Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
IDN Ecosystem
IDN Signature Events
For
You

5 Bentuk Kemerdekaan yang Gak Pernah Dibahas di Buku Sejarah

ilustrasi merasa merdeka (pexels.com/Yusuf Timur Çelik)
ilustrasi merasa merdeka (pexels.com/Yusuf Timur Çelik)

Perayaan hari kemerdekaan selalu identik dengan upacara, pengibaran bendera, atau cerita perjuangan para kusuma bangsa. Tapi, zaman terus berkembang, dan arti kemerdekaan mengalami perluasan. Di luar dari pelajaran sejarah di bangku sekolah, ada banyak bentuk kebebasan yang tidak kalah krusial.

Bukan berarti kegigihan para pahlawan dilupakan, tapi hari ini, kita sadar, kita melawan hal-hal yang bersifat personal. Berikut lima kemerdekaan, yang barangkali tidak tertera di buku sejarah, tapi layak untuk kamu perjuangkan.

1. Merdeka dari ekspektasi sosial

ilustrasi merasa merdeka (pexels.com/Cahyo Rizki Pramudya)
ilustrasi merasa merdeka (pexels.com/Cahyo Rizki Pramudya)

Hidup di tengah tuntutan keluarga, juga omongan tetangga, membuat pening yang ada di kepala, terasa makin menyiksa. Rasa-rasanya, semua orang berhak untuk mengomentari kehidupanmu. Mulai dari soal pekerjaan, gaji, atau bahkan kapan kamu akan melangsungkan pernikahan.

Kemerdekaan sejati, dapat kamu raih ketika kamu tidak terbebani dengan hal-hal semacam itu. Ketika kamu menjalani hari sesuai dengan pilihanmu, bukan malah berusaha untuk menyenangkan semua orang. Iya, itu bukan egois, tapi kamu sadar akan arah dan tujuan hidupmu.

2. Merdeka dari rasa bersalah ketika memberi jeda

ilustrasi merasa merdeka (pexels.com/Ds babariya )
ilustrasi merasa merdeka (pexels.com/Ds babariya )

Di tengah budaya yang selalu mengedepankan produktifitas, rehat sejenak seringkali dianggap sebagai hal yang memalukan. Tidur siang dikira pemalas, rebahan sebentar dikira suka berleha-leha, dan sama sekali tidak punya jiwa ambisius. Padahal, tubuh memang butuh istirahat.

Merdeka adalah kamu tidak perlu menaruh ragu untuk mengambil jeda. Ketika kamu paham kapan harus begerak dan kapan mesti berhenti, kamu tengah menghargai dirimu sendiri.

3. Merdeka dari rasa takut gagal

ilustrasi merasa merdeka (pexels.com/ROMAN ODINTSOV)
ilustrasi merasa merdeka (pexels.com/ROMAN ODINTSOV)

Tidak bisa dipungkiri memang, kegagalan itu adalah momok yang akan senantiasa menghantui pikiran. Bahkan, seringkali dianggap sebagai aib yang mesti ditutup rapat-rapat. Padahal, tidak sedikit orang sukses hari ini, mesti menemui kegagalan yang pahitnya sangat nyelekit.

Ketika kamu melihat kegagalan sebagai pijakanmu untuk bangkit kembali, artinya kamu sudah merdeka atas ketakutanmu. Iya, ini bukan omong kosong belaka. Sebab itu bukti nyata, bahwa kamu berhasil memegang kendali atas dirimu sendiri.

4. Merdeka dari ketergantungan digital

ilustrasi merasa merdeka (pexels.com/Alfin Auzikri )
ilustrasi merasa merdeka (pexels.com/Alfin Auzikri )

Scrolling tanpa henti, dari pagi hingga dini hari. Ketika ketinggalan update sedikit saja, kamu langsung panik dan waspada. Tanpa sadar, kamu terpaku dan terbuai oleh algoritma.

Merdeka artinya kamu punya kesadaran, bahwa dunia maya itu bukan segalanya. Saat kamu bisa berlepas diri dari kehausan akan pengakuan dan validasi, itu merupakan indikasi yang kuat, bahwa kamu telah menang atas jiwamu sendiri.

5. Merdeka dari luka lama

ilustrasi merasa merdeka (pexels.com/Yusuf Timur Çelik)
ilustrasi merasa merdeka (pexels.com/Yusuf Timur Çelik)

Kadang, yang bikin hidupmu berat bukanlah dunia luar, tapi apa yang dalam pikiranmu. Entah luka masa lalu yang belum sembuh, atau luka lama yang kembali menganga. Semua itu dapat menjadi beban yang tidak nampak secara langsung.

Melepaskan bukan berarti melupakan, tapi itu adalah bentuk keberanian, bahwa kamu mengambil keputusan. Saat kamu berdamai dengan dirimu sendiri, dan melangkah maju, itu merupakan kemerdekaan. Kemerdekaan untuk meraih ketenangan.

Pada akhirnya, kemerdekaan itu tidak sekadar sebuah negara yang berhasil melepaskan dirinya dari belenggu penjajahan. Tapi bagaimana kamu, dapat mengalahkan segudang masalah yang datang silih berganti, untuk menguji keteguhanmu. Tidak ada angkat senjata dan bunyi meriam, tapi perjuanganmu nyata, dan kamulah sang pejuang itu.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Aan Pranata
EditorAan Pranata
Follow Us