Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ANTARA FOTO/Yusran Uccang

Makassar, IDN Times - Jersey sebagai "pakaian perang" di mata para penikmat sepak bola seolah menjadi bagian penting dalam perjalanan panjang sebuah kesebelasan. Pakaian turut menjadi saksi bisu segala kesuksesan atau paceklik prestasi di lapangan hijau. Jatuh bangun hingga setiap tetes keringat yang mengucur turut dirasakan para pemain dalam balutan jubah kebesaran.

PSM juga demikian. Sejak mulai merasakan ketatnya kompetisi nasional pada 1951, warna merah sudah identik dengan mereka. Berikut IDN Times Suslel menyajikan 1. secuplik perjalanan Pasukan Ramang serta jersey yang menemani mereka sejak Liga Primer Indonesia 2013 hingga Liga 1 2018 kemarin. Nike, Kelme dan Umbro silih berganti hiasi cerita kiprah PSM selama lima tahun ke belakang.

1. Musim 2013, sulitnya menggapai podium juara

ANTARA FOTO/Yusran Uccang

Tahun kedua keikutsertaan PSM di Liga Primer Indonesia, PSM mendapat durian runtuh. Nike, pabrikan tersohor asal Amerika Serikat, datang menggandeng klub profesional tertua di Indonesia tersebut. Meski desainnya cukup minimalis, jersey merah marun terlihat berkilau berkat garis strip bengkok di dada kanan.

IPL 2013 berjalan cukup sulit bagi Andi Oddang cs. Meski berbekal skuad berisi 80% pemain lokal kenyang pengalaman, dari kiper hingga juru gedor, Juku Eja gagal penuhi target juara yang dicanangkan. Papan atas sulit digapai. Alhasil Peter Segrt, sosok juru taktik asal Kroasia dalam setelan jas lengkap yang mendampingi sejak 2011, mundur pada pertengahan musim.

Di bawah caretaker Imran Amirullah, asisten pelatih Segrt yang mengambil alih pos pelatih kepala di empat pekan sisa, PSM finis di peringkat 6 dengan poin 35. Sebagai catatan, Liga Primer 2013 dirampungkan sebelum waktunya oleh PSSI. LPI bahkan berjalan timpang setelah empat klub didiskualifikasi ketika liga tengah berjalan, sebelum berakhir prematur.

2. Desain yang sama, tiga tahun beruntun

Editorial Team

Tonton lebih seru di