TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

[FOTO] Pesona Budaya, Adat Istiadat dan Alam Tana Toraja di Zaman Dulu

Menyaksikan kemegahan sarat lokalitas yang mendunia

Para penari tradisional di Makale, Tana Toraja, Sulawesi Selatan, pada dekade 1930-an. (Tropenmuseum, part of the National Museum of World Cultures)

Makassar, IDN Times - Tana Toraja dan Toraja Utara sejak dulu dikenal sebagai daerah dengan sakralitas adat istiadat dan kebudayaan. Mulai dari rumah, upacara hingga tariannya. Semua memiliki makna, yang mencerminkan falsafah hidup orang Toraja. Belum lagi menyoal lanskap pemandangan alam Toraja yang indah bukan main.

Sejak lama wilayah tersebut menjadi tujuan para budayawan, peneliti, arkeolog, antropolog hingga wisatawan. Mereka umumnya ingin melihat dengan mata kepala sendiri betapa meriahnya upacara Rambu Solo' (upacara kematian) dan Rambu Tuka' (upacara pendirian rumah baru), serta kemegahan rumah adat Tongkonan.

Nah, beberapa foto milik Tropenmuseum dari dekade 1930-an dan 1940-an ini memperlihatkan betapa keindahan dan keindahan Toraja menarik orang untuk datang berkunjung.

1. Sejak dulu, Tana Toraja dikenal sebagai wilayah dengan lanskap pemandangan yang indah

Pemandangan pemukiman warga di Makale, Tana Toraja, Sulawesi Selatan, pada tahun 1946. (Tropenmuseum, part of the National Museum of World Cultures)

2. Dulu, corak tradisional tak cuma ditemui di rumah adat Tongkonan. Jembatan ini jadi salah satu buktinya

Jembatan dengan gaya arsitektur tradisional khas Toraja yang terletak di Makale. (Tropenmuseum, part of the National Museum of World Cultures)

3. Salah satu rumah tradisional Tongkonan di Makale, Tana Toraja. Tanduk kerbau yang terpasang di tiang pasak adalah penanda status si pemilik rumah. Semakin banyak tanduknya, semakin tinggi jabatannya di masyarakat

Salah satu rumah adat Tongkonan di Makale, Tana Toraja, Sulawesi Selatan, antara tahun 1920 hingga 1940. (Tropenmuseum, part of the National Museum of World Cultures)

4. Suasana perkampungan Toraja sekitar dekade 1930-an. Sejak dulu, kerbau sudah menjadi bagian tak terpisahkan dari masyarakat

Kondisi perkampungan di kawasan Tana Toraja, Sulawesi Selatan. (Tropenmuseum, part of the National Museum of World Cultures)

5. Ada dua kuburan batu di Tana Toraja yang sudah sering dikunjungi oleh wisatawan. Salah satunya yakni Kuburan Batu Lemo

Kuburan batu di Lemo, Makale Utara, Tana Toraja, pada dekade 1940-an. (Tropenmuseum, part of the National Museum of World Cultures)

6. Selain kuburan batu, ada juga situs megalitik Bori Kalimbuang di Toraja Utara yang kerap didatangi pengujung

Situs megalitik Bori Kalimbuang di Sesean, Toraja Utara, Sulawesi Selatan, pada dekade 1930-an. (Tropenmuseum, part of the National Museum of World Cultures)

7. Beberapa warga terlihat sedang menyiapkan pondok untuk kebutuhan upacara kematian atau biasa disebut Rambu Solo'

Beberapa warga sedang melakukan persiapan jelang upacara pemakaman Rambu Solo' di Toraja. (Tropenmuseum, part of the National Museum of World Cultures)

Baca Juga: 5 Fakta Unik Cara Menyembelih Kerbau dalam Upacara Adat Toraja

8. Para penari berbalut baju tradisional selalu ambil bagian dalam berbagai upacara tradisional. Terlihat pula rumah Tongkonan sebagai latar belakang

Para penari Toraja dengan busana tradisional di Makale, Tana Toraja, Sulawesi Selatan. (Tropenmuseum, part of the National Museum of World Cultures)

9. Patung Tau-tau, personifikasi jenazah yang telah meninggal, sedang disiapkan sebelum diarak dalam upacara Rambu Solo'

Patung Tau-tau yang akan diarak dalam upacara Rambu Solo' di Tana Toraja, Sulawesi Selatan, pada dekade 1940-an. (Tropenmuseum, part of the National Museum of World Cultures)

10. Bagi masyarakat Toraja, belum lengkap sebuah upacara tanpa pemotongan kerbau. Semakin banyak kerbau yang dikurbankan, semakin tinggi derajat sosial si pemilik acara

Pemotongan kerbau sebagai bagian dari upacara Rambu Solo' di Sa'dan, Toraja Utara, Sulawesi Selatan, pada dekade 1940-an. (Tropenmuseum, part of the National Museum of World Cultures)

11. Para penari sedang bersiap iringi prosesi upacara adat yang mereka hadiri

Para penari tradisional upacara Rambu Solo yang diadakan di Rantepao, Toraja Utara, Sulawesi Selatan, pada dekade 1940-an. (Tropenmuseum, part of the National Museum of World Cultures)

Baca Juga: Bertualang ke Bukit Ollon Tana Toraja, Wajib Perhatikan 6 Tips Ini! 

12. Para pelayat dan kerabat sedang berbaris mengikuti arak-arakan jenazah yang akan dimakamkan

Rombongan warga dan keluarga yang mengikuti upacara Rambu Solo di Tana Toraja. (Tropenmuseum, part of the National Museum of World Cultures)

13. Setiap upacara Rambu Solo' dipastikan ramai oleh para pelayat, warga setempat atau kampung tetangga, hingga kerabat jauh

Pemandangan upacara adat Rambu Solo' di Bungin, Toraja Utara, Sulawesi Selatan, antara tahun 1910 hingga 1940. (Tropenmuseum, part of the National Museum of World Cultures)

14. Sebelum melanjutkan perjalanan, arak-arakan keluarga dan pelayat beristirahat dulu. Terlihat pula patung Tau-tau dan keranda jenazah yang dibawa

Para peserta upacara Rambu Solo sedang beristirahat sebelum lanjut kembali mengarak Tau-Tau di Tana Toraja. (Tropenmuseum, part of the National Museum of World Cultures)

Baca Juga: 6 Perbedaan Rambu Solo' dan Rambu Tuka' dalam Upacara Adat Suku Toraja

Berita Terkini Lainnya