Kala 200 Tawanan Jepang Kerja Paksa Membangun Bandara Mandai Makassar
Lapangan terbang Mandai cikal bakal Bandara Hasanuddin
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Makassar, IDN Times - Dikenal sebagai salah satu bandar udara dengan fasilitas modern, Bandara Sultan Hasanuddin Makassar ternyata memiliki cerita sarat sejarah. Kisah tersebut membentang dari masa Hindia-Belanda, hingga pendudukan Jepang alias Perang Dunia II.
Sama seperti bandara-bandara lainnya, ada peran pemerintah kolonial dalam cikal bakal Bandara Sultan Hasanuddin. Dibentuk pada 16 Juli 1928, Koninklijke Nederlandsch-Indische Luchtvaart Maatschappij (KNILM) dibentuk sebagai perusahaan maskapai yang melayani penerbangan ke sejumlah kota di Hindia-Belanda, Singapura, dan Australia.
Sebagai bentuk dukungan untuk angkatan udara dan transportasi sipil, pemerintah Hindia-Belanda mulai membangun sejumlah fasilitas penunjang sepanjang dekade 1930-an. Landasan pacu Bandara Kemayoran, bandara pertama di Hindia-Belanda dan Batavia, selesai pada 1934.
Baca Juga: Proyek Ambisius Berakhir Tragis: Riwayat Kereta Api Makassar-Takalar
1. Pembangunan Lapangan Terbang Mandai tak lepas dari upaya Hindia-Belanda meningkatkan transportasi udara
Setahun setelah landasan pacu Bandara Kemayoran rampung, pemerintah di Batavia ingin memperluas jangkauan transpotrasi udara. Jawa dan Sumatra sudah lebih dulu menikmatinya sejak tahun 1930. Pilihan pertama dijatuhkan pada Sulawesi. Pertimbangannya, jarak Makassar (kota terbesar) dan Surabaya tak begitu jauh.
Wilayah Mandai (Maros), yang terletak 22 kilometer utara pusat kota ditetapkan sebagai lokasi lapangan terbang. Pembangunan dimulai pada 1935, dan rampung dua tahun kemudian. Lapangan Terbang Kadieng (cikal bakal Bandara Hasanuddin) diresmikan pada 27 September 1937.
Makassar jadi awal dari rute ke wilayah timur Hindia-Belanda. Pada 1940, jangkauan rute KNILM sudah mencakup Palopo, Kolonedale (Morowali Utara, Sulawesi Tengah), Sulawesi Tenggara, Gorontalo, dan Manado (KNILM Time-Table No. 7, 18 November 1940).
Sejumlah kota di Maluku dan Papua juga masuk dalam rute. Antara lain Ambon, Banda, Fak-Fak, Babo (Teluk Bintuni, Papua Barat) dan Manokwari.
Baca Juga: Kisah Kamp Tawanan Jepang di Sulsel pada Perang Dunia II
Baca Juga: Pesawat Keluar Landasan di Bandara Makassar, Garuda Minta Maaf