Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
IDN Ecosystem
IDN Signature Events
For
You

5 Fakta Audience Effect, Fenomena Gugup saat Diperhatikan!

ilustrasi persentasi (pexels.com/fauxels)
Intinya sih...
  • Efek Audiens telah diteliti selama lebih dari 110 tahun, dengan minat yang meningkat pada tahun 60-an dan 70-an untuk memahami pengaruh kehadiran orang lain terhadap kinerja individu.
  • Audiens Effect tidak hanya mempengaruhi perilaku yang terlihat, tetapi juga terkait dengan proses mental yang disebut mentalising, yang dapat diaktifkan ketika kita tahu orang lain menonton.
  • Respons terhadap audiens sangat bervariasi dan dipengaruhi oleh faktor seperti kepribadian, latar belakang budaya, dan diagnosis klinis seperti autisme atau gangguan kecemasan.

Pernahkah kamu merasa gugup ketika berbicara di depan umum? Atau canggung saat melakukan sesuatu di depan orang lain? Nah, kamu tidak sendirian. Fenomena ini dikenal sebagai Audience Effect, di mana perilaku seseorang dipengaruhi oleh keyakinannya bahwa orang lain sedang mengamatinya.

Audience Effect telah diteliti selama lebih dari 110 tahun, namun masih banyak misteri yang menyelimuti cara kerjanya. Berikut adalah lima fakta menarik tentang Audience Effect yang mungkin belum kamu ketahui. Penasaran? Yuk, simak selengkapnya!

1. Audience Effect memiliki sejarah panjang

ilustrasi persentasi (pexels.com/fauxels)

Efek ini merupakan salah satu yang tertua yang dipelajari dalam psikologi, dimulai dengan penelitian Triplett pada tahun 1898. Triplett menemukan bahwa kehadiran orang lain dapat meningkatkan kinerja seseorang dalam tugas-tugas tertentu. Penelitian ini memicu minat yang besar pada awal abad ke-20, dengan banyak eksperimen yang dilakukan untuk memahami fenomena ini. Namun, seiring waktu, minat terhadap Audience Effect menurun, meskipun masih relevan dalam konteks modern seperti media sosial dan presentasi publik.

Pada tahun 60-an dan 70-an, studi tentang Audience Effect mengalami kebangkitan, dengan peneliti mencoba memahami bagaimana dan mengapa kehadiran orang lain dapat mempengaruhi kinerja. Penelitian ini membantu mengidentifikasi berbagai faktor yang dapat mempengaruhi efek ini, seperti kompleksitas tugas dan karakteristik individu yang melakukan tugas tersebut.

2. Audience Effect terhubung dengan mentalisasi

ilustrasi persentasi (pexels.com/Artem Podrez)

Audience Effect tidak hanya tentang perubahan perilaku yang terlihat; itu juga terkait erat dengan proses mental yang disebut mentalising. Mentalising adalah kemampuan untuk memahami dan memprediksi perilaku orang lain berdasarkan pemikiran dan perasaan mereka. Hipotesis yang diajukan oleh para peneliti adalah bahwa Audience Effect mengandalkan kemampuan mentalising implisit, yang berarti kita secara otomatis mempertimbangkan pandangan orang lain saat kita tahu mereka menonton.

Data perilaku dan neuroimaging telah menunjukkan bahwa ketika kita tahu orang lain menonton, otak kita mengaktifkan area yang terkait dengan mentalising. Ini menunjukkan bahwa Audience Effect mungkin memiliki dasar neurologis yang kuat, yang membantu kita memahami bagaimana persepsi kita tentang pandangan orang lain dapat mempengaruhi tindakan kita.

3. Audience Effect memiliki variasi individual

ilustrasi persentasi (pexels.com/Cedric Fauntleroy)

Respons terhadap audiens sangat bervariasi di antara individu. Faktor-faktor seperti usia, kepribadian, dan latar belakang budaya semua memainkan peran dalam bagaimana seseorang mungkin merespons kehadiran orang lain. Misalnya, orang yang lebih ekstrovert mungkin menemukan bahwa audiens memberi mereka energi dan meningkatkan kinerja mereka, sementara orang yang lebih introvert mungkin merasa tertekan.

Diagnosis klinis juga dapat mempengaruhi bagaimana seseorang merespons audiens. Individu dengan autisme, misalnya, mungkin merasa lebih sulit untuk memproses dan menanggapi pandangan orang lain, yang dapat mempengaruhi bagaimana mereka merespons Audience Effect. Demikian pula, orang dengan gangguan kecemasan mungkin merasa lebih tertekan dengan kehadiran audiens.

4. Audience Effect dipengaruhi oleh budaya

ilustrasi persentasi (pexels.com/Edmond Dantès)

Budaya memainkan peran penting dalam Audience Effect. Studi telah menunjukkan bahwa individu dari budaya kolektivis, di mana keharmonisan kelompok dan konformitas sangat dihargai, mungkin merespons audiens secara berbeda dibandingkan dengan mereka dari budaya individualis, di mana penekanan lebih pada pencapaian pribadi dan otonomi.

Perbedaan ini menunjukkan bahwa Audience Effect tidak hanya dipengaruhi oleh faktor internal individu tetapi juga oleh konteks sosial dan budaya di mana mereka beroperasi. Memahami bagaimana budaya mempengaruhi Audience Effect dapat membantu kita memahami bagaimana perilaku kita dipengaruhi oleh norma dan nilai-nilai sosial yang lebih luas.

5. Mekanisme Audience Effect masih kompleks

ilustrasi persentasi (pexels.com/Cedric Fauntleroy)

Berbagai teori telah diajukan untuk menjelaskan mekanisme kognitif di balik Audience Effect. Salah satu teori adalah bahwa ketika kita tahu orang lain menonton, kita menjadi lebih sadar diri dan ini meningkatkan motivasi kita untuk tampil baik. Teori lain menyarankan bahwa kehadiran audiens memicu kecemasan sosial, yang dapat mempengaruhi kinerja kita.

Penelitian lebih lanjut diperlukan untuk memahami bagaimana efek ini bekerja pada tingkat otak dan perilaku. Pemahaman yang lebih baik tentang mekanisme kognitif ini dapat membantu kita mengembangkan strategi untuk mengelola Audience Effect, baik dalam meningkatkan kinerja di bawah pengawasan atau mengurangi kecemasan yang mungkin timbul dari kehadiran audiens.

Memahami Audience Effect dapat membantu kita meningkatkan komunikasi, kinerja, dan kesejahteraan sosial. Nah, bagaimana dengan kamu? Pernahkah kamu merasakan Audience Effect dalam kehidupanmu?

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Irwan Idris
EditorIrwan Idris
Follow Us