Kisah USS Makassar Strait, Kapal Induk Amerika Serikat di Perang Dunia
Sempat bertugas di medan Pasifik selama Perang Dunia II
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Makassar, IDN Times - Nama Makassar punya posisi tersendiri bagi kubu Sekutu di masa Perang Dunia II. Pertama, pada beberapa titik di ibu kota Sulawesi Selatan tersebut sempat didirikan kamp tawanan Jepang yang menampung ratusan orang. Kedua, lantaran menjadi sasaran bombarbir pesawat tempur Amerika Serikat (AS) sepanjang tahun 1944.
Namun, militer Negeri Paman Sam menganggap Makassar lebih dari itu. Dari ratusan kapal perang milik US Navy (angkatan laut) yang pernah beroperasi, terdapat USS Makassar Strait, si raksasa yang iringi usaha Sekutu "menghantam balik" supremasi Kekaisaran Jepang di Perang Pasifik.
Seperti apa riwayatnya? Berikut IDN Times merangkum kisah USS Makassar Strait dari berbagai sumber.
1. Namanya berasal dari Pertempuran Selat Makassar yang terjadi pada 4 Februari 1942
Kenapa bisa dinamakan Makassar Strait? Menurut Dictionary of American Naval Fighting Ships (Naval History Division, 1959) yang disusun James L. Mooney, peristiwa Pertempuran Selat Makassar (Battle of the Makassar Strait) yang terjadi pada 4 Februari 1942 jadi ilham penamaan kapal tersebut.
Saat itu, empat kapal penjelajah dan tujuh armada perusak milik Belanda dan Amerika Serikat berusaha mencegat konvoi invasi tentara Jepang yang berangkat dari Balikpapan menuju Makassar. Tapi nahas, misi yang dipimpin Laksamana Karel Doorman itu justru dipukul mundur oleh Dai Nippon dengan pesawat tempur.
Menurut prakiraan saat itu, sekitar 37 sampai 45 pesawat Dai Nippon silih berganti menyerang kapal-kapal milik aliansi pertahanan Pasifik ABDA (American-British-Dutch-Australian). Pertempuran dari jam 9 pagi hingga tengah hari itu diakhiri dengan perintah mundur seluruh kapal tempur setelah bertubi-tubi dihujani tembakan serta bom.
Dua kapal penjelajah milik AS, USS Marblehead dan USS Houston, rusak berat di pertempuran itu. Korban tewas dari pihak ABDA mencapai 70 orang, semuanya adalah awak kapal. Setelah itu, Hindia-Belanda jatuh ke tangan Jepang sepenuhnya.
Baca Juga: Kisah Eksotis Macassar Oil, Minyak Rambut Populer di Inggris Abad 18