Menyesap Wangi Kopi Luwak Malino, Harga Satu Kilogram Rp1,8 Juta

Menyeruput kopi berkualitas di tengah kesejukan udara Malino

Gowa, IDN Times - Para penikmat kopi tentunya sudah tidak asing lagi dengan kopi luwak. Kopi yang disebut paling mahal di dunia ini diperoleh dari kotoran hewan bernama luwak, sejenis mamalia mirip musang. 

Di Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan (Sulsel), ada satu kedai kopi yang menawarkan hidangan kopi luwak sebagai menu utama. Nama kedai itu adalah Kopi Luwak Malino yang terletak di Jalan Poros Malino, Kecamatan Tinggi Moncong.

Menariknya, kedai kopi ini merupakan salah satu UMKM (Usaha Mikro Kecil Menengah) binaan Bank Indonesia Perwakilan Sulawesi Selatan (BI Sulsel). IDN Times pun berkesempatan melihat langsung kedai kopi tersebut melalui kegiatan bertajuk 'Media Gathering bersama Bank Indonesia Sulawesi Selatan, Sabtu, 12 Desember kemarin.

Menurut Informasi yang tercantum di kedai itu, Kopi Luwak Malino dipilih dari pohon kopi Arabika. Kopi ini sangat baik ditanam di daerah pegunungan dengan ketinggian 1.400 meter di atas permukaan laut.

Proses pembuatan kopi luwak tidak mudah. Pertama-tama tentu saja petani kopi harus memberi makan buah kopi yang telah matang kepada luwak. Kemudian biji kopi yang masih dilindungi kulit keras tidak tercerna memungkinkan enzim proteoliti-kakan dalam perut luwak meresap ke dalam biji lalu keluar bersama kotoran luwak.

Setelah melewati serangkaian proses, kopi luwak akan menghasilkan aroma dan rasa yang khas.

1. Suasana yang tenang dan homey

Menyesap Wangi Kopi Luwak Malino, Harga Satu Kilogram Rp1,8 JutaSuasana yang tenang dan homey membuat pengunjung betah di Kopi Luwak Malino. IDN Times/Asrhawi Muin

Sekilas tak ada yang tampak istimewa dari desain interior kedai Kopi Luwak Malino. Desainnya terkesan sederhana dengan material yang sebagian besar terbuat dari kayu. Tapi aroma kopi yang begitu kuat langsung menyeruak manakala kita masuk ke dalam kedai.

Di dalam ruangan ternyata tidak begitu luas. Hanya ada dua meja dengan masing-masing 4 kursi. Di sudut tampak dua orang barista tengah sibuk membuat kopi untuk rombongan kami yang baru tiba.

Meski kecil, kedai tersebut ternyata berlantai dua. Di lantai dua, tampaklah deretan meja dan kursi yang ditata dengan kesan tradisional. Cocok sekali bagi pelanggan yang ingin menikmati suasana pedesaan.

Beberapa tanaman juga menjadi penghias ruangan. Berbeda dengan lantai satu yang cenderung tertutup, lantai dua justru merupakan ruangan terbuka. Cocok bagi penikmat kopi yang juga doyan merokok.

Di belakang kedai, tampaklah sejumlah kandang yang rupanya merupakan rumah bagi para luwak. Di sana, tampak beberapa ekor luwak. Luwak-luwak inilah yang dimanfaatkan untuk memproduksi kopi yang disebut-sebut sebagai salah satu kopi terenak di dunia.

Salah seorang pengunjung bernama Ira (25), mengaku menemukan suasana  yang tenang dan homey saat menikmati segelas kopi luwak susu di kedai ini. Kopi disajikan dalam cup kecil.

"Rasanya khas banget, karena kata baristanya kopi langsung diolah dari kebun milik sendiri dan ada luwak yang dipelihara di sekitar kedai. Terlebih kedai yang berada di Malino dengan suasana sejuk menambah kenikmatan kopi luwak hangat yang baru diproses," kata Ira.

2. Rata-rata produksi mencapai 200 - 300 kg per bulan

Menyesap Wangi Kopi Luwak Malino, Harga Satu Kilogram Rp1,8 JutaMeracik Kopi Luwak Malino. IDN Times/Asrhawi Muin

Sain, selaku barista di Kopi Luwak Malino menceritakan kedai itu bisa memproduksi rata-rata 200 - 300 kg bijih kopi per bulan. Jumlah ini berbeda dengan produksi kopi lainnya karena kopi luwak merupakan produk spesial. Maka jangan heran jika satu kilogram kopi ini bisa dibanderol dengan harga fantastis.

"Harga Kopi Luwak Malino bisa mencapai Rp1,8 juta per kg," kata Sain sambil meracik kopi.

Proses pembuatan kopi luwak ini, menurut Sain, cukup unik. Karena kopi yang dimakan oleh luwak akan mengalami pengurangan reaksi zat-zat yang ada pada tanaman kopi. Luwak akan mengisap zat-zat itu.

"Mulai dari rasa pahit, kafein, asam, akan tipis," kata Sain.

Selain rasa dan aromanya yang nikmat, kopi ini juga diyakini bermanfaat untuk kesehatan. Menurut Sain, kopi luwak bermanfaat untuk kesehatan jantung, penguatan tulang dan gigi, dan melancarkan sistem pencernaan. 

"Tapi dikonsumsi secara teratur," lanjutnya.

Sain pun sangat berterima kasih kepada Bank Indonesia yang telah membantu pengembangan produk tersebut. Selama ini, Bank Indonesia disebutnya sudah banyak membantu mereka dalam mempromosikan produk Kopi Luwak Malino.

"Kalau ada event, kami diikutkan. Kami juga dijadikan prioritas. Selain itu, ada juga bantuan-bantuan lainnya," kata Sain.

Baca Juga: Hari Kopi Nasional, Selain Toraja Ini 5 Jenis Kopi Enak Khas Sulsel

3. Kopi Luwak Malino tembus pasar internasional

Menyesap Wangi Kopi Luwak Malino, Harga Satu Kilogram Rp1,8 JutaSuasana dalam kedai Kopi Luwak Malino. IDN Times/Asrhawi Muin

Bank Indonesia Perwakilan Sulawesi Selatan selama ini konsisten dalam mengembangkan perekonomian, utamanya di sektor UMKM. Pengusaha kecil dibina sejak awal, mulai dari pelatihan untuk meningkatkan kualitas produk, hingga mendorong produk UMKM ke kancah internasional melalui ekspor, termasuk untuk Kopi Luwak Malino.

Kepala Divisi Implementasi Kajian Ekonomi Keuangan Daerah BI Sulsel, Edwin Permadi, mengatakan pihaknya berkolaborasi dengan pihak-pihak profesional lainnya yang paham soal pengelolaan kopi untuk memberikan pelatihan. Selain itu ada juga ruang promosi melalui pameran di dalam dan luar negeri.

"Maka dari sisi penjualan tentunya kalau setiap pameran kita selalu ikutkan. Kita juga jual ke marketplace seluruh Indonesia," kata Edwin.

Untuk mempromosikan Kopi Luwak Malino ke pengusahan luar negeri, Bank Indonesia meminta bantuan kantor perwakilan luar negeri, seperti di Bejing, Tiongkok dan Tokyo, Jepang. Di Tokyo misalnya, kata Edwin, ketika ada pengusaha yang tertarik maka sudah ada gerai yang disiapkan sebagai contoh. Begitupun melalui festival kopi di Jakarta. 

Untuk memenuhi standar, Kopi Luwak Malino telah melalui proses kurasi agar bisa dikategorikan sebagai produk spesialty

"Kuratornya bukan cuma dari sini aja tapi juga dari nasional. Yang kemarin ada Festival Kopi Nusantara, kita masukkan. Dinilai berapa nilainya. Mana yang kekurangan, itu yang akan kita bina," kata Edwin.

Baca Juga: Kopi Dunia, Kopi Kolombia dan Kopi Indonesia

Topik:

  • Irwan Idris

Berita Terkini Lainnya