TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Asal-Usul Kabupaten Gowa yang Hari Ini berusia 700 Tahun

Sejarahnya tak lepas dari Kerajaan Gowa di masa lalu

ANTARA FOTO/Abriawan Abhe

Makassar, IDN Times - Setiap 17 November, Pemerintah Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan memperingati hari ulang tahun daerahnya. Hari ini bertepatan dengan perayaan usia ke-700 tahun.

Klaim usia Gowa jauh lebih tua dari Makassar yang berumur 413 tahun. Bahkan jauh lebih tua dari Jakarta yang "baru" menginjak usia 493.

Bicara soal usia, dari mana sebenarnya asal-usul Gowa yang diklaim sudah eksis selama tujuh abad?

Baca Juga: Biografi Sultan Hasanuddin, Raja Gowa Berjuluk Ayam Jantan dari Timur 

1. Sejarah Kabupaten Gowa sudah dimulai sejak abad ke-14

Pemandangan Istana Balla Lompoa milik Kesultanan Gowa Sulawesi Selatan antara tahun 1870 hingga 1892. (Tropenmuseum, part of the National Museum of World Cultures)

Ada faktor historis yang turut menjadi tonggak awal Kabupaten Gowa. Terlebih wilayah tersebut mewarisi nama kerajaan maritim dengan pengaruh besar di lautan timur dari abad ke-16 hingga ke-17.

Sesuai dengan kesepakatan dalam seminar Upaya Mencari Hari Jadi Gowa yang dilakukan pada 10-11 Desember 1990, para sejarawan seperti mendiang Mattulada dan Daeng Mangemba merujuk tahun 1320. Ini bukan sekadar asal klaim, sebab bersumber dari catatan perkiraan paling dini dalam rantai raja-raja Gowa.

Sebelum Kerajaan Gowa eksis, terdapat sembilan negeri kecil yang diperintah oleh seorang penguasa. Wilayah tersebut adalah Tombolo, Lakiung, Samata, Parang-parang, Data, Agang, Je'ne, Bisei, Kalling dan Sero. Fakta tersebut diperoleh dari sejumlah sumber tertulis seperti teks kuno Jangang-jangang dan Lontaraq Beru.

2. Tumanurung Bainea, ratu pertama Gowa memerintah pada 1320 hingga 1345

Ilustrasi para prajurit pengawal di Istana Balla Lompoa, Kabupaten Gowa, dalam sebuah upacara penyambutan. (ANTARA FOTO/Abriawan Abhe)

Menurut riwayat, Paccalayya (dewan legislatif gabungan) dan kesembilan raja pasa suatu hari kompak menyuarakan rasa masygul. Ini lantaran mereka tidak memiliki sosok pemimpin yang sanggup menyatukan rakyat. Belum lagi mereka terus menerus terlibat dalam perang antar wilayah.

Singkat cerita, mereka berunding dan sepakat meminta Dewata di kahyangan menurunkan "orang langit" yang bisa memerintah.

Maka turunlah sosok perempuan yang kelak disebut Tumanurung Bainea, yang berarti "putri ratu yang turun dari langit". Menjadi pemimpin Gowa pertama, ia memerintah --sesuai kesepakatan para sejarawan-- pada 1320 hingga 1345.

Dalam buku A Chain of Kings: The Makassarese Chronicle of Gowa and Talloq yang disusun William Cummings (KITLV Press, 2007), riwayat Tumanurung Bainea --bergelar Karaeng Sombaya ri Gowa-- dipenuhi misteri. Baik perjalanan hidup dan kematiannya sama-sama kabur, ia bahkan disebut menghilang tiba-tiba di tengah pemerintahan.

Baca Juga: Karamah dan Penahbisan Wakil Allah: Cerita Pengislaman Gowa-Tallo

Berita Terkini Lainnya