Ferry Rotinsulu saat bertugas sebagai pelatih kiper Sriwijaya FC untuk persiapan Liga 2 musim 2021. (Instagram.com/ferry.rotinsulu)
Nama Ferry Rotinsulu selalu identik dengan Sriwijaya FC. Sebab ia punya peran sentral dalam kesuksesan Laskar Wong Kito pada dekade 2010-an.
Ferry lahir di Palu (Sulteng) pada 28 Desember 1982. Ia mengawali karier pada tahun 1999 sebagai pemain Persipal Palu, yang saat itu bermain di Divisi Satu. Masuk musim 2004, Ferry yang baru berusia 22 tahun dikontrak oleh Persijatim Solo FC. Persijatim sendiri awalnya berasal dari Jakarta Timur, dan bermain di Stadion Lebak Bulus. Tapi sulitnya finansial membuat mereka relokasi ke Kota Solo.
Masuk akhir 2004, Persijatim dibeli oleh Pemprov Sumatera Selatan dan berganti nama jadi Sriwijaya FC. Ferry pun ikut pindah dari Kota Batik ke Palembang. Sempat tertatih di tahun-tahun awal, Ferry dan kawan-kawan baru menggebrak pada musim 2007. Di bawah asuhan Rahmad Darmawan, mereka menyabet gelar juara Liga Indonesia dan Piala Indonesia (saat itu dikenal sebagai Copa Dji Sam Soe).
Mayoritas karier Ferry dihabiskan bersama Sriwijaya FC. Dari tahun 2005 hingga 2013, ia mendapat tujuh trofi. Satu gelar Ligina (2007), tiga Piala Indonesia (2007, 2008, 2010), sebiji Community Shield (2010) dan dua medali juara Inter Island Cup (2010, 2013).
Persebaya 1927, yang kemudian berganti nama jadi Bhayangkara Surabaya FC, adalah klub terakhir yang ia perkuat sebelum gantung sarung tangan.
Sekarang, Ferry kembali mengabdi untuk Sriwijaya FC (kini bermain di Liga 2) sebagai pelatih sekaligus pembimbing kiper-kiper muda.