TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Mengenal Beberapa "Pemmali", Pantangan Hidup Masyarakat Sulsel

Ada yang sering mendengarnya sehari-hari?

adat-tradisional.blogspot.com

Pantangan bersikap atau perilaku sehari-hari dapat ditemukan di berbagai penjuru dunia. Pada kepercayaan Inggris, ada kata "Jinx" yang mengandung makna "perbuatan atau benda-benda tertentu pembawa nasib sial bagi seseorang".

Kendati Kamus Besar Bahasa Indonesia belum memasukkan entri "Pamali", kata "Tabu" acapkali dipakai lantaran maknanya hampir serupa dengan pantangan, larangan, atau lain sebagainya.

Masyarakat Sulawesi Selatan, terkhusus Bugis-Makassar, juga memiliki nilai-nilai "Pemmali"-nya sendiri. Tradisi ini bertindak sebagai pembentuk pribadi sekaligus budi pekerti di lingkungan keluarga hingga masyarakat. Berikut beberapa di antaranya.

Baca Juga: Mau Sukses? Ini 7 Falsafah Hidup Orang Makassar yang Bisa Kamu Tiru

1. Mengucap kata "Balawo"

joelsartore.com

Pantangan ini erat dengan kehidupan para petani sehari-hari. Dalam bahasa Bugis, "Balawo" berarti "Tikus", musuh utama mereka menuju masa panen. Dipercaya, menyebut kata tersebut akan berujung sial sebab sawah yang bersangkutan bakal mengalami hama.

Sebagai gantinya, jika terpaksa berbicara perihal tikus, masyarakat memilih kata-kata rujukan lebih halus yakni "Punna Tanah" (Yang menguasai tanah) atau para binatang yang menggantungkan hidup di daratan.

2. Menyisakan makanan

foto Pribadi

Sebagian besar orang tua masyarakat Bugis tidak mengizinkan anak-anaknya menyisakan makanan alias mubazir. Aturan ini pun diterapkan lumayan ketat. Secara adat ataupun agama, perbuatan ini memang tidak terlarang dianggap serupa dengan membuang-buang rezeki pemberian Yang Maha Kuasa.

Hal hampir serupa juga berlaku dengan larangan meninggalkan makanan yang dihidangkan. "Pemmali saleiwi inanre iyarega uwae pella iya puraE ipatala nasabaq mabisai nakenna abalaq" artinya dilarang meninggalkan makanan atau minuman yang sudah dihidangkan karena bisa mengundang bencana.

3. Duduk di atas bantal

aquapaisleystudio.com

Duduk di atas bantal dipercaya bisa membuat pantat terkena bisul. Namun, lebih banyak yang yakin jika pantangan ini muncul demi "menyelamatkan" bantal dari kerusakan akibat digunakan tidak dalam fungsi semestinya. 

Lebih jauh, bantal yang diduduki bisa saja kemudian kotor alias tidak higienis. Kesehatan para pemakainya pun bisa terpengaruh. Cukup masuk akal, ya?

4. Bertopang dagu

bridgemi.com

Salah satu perkataan orang tua adalah "Pemmali mattula bangi tauwe nasabaq macilakai" (Dilarang bertopang dagu sebab bakal sial). Gestur ini menunjukkan sikap malas sebab hanya bisa berpangku tangan.

Orang dengan sifat culas hidupnya dipercaya dihiasi kesulitan. Nasib sial datang akibat tak mampu mendapat kerja layak. Tak mampu memenuhi kebutuhan sehari-hari berujung pada hidup sengsara.

5. Menggantung sarung di leher

www.sarungatlas.co.id

Sarung adalah bagian dari busana tradisional lelaki Bugis-Makassar, entah sekadar pakaian sehari-hari atau untuk acara-acara tertentu. Sarung pun tak lepas dari Pemmali yakni "Diappemmaliangngi gattung lipa ri ellongnge’, mate maddarai tewwe" (Dilarang menggantung sarung pada leher karena biasanya orang akan mati berdarah).

Sebagian antropologis menyebut jika hal ini erat kaitannya dengan peperangan pada masa kerajaan masih eksis. Menggantung sarung di leher bisa dimanfaatkan oleh musuh untuk menyerang.

Baca Juga: Unik! Suku Bugis Mengenal 5 Jenis Gender, Apa Saja?

Berita Terkini Lainnya