Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
IDN Ecosystem
IDN Signature Events
For
You

5 Kesalahan Pemimpin saat Menegur Bawahan yang Melakukan Kesalahan

ilustrasi berdebat (pixabay.com/mohamed_hassan)

Memberikan teguran pada bawahan yang melakukan kesalahan adalah salah satu kewajiban seorang atasan di tempat kerja. Tujuan memberikan teguran adalah untuk memperbaiki kesalahan dan meningkatkan kinerja. Cara pemimpin memberikan teguran pada bawahan bisa memberikan dampak yang besar, baik positif maupun negatif.

Sayangnya, masih banyak leader yang melakukan kesalahan ketika menegur bawahanya, sehingga tujuan awal untuk membangun tim justru menimbulkan konflik di lingkungan kerja. Berikut adalah beberapa kesalahan leader saat menegur bawahan yang harus dihindari.

1. Menegur di hadapan banyak orang

ilustrasi laki-laki bicara (pixabay.com/mohammed_hassan)

Teguran yang disampaikan di depan umum sering kali membuat bawahan merasa dipermalukan, sehingga dapat merusak harga diri dan kepercayaan diri. Akibatnya, bawahan dapat kehilangan motivasi kerja dan menciptakan rasa canggung yang membuat hubungan antara atasan dan bawahan menjadi tidak nyaman. Efek lainya, bawahan bisa menjadi defensif dan kehilangan rasa hormat kepada atasanya sehingga mempengaruhi suasana kerja secara keseluruhan.

Di samping itu, menegur tim di hadapan umum juga bisa berdampak negatif pada tim secara keseluruhan. Rekan kerja lain yang menyaksikan teguran tersebut mungkin merasa takut atau tidak nyaman, meskipun teguran tersebut bukan ditujukan kepada mereka.

Sebaiknya berikan teguran secara pribadi kepada bawahan yang melakukan kesalahan. Menegur secara pribadi memberikan kesempatan untuk membahas kesalahan dengan lebih fokus dan tenang. Selain itu, memberikan teguran secara pribadi tanpa diketahui orang lain juga sebagai upaya untuk menjaga martabat bawahan. Hal ini akan lebih efektif dalam menyelesaikan masalah tanpa merusak hubungan dan suasana kerja.

2. Menegur dengan nada dan sikap kasar

ilustrasi atasan marah (pixabay.com/sarahblocks)

Hindari menegur bawahan yang melakukan kesalahan dengan sikap dan nada kasar. Sikap dan nada yang kasar membuat karyawan merasa terintimidasi dan tidak dihargai. Teguran yang disampaikan secara agresif membuat fokus karyawan bukan kepada kesalahan yang harus diperbaiki, melainkan perasaan marah, terluka, dan menghindar. Akibatnya karyawan bisa kehilangan motivasi kerja dan mengalami stres kerja.

Sikap dan nada kasar ketika berbicara dengan bawahan mencerminkan kurangnya profesionalisme seorang pemimpin. Teguran yang disampaikan dengan emosi juga dapat mengurangi rasa hormat karyawan terhadap pemimpin, sehingga hubungan kerja menjadi tidak harmonis. Dalam jangka panjang, hal ini berpotensi meningkatkan tingkat turnover karena karyawan merasa tidak nyaman bekerja di bawah tekanan yang tidak sehat.

Lebih baik, berikan teguran dengan nada yang tenang namun tegas. Hal ini akan lebih efektif dalam menyampaikan pesan tanpa menimbulkan konflik. Cara menegur seperti ini juga menunjukan bahwa pemimpin mampu mengendalikan emosi dan memiliki kemampuan komunikasi yang baik. Dampak positifnya, karyawan akan lebih mudah menerima kritik dan termotivasi untuk memperbaiki diri.

3. Menegur kesalahan tanpa memberitahukan solusinya

ilustrasi pekerja (pixabay.com/StockSnap)

Menegur bawahan tanpa memberitahukan apa yang harus diperbaiki adalah sebuah kesalahan, karena teguran tersebut tidak memberikan solusi atau arahan yang jelas. Bawahan mungkin memahami bahwa mereka telah melakukan kesalahan, tetapi tanpa petunjuk yang jelas, mereka tidak tahu bagaimana cara memperbaiki diri dan mencegah kesalahan serupa di masa depan.

Sebagai seorang pemimpin, sudah seharusnya menjadi pembimbing yang membantu bawahan berkembang, bukan hanya mengkritik tanpa memberikan solusi. Teguran tanpa arahan yang jelas mencerminkan kurangnya kepemimpinan yang baik. Sikap seperti ini dapat merusak kepercayaan bawahan terhadap atasan, sehingga menciptakan lingkungan kerja yang negatif. Memberikan arahan yang jelas dan konstruktif tidak hanya menyelesaikan masalah, tetapi juga membantu bawahan belajar dan tumbuh, yang pada akhirnya akan meningkatkan kinerja tim secara keseluruhan.

4. Tidak menyebutkan kesalahan dengan jelas

ilustrasi komunikasi bisnis (pixabay.com/OleksandrPidvalnyi)

Beberapa pemimpin menegur bawahan tanpa menyebutkan dengan jelas apa kesalahan yang mereka lakukan. Teguran seperti ini bersifat ambigu sehingga membuat bawahan kesulitan mengidentifikasi apa yang sebenarnya salah, pada akhirnya mereka tidak tahu bagaimana cara meningkatkan kinerja dan mencegah kesalahan serupa di masa depan. Hal ini tidak hanya menyebabkan kebingungan bagi bawahan, tetapi juga menghambat proses pembelajaran.

Teguran yang tidak jelas juga dapat menciptakan kesan bahwa pemimpin tidak memahami situasi secara mendalam atau tidak memiliki fakta yang kuat. Hal ini bisa mengurangi kredibilitas pemimpin di mata bawahan dan merasa bahwa teguran tersebut tidak adil atau hanya sekadar kritik tanpa dasar. 

Sebaliknya, memberikan teguran dengan menyebutkan kesalahan secara jelas dan spesifik menunjukkan bahwa pemimpin memahami permasalahan dan peduli terhadap perkembangan bawahan. Hal ini membantu bawahan menerima teguran dengan lebih baik dan mendorong mereka untuk memperbaiki diri secara efektif.

5. Menyerang ranah pribadi

ilustrasi mengejek teman (pixabay.com/olga-filo)

Hindari menegur bawahan dengan menyerang ranah pribadi, misalnya kepribadian bawahan, penampilan, atau kehidupan pribadi karyawan. Menegur dengan menyerang ranah pribadi dapat membuat bawahan merasa diserang secara emosional, bukan dibantu meningkatkan kinerja. Akibatnya mereka kehilangan motivasi, merasa tidak dihargai dan menjadi defensif.

Menyerang ranah pribadi ketika memberi teguran juga menunjukan kurangnya profesionalisme dan empati sebagai seorang pemimpin.  Sikap seperti ini berisiko menciptakan konflik yang berkepanjangan, mengurangi rasa hormat karyawan terhadap pemimpin, dan bisa berujung pada masalah hukum atau pelanggaran etika. Usahakan untuk tetap obyektif dalam menegur bawahan yang salah, fokuskan pada perbaikan sehingga karyawan merasa didukung.

Cara memberikan teguran kepada bawahan mencerminkan kemampuan seorang pemimpin dalam memimpin dan membangun hubungan kerja yang sehat. Kesalahan dalam memberi teguran seperti yang disampaikan di atas bukan hanya merugikan bawahan, tetapi juga memicu konflik yang lebih luas.

Bukan hanya bawahan yang harus memperbaiki diri ketika berbuat kesalahan, tetapi kita sebagai pemimpin juga harus mengevaluasi cara menegur bawahan dengan benar. Siap?

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Irwan Idris
EditorIrwan Idris
Follow Us