Millennial Disebut Generasi Paling Kesepian, Benarkah karena Medsos?
1 dari 5 Milenial tidak punya teman untuk curhat
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Makassar, IDN Times - Generasi Millennial atau mereka yang lahir pada rentang waktu 1980-2000 disebut sebagai generasi paling kesepian dibanding generasi sebelumnya seperti Generasi Baby Boomer (1940-1955) dan Generasi X (1955-1970).
Hal ini disebutkan dalam survei terbaru yang dilakukan oleh YouGov, yang menngatakan bahwa 30 persen generasi millennial selalu merasa kesepian, sebanyak 30 persen tidak memiliki sahabat, serta 27 persen lainnya tidak memiliki teman untuk berbagi cerita. Bahkan dari jumlah itu juga didapati bahwa 1 dari 5 millennial tidak memiliki teman untuk curhat tentang kehidupan.
Menanggapi hal ini, Dosen Psikologi Universitas Negeri Makassar (UNM), Faradillah Firdaus menjelaskan, perasaan kesepian seseorang sebenarnya tergantung dari lingkungannya. Menurut dia, millennial tidak bisa serta merta disebut generasi kesepian hanya karena sebagian dari mereka memang merasa kesepian.
"Itu kan penelitian yang pasti mengambil sampel. Tapi tidak semua kita pastikan bahwa semua millennial itu kesepian," kata Faradillah saat berbincang dengan IDN Times di Makassar, Kamis (10/10).
1. Media sosial disebut sebagai faktor penyebab kesepian
Menurut Faradillah, munculnya media sosial atau medsos juga dinilai meningkatkan perasaan kesepian seseorang. Sebab masyarakat, khususnya millennial, kata dia, lebih banyak menggunakan medsos sebagai wadah sosialisasi dibanding melakukan komunikasi tatap muka secara langsung.
Pada 2018 lalu, sebuah studi dari University of Pennsylvania menemukan adanya hubungan antara waktu yang dihabiskan di media sosial dan kesejahteraan yang rendah di antara orang-orang berusia antara 23 hingga 38 tahun.
Menurut Faradillah, tak bisa dipungkiri masyarakat kini hidup dalam era di mana gawai menjadi kebutuhan hidup, salah satunya digunakan berselancar di medsos. Namun kemunculan medsos juga rupanya berpengaruh dalam menurunkan tingkat hubungan pertemanan.
"Orang pun berkumpul itu kadang-kadang sangat sedikit quality time-nya. Paling ngumpul, cerita, foto, setelah itu tidak ada bicara. Semua sibuk dengan handphone-nya," kata perempuan berhijab ini.
Masyarakat pun akhirnya mengalami ketergantungan terhadap smartphone. Hal ini bahkan memunculkan istilah psikologi baru yakni phubbing yakni tindakan acuh tak acuh seseorang di dalam sebuah lingkungan karena lebih fokus ke gawai dari pada membangun sebuah percakapan.
"Misalnya ada tipe orang yang ketika diajak bicara tapi lawan bicara malah lihat hp, dia pasti merasa kurang diapresiasi pada saat ngobrol. Perilaku phubbing ini juga bisa bikin orang jadi merasa loneliness (kesepian)," kata Faradillah.
Baca Juga: Wakil Millennial, 5 Fakta Hillary Brigita Lasut, Anggota DPR Termuda
Baca Juga: [WANSUS] Ketua BEM Unhas Bicara Aksi Mahasiswa Era Millennial