Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
IDN Ecosystem
IDN Signature Events
For
You

5 Hal yang Membuat Kamu Sulit Fokus, Bukan Cuma Distraksi

illustrasi sulit fokus (pexels.com/Kampus Production)
illustrasi sulit fokus (pexels.com/Kampus Production)

Fokus adalah kemampuan kognitif yang sangat penting, terutama di tengah rutinitas yang menuntut produktivitas tinggi. Sayangnya, meskipun seseorang sudah mencoba menjauh dari berbagai distraksi eksternal seperti ponsel atau suara bising, tetap saja rasa sulit fokus bisa datang tanpa alasan yang jelas. Dalam banyak kasus, penyebabnya justru berasal dari dalam diri sendiri, bukan sekadar gangguan dari luar.

Menjaga fokus bukan soal menghindari keramaian semata, tapi juga soal mengelola pikiran, emosi, dan kebiasaan yang sering kali tidak disadari. Beberapa hal yang tampak sepele bisa memengaruhi daya konsentrasi secara signifikan. Berikut lima hal yang bisa membuat kamu sulit fokus, yang selama ini mungkin tidak disangka sebagai penyebabnya.

1. Overthinking yang berkepanjangan

ilustrasi overthinking (freepik.com/pressfoto)
ilustrasi overthinking (freepik.com/pressfoto)

Kebiasaan overthinking membuat pikiran terus berputar pada hal-hal yang belum tentu terjadi, bahkan sering kali tidak relevan dengan aktivitas saat ini. Pikiran yang penuh kekhawatiran atau keraguan secara otomatis menyita energi mental, sehingga perhatian jadi terpecah dan susah diarahkan pada satu tugas. Akibatnya, walau sedang duduk tenang di depan layar, otak tetap sulit untuk diajak bekerja secara optimal.

Overthinking juga bisa memicu stres berkepanjangan. Saat otak dipenuhi asumsi dan pertanyaan tanpa jawaban, tubuh ikut menegang dan merespons seolah-olah sedang dalam kondisi darurat. Dalam jangka panjang, ini bisa menurunkan daya tahan fokus dan memicu kelelahan mental, bahkan sebelum pekerjaan dimulai.

2. Kurang tidur yang tidak terlihat dampaknya secara langsung

ilustrasi tidur siang (pexels.com/Vlada Karpovich)
ilustrasi tidur siang (pexels.com/Vlada Karpovich)

Tidur bukan hanya soal durasi, tapi juga kualitas. Banyak orang mengira tidur selama lima jam cukup untuk menunjang aktivitas, padahal kualitas tidur yang buruk bisa mengacaukan kemampuan otak dalam memproses informasi. Kurang tidur menurunkan fungsi prefrontal cortex, bagian otak yang mengatur konsentrasi, logika, dan pengambilan keputusan.

Efeknya memang gak langsung terasa saat baru bangun. Namun, dalam beberapa jam, tubuh mulai menunjukkan gejala seperti lesu, sulit berpikir jernih, dan mudah teralihkan. Tanpa sadar, ini membuat seseorang melakukan banyak kesalahan kecil dan membutuhkan waktu lebih lama untuk menyelesaikan tugas yang biasanya mudah.

3. Terlalu banyak multitasking dalam sehari

ilustrasi multitasking (freepik.com/DC Studio)
ilustrasi multitasking (freepik.com/DC Studio)

Multitasking kerap dianggap sebagai bentuk efisiensi, padahal sebaliknya, otak manusia sebenarnya tidak didesain untuk mengerjakan dua hal kognitif berat secara bersamaan. Setiap kali berpindah dari satu tugas ke tugas lain, otak memerlukan waktu untuk menyesuaikan kembali fokus, yang disebut sebagai switching cost. Hal ini mengurangi efektivitas kerja dan memicu kelelahan kognitif.

Terlalu sering multitasking juga menurunkan kemampuan untuk masuk ke kondisi deep focus. Alih-alih menyelesaikan tugas dengan maksimal, hasil kerja justru jadi setengah-setengah dan membutuhkan revisi berulang. Dalam jangka panjang, ini membuat produktivitas menurun dan rasa percaya diri ikut terdampak karena hasil kerja tak sesuai harapan.

4. Kondisi emosi yang tidak stabil

ilustrasi cemas (pexels.com/MART PRODUCTION)
ilustrasi cemas (pexels.com/MART PRODUCTION)

Emosi yang tidak dikelola dengan baik bisa menjadi penghalang utama dalam mempertahankan fokus. Ketika sedang marah, sedih, atau cemas, pikiran akan cenderung mengarahkan energi pada perasaan tersebut. Akibatnya, kemampuan untuk menyerap dan mengolah informasi menjadi sangat terbatas.

Kondisi ini bahkan bisa berlangsung lama, meski penyebab emosinya sudah berlalu. Perasaan yang terpendam atau tak tersalurkan akan mempengaruhi respons otak terhadap tugas-tugas yang membutuhkan konsentrasi. Emosi yang tidak stabil juga mengganggu ritme kerja dan bisa memicu kebiasaan menunda-nunda secara terus-menerus.

5. Kurangnya asupan nutrisi untuk otak

illustrasi makanan sehat (pexels.com/Skyler Ewing)
illustrasi makanan sehat (pexels.com/Skyler Ewing)

Banyak orang tidak menyadari bahwa makanan memiliki peran penting dalam menjaga kesehatan otak dan kestabilan fokus. Asupan tinggi gula atau karbohidrat sederhana memang memberikan energi cepat, tapi juga bisa menyebabkan crash yang drastis setelahnya. Ketika kadar gula darah turun tiba-tiba, otak jadi lamban merespons dan daya konsentrasi melemah.

Sebaliknya, otak membutuhkan lemak sehat, protein, serta vitamin seperti B12 dan omega-3 untuk bekerja secara maksimal. Tanpa nutrisi yang cukup, otak mudah lelah dan lebih cepat terganggu oleh hal-hal kecil. Makanan yang tidak seimbang dalam jangka panjang bisa memperparah gangguan fokus dan memicu keluhan seperti pusing, lelah, bahkan kabut otak.

Menjaga fokus bukan semata soal mematikan notifikasi atau mencari tempat kerja yang sunyi. Diperlukan kesadaran lebih dalam mengenali faktor-faktor internal yang menghambat kinerja kognitif. Dengan memahami penyebabnya, seseorang bisa mulai membentuk rutinitas baru yang lebih sehat dan efektif. Fokus yang terjaga bukan cuma meningkatkan produktivitas, tapi juga membantu menjaga kestabilan emosional dan kesehatan mental secara menyeluruh.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Aan Pranata
EditorAan Pranata
Follow Us