luar biasa. Saat melihat langsung ia membawa baki, tidak bisa dideskripsikan dengan kata-kata,” ucapnya.

3. Perjuangan panjang Aliah

Aliah Sakira, siswi SMA Negeri 14 Makassar asal Sulawesi Selatan, yang mendapat kepercayaan sebagai pembawa baki Sang Merah Putih
Aliah Sakira, siswi SMA Negeri 14 Makassar asal Sulawesi Selatan, yang mendapat kepercayaan sebagai pembawa baki Sang Merah Putih. Dok. IDN Times/BPMI

Info Aliah menjadi pembawa baki sore baru diketahuinya sesaat setelah mengambil undangan. "Tadi pagi, setelah mengambil undangan. Gak nyangka pastinya, kayak mau memastikan saat sore aja pas liat langsung," tambahnya.

Bahwa perjuangan panjang itu menjadi kebanggaan tidak hanya bagi keluarga, tetapi juga bagi masyarakat Sulawesi Selatan. “Di mana pun posisi Aliah ditempatkan, kami sudah sangat bangga. Apalagi sampai membawa baki, itu sesuatu yang tak bisa dideskripsikan lagi,” tuturnya.

Selama mendampingi putrinya mengikuti proses seleksi dan pelatihan, Azmach lebih banyak memberikan dukungan mental. “Kami tidak pernah menekan, hanya minta dia tunjukkan yang terbaik. Jangan cepat berbangga hati, tetap rendah diri di keadaan apa pun. Dukungan materi juga tentu ada, tapi yang utama adalah mental,” katanya.

4. Kepercayaan yang dibayar penuh

ilustrasi paskibra (unsplash.com/Royhan Firdaus)
ilustrasi paskibra (unsplash.com/Royhan Firdaus)

Meski sesekali khawatir dengan beban tanggung jawab besar di usia muda, Azmach percaya putrinya mampu. “Saya tahu dia pribadi yang bertanggung jawab. Sejak kecil ia sudah terbiasa menjaga adik-adiknya, jadi saya yakin ia bisa diberi tanggung jawab sebesar ini,” ujarnya.

Menurut Azmach, momen ini bukan hanya bersejarah bagi keluarga, tetapi juga menjadi inspirasi bagi anak-anak muda Sulawesi Selatan. “Pesan saya, jangan pernah menyerah. Percaya pada kemampuan diri sendiri, berusaha, dan yakin. Aliah adalah contoh bahwa anak-anak Sulsel juga bisa dilirik di tingkat nasional,” ucapnya.

Saat ini, Aliah masih duduk di kelas XI. Sang ibu berharap ia tetap rendah hati dan kembali fokus pada pendidikan setelah selesai menjalankan tugas sebagai Paskibraka Nasional. “Selanjutnya, biarlah Aliah melanjutkan sekolah dulu. Kalau ke depan dia mau mendaftar ke Akademi Kepolisian, kami hanya bisa mendukung dan mensupport,” kata Azmach.

Bagi keluarga, momen ini menjadi tonggak penting yang tidak hanya mengangkat nama sekolah, tetapi juga memberi teladan bagi generasi muda di Sulawesi Selatan. “Ini adalah kebanggaan sekaligus panutan bagi adik-adik kelasnya untuk tidak pernah menyerah,” pungkas Azmach.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Irwan Idris
EditorIrwan Idris
Follow Us