Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
IDN Ecosystem
IDN Signature Events
For
You

Apakah Jadi Workaholic Pasti Sukses?

ilustrasi karyawan sedang bekerja (unsplash.com/LinkedIn Sales Solutions)
Intinya sih...
  • Banyak orang sulit membedakan kerja keras dan workaholic
  • Workaholic sering mengorbankan keseimbangan hidup demi pekerjaan
  • Kesuksesan tidak hanya ditentukan oleh bekerja keras, tapi juga menjaga keseimbangan hidup

Banyak orang percaya bahwa bekerja keras adalah kunci utama kesuksesan. Sayangnya, ambisi mengejar kesuksesan membuat banyak orang tanpa sadar menjadi workaholic. Workaholic adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan orang yang seolah tidak bisa lepas dari pekerjaan. 

Seorang workaholic memiliki dorongan dari dalam dirinya untuk bekerja lebih lama dari biasanya, bahkan di luar jam kerja normal, atau merasa bersalah jika tidak bekerja. Bagi sebagian orang, menjadi workaholic terlihat seperti jalan pintas menuju kesuksesan. Namun, apakah itu benar? Yuk, kita bahas apakah jadi workaholic pasti sukses!

1. Kerja keras vs kerja berlebihan

ilustrasi seseorang sedang bekerja (unsplash.com/Beth Macdonald)

Banyak orang kesulitan melihat batas antara kerja keras dan kerja berlebihan. Pada dasarnya, bekerja keras artinya memberikan usaha terbaik saat bekerja, tetapi tetap menjaga keseimbangan dengan aspek lain dalam hidup, seperti keluarga, kesehatan, dan waktu istirahat. Sebaliknya, bekerja berlebihan atau menjadi workaholic berarti sering mengorbankan hal-hal penting lainnya demi pekerjaan.

Misalnya, kamu adalah karyawan yang rela bekerja 12 jam sehari, tujuh hari seminggu, demi cepat naik jabatan. Di satu sisi, kamu mungkin bisa jadi karyawan kesayangan atau bahkan benar-benar mendapatkan promosi. Akan tetapi, kamu jadi tidak punya waktu untuk istirahat, quality time bersama keluarga, atau berolahraga untuk menjaga kesehatan.

2. Apakah menjadi workaholic dijamin sukses

ilustrasi bekerja di rumah (pexels.com/Vlada Karpovich)

Sayangnya, tidak! Ada banyak faktor penentu kesuksesan, dan menjadi workaholic bukanlah jaminan. Sukses memerlukan strategi yang tepat, efisiensi, jaringan yang baik, serta kesehatan fisik dan mental yang terjaga. Jika kamu terlalu fokus pada pekerjaan hingga mengabaikan aspek-aspek penting lainnya, ini justru bisa berdampak negatif.

Misalnya, terus bekerja tanpa istirahat yang cukup bisa membuatmu lelah secara fisik dan mental. Dalam jangka panjang, ini bisa menyebabkan burnout, yang bukan hanya mempengaruhi produktivitas, tapi juga kualitas pekerjaan. Jika pikiran terlalu lelah, kamu mungkin tidak bisa bekerja dengan baik atau mengambil keputusan secara bijaksana, dan ini bisa menghambat pencapaian target.

3. Pentingnya menjaga keseimbangan

ilustrasi orang sedang bekerja (freepik.com/pressfoto)

Mereka yang berhasil menjaga keseimbangan antara karier dan kehidupan pribadi sering kali lebih sukses dalam jangka panjang. Pasalnya, mereka tidak hanya fokus pada hasil kerja, tetapi juga pada cara menjaga energi dan kebahagiaan. Mereka yang bahagia dan sehat cenderung lebih produktif, kreatif, dan mampu mengambil keputusan yang lebih baik.

Saat waktunya bekerja, kamu harus fokus dan bersungguh-sungguh. Namun, kamu juga harus mengambil waktu untuk refleksi serta relaksasi. Kesuksesan tidak datang hanya karena kamu terus bekerja tanpa henti, tetapi juga karena kamu tahu kapan harus berhenti sejenak untuk berpikir dan merencanakan langkah berikutnya.

4. Tips agar tidak menjadi workaholic

ilustrasi dua orang sedang berlibur (pexels.com/Ketut Subiyanto)

Jika kamu merasa terjebak dalam pola workaholic, berikut beberapa tips yang bisa kamu terapkan untuk menjaga keseimbangan hidup dan kerja:

  • Tetapkan batasan waktu kerja: Jangan sering-sering membawa pekerjaan kantor pulang ke rumah. Jika memang diharuskan untuk lembur, lemburlah di kantor. Namun, pastikan selama di rumah kamu mendapatkan istirahat yang cukup.
  • Luangkan waktu untuk diri sendiri: Jangan lupakan hobimu atau waktu bersama keluarga. Ini penting untuk menjaga kesehatan mental.
  • Fokus pada efisiensi, bukan kuantitas: Bekerja lebih lama tidak selalu berarti lebih baik. Cobalah fokus untuk bekerja lebih efisien dalam waktu yang lebih singkat.
  • Istirahat yang cukup: Tidur dan istirahat yang cukup penting untuk menjaga produktivitas. Orang yang kurang tidur cenderung kurang bisa berpikir dengan baik dan membuat lebih banyak kesalahan.

Jadi, menjadi workaholic tidak menjamin kesuksesan. Sukses tidak hanya ditentukan oleh seberapa banyak waktu yang kamu habiskan untuk bekerja, tetapi juga bagaimana caramu menjaga keseimbangan antara pekerjaan dan aspek lain dalam hidup. Bekerja keras memang penting, tetapi lebih penting lagi untuk bekerja cerdas dan menjaga kesehatan fisik serta mental. 

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Irwan Idris
EditorIrwan Idris
Follow Us