TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Perang Makassar: Jatuhnya Sang Ayam Jantan dari Timur (2-Habis)

Encik Amin mengabadikan peristiwa ini dalam syairnya

Johann Carl Tetschner - Johann Wolfgang Heydt (Koninklijke Bibliotheek)

Makassar, IDN Times - 

"Tamatlah sudah memuji Sultan, tersebutlah perkataan Welanda syaitan

Kornilis Sipalman Welanda ternama, Raja Palaka jadi panglima

Berkampunglah Welanda sekalian jenis, berkatalah Jenderal kapitan yang bengis

jikalau kalah Mengkasar dan habis, Tunderu' kelak raja di Bugis"

Demikian bunyi bait ke-29 hingga 30 dari "Syair Perang Mengkasar" yang termahsyur, karya Encik Amin, juru tulis Sultan Hasanuddin. Dengan panjang mencapai 2.136 baris, syair ini bercerita perihal perang antara VOC dengan kerajaan Gowa yang berlangsung antara tahun 1666-1669.

Jika dikatakan sebagai karya fiksi, hikayat yang ditulis dalam bahasa Melayu ini justru menggambarkan secara gamblang dua tahun masa peperangan yang berujung pada jatuhnya Benteng Sombaopu.

1. Cornelis Speelman, yang menjadi Gubernur Jenderal Hindia-Belanda, memimpin langsung penyerangan VOC ke Gowa

Wikimedia Commons (Vaderlandse Historie 2, 1926)

Meski dikabarkan menghilang, Arung Palakka tetap menjejakkan kaki dengan selamat di bandar Kesultanan Buton bersama seluruh kesatria yang dikumpulkannya. Sementara itu di Batavia, segera setelah seluruh pasukan terkumpul, sebanyak 21 kapal perang dan 600 pasukan pimpinan Laksamana Cornelis Speelman langsung melepas sauh dengan tujuan Makassar.

Tanggal 17 Desember 1666, armada perang VOC menampakkan diri tepat di lepas pantai Makassar. Penduduk pun diliputi rasa was-was. Sultan Hasanuddin sempat mengutus orang kepercayaannya untuk berunding dengan Kompeni. Namun, tekad koalisi VOC-Buton-Bone untuk menyerang rupanya sudah bulat. Bendera perang dikibarkan, serangan hanya menunggu waktu.

Namun alih-alih langsung mendarat, VOC lebih dulu membebaskan pasukan Kesultanan Buton yang diserang Gowa pada 26 Oktober 1666. Singkat cerita, misi membebaskan Buton dari pengepungan berakhir sukses tepat di akhir Januari 1667.

Baca Juga: Kisah Dua Pangeran Makassar yang Mengabdi di Kerajaan Prancis

2. Koalisi VOC, Bone dan Buton menyisir pesisir selatan sebelum menyerang Makassar

Nationaal Archief

Speelman melakukan konsolidasi kekuatan bersama Ternate, Tidore dan Bacan sebelum kembali untuk menuntaskan perangnya dengan Gowa-Tallo. Singkat cerita, rombongan tersebut mendarat di Bantaeng pada 3 Juli 1667. Ketika mendarat, rupanya sebanyak 10.000 orang sudah disiapkan Arung Palakka yang lebih dahulu tiba demi mengumpulkan pasukan.

Di akhir Juli, bala bantuan Buton berupa 24 perahu dan seribu pasukan juga tiba. Pada tanggal 19 Agustus 1667, pasukan koalisi melancarkan serangan sekaligus merebut Benteng Galesong (kini berada di Takalar) pada tanggal 22 Agustus 1667. Hanya terpaut beberapa hari setelah serangan ini. Rombongan VOC kembali menerima bala bantuan Soppeng dan Luwu yakni sebanyak 25.000 orang.

Pada 2 September 1667, tiba pula 28 kapal perang bantuan dari Ternate. Kompeni, dengan jumlah pasukan yang amat besar, rupanya melancarkan taktik menyerang dari arah selatan. 

3. Ofensif yang dilakukan berhasil merebut sejumlah benteng milik Gowa

Nationaal Archief/Romeyn de Hooge (Wikimedia Commons)

Satu per satu benteng pertahanan strategis Gowa jatuh ke tangan VOC. Ada Benteng Barombong pada 26 September 1667, menyusul Benteng Panakkukang dan Sombaopu di 7 November 1667.

Sultan Hasanuddin sendiri sudah mempersiapkan pasukan sejak tahu koalisi pimpinan Kompeni mendarat di Bantaeng. Namun, ia mendapati fakta bahwa jumlah pasukannya tak seberapa --ditambah sejumlah tentara Portugis dan Denmark-- ketimbang sang musuh yang sedang berarak dari arah selatan. Kejatuhan Gowa seolah hanya hitungan bulan.

Namun, Gowa menolak menyerah. Perlawanan gigih tetap dilakukan. Perang berlanjut sampai 1669, kendati VOC sudah mengerahkan bala tentara. Gelar "Haaantjes van het Oosten" alias Sang Ayam Jantan dari Timur disematkan ke Sultan Hasanuddin sebagai pemimpin pasukan Gowa. Perjanjian Bongaya sempat ditandatangani sebagai upaya prematur mengakhiri perang.

Baca Juga: Perang Makassar: Jatuhnya Sang Ayam Jantan dari Timur (1)

Berita Terkini Lainnya