TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Sarat Sejarah, Asal-Usul Lipan di Lambang Kabupaten Takalar

Jadi simbol laskar pejuang pada masa Revolusi Fisik

Lambang Kabupaten Takalar, salah satu wilayah di Sulawesi Selatan (Dok. Istimewa)

Makassar, IDN Times - Jika melihat lebih jeli lambang Kabupaten Takalar, terdapat gambar sepasang binatang lipan (Centipedes) mengapit lingkaran gambar simbol lautan dan gunung. Meski terlihat seram, sejatinya binatang merayap tersebut punya makna mendalam bagi masyarakat Takalar.

Dalam buku Ranggong Dg Romo, Panglima LAPRIS (Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan, 1991), Muhammad Arfah menulis bahwa lipan adalah lambang kepahlawanan dan persatuan rakyat Kerajaan Bajeng atau Polombangkeng, yang kini menjadi daerah Kabupaten Takalar.

Baca Juga: Informasi Wisata Pantai Galesong Takalar: Lokasi, Harga, Fasilitas

1. Tak lepas dari sejarah Kerajaan Bajeng pada abad ke-15

Pemandangan daerah pesisir Topejawa di Kabupaten Takalar pada tahun 1938. (Royal Netherlands Institute of Southeast Asian and Caribbean Studies/KITLV)

Buku Sejarah Kerajaan Bajeng (Lembaga Kajian dan Penulisan Sejarah Budaya Sulawesi Selatan, 2009) menjelaskan bahwa kerajaan tersebut sudah eksis sejak abad ke-15. Didirikan oleh Baso Daeng Pabeta, wilayah Bajeng kemudian ditaklukkan oleh Gowa, bersamaan dengan politik ekspansif untuk teguhkan dominasi Sombayya (penguasa Gowa) di timur Nusantara.

Namun, dalam buku tersebut tak dijelaskan perihal asal-muasal lipan jadi simbol pemersatu sejak Kerajaan Bajeng masih eksis. Satu-satunya bukti otentik datang dari masa Revolusi Fisik (1945-1949), saat sebuah faksi pejuang bernama Laskar Lipan Bajeng berdiri.

2. Jadi lambang Laskar Lipan Bajeng yang didirikan Ranggong Daeng Romo

Lukisan Ranggong Daeng Romo, salah satu Pahlawan Nasional asal Sulawesi Selatan (Dok. Direktorat Kepahlawanan, Keperintisan, Kesetiakawanan dan Restorasi Sosial Kementerian Sosial)

Bernama awal Gerakan Muda Bajeng, Laskar Lipan Bajeng didirikan oleh Karaeng Polombangkeng Pajonga Daeng Ngalle dan Ranggong Daeng Romo pada 16 Oktober 1945. Ini adalah respons pada pemuda atas upaya Belanda menguasai kembali Indonesia, lewat Netherlands Indies Civil Administration (NICA).

Dalam buku Wolter Tentang Wolter (Sinar Harapan, 1992), lambang  Laskar Lipan Bajeng berbentuk segitiga dengan dasar warna hijau. Siluet lipan merah yang melengkung ditaruh di atas huruf B. "Lipan memang banyak didapat di Bajeng," tulis Sinansari S. Ecip, menyadur perkataan Wolter Mongisidi saat diperiksa polisi Belanda pada 1948.

Baca Juga: 5 Kuliner Khas Takalar yang Populer, Sedapnya Bikin Nagih!  

Berita Terkini Lainnya