Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Syamsul Chaeruddin (kiri) dan Rasyid Bakri (kanan) berpose bersama jersey PSM Makassar tahun 2013-2016 yang diproduksi oleh Nike. (Instagram.com/psm_makassar)

Intinya sih...

  • PSM Makassar menjual jersey kolaborasi dengan Nike yang langsung ludes dalam hitungan menit.
  • Pada tahun kedua di Liga Primer Indonesia, PSM mendapat sponsor dari Nike dan mengalami kesulitan bersaing di papan atas.
  • Pergantian desain jersey terjadi jelang Liga Super 2014, dengan aksen putih di lengan kiri-kanan yang mengingatkan pada seragam Ajax Amsterdam.

Makassar, IDN Times - PSM Makassar memberi kejutan di tengah libur kompetisi. Pada Selasa (28/5/2024) sore, mereka membuka penjualan jersey kolaborasi dengan apparel Nike. Seragam tersebut digunakan Pasukan Ramang dari tahun 2014 hingga 2016. Tak disangka, jersey yang terbilang langka tersebut langsung ludes dalam hitungan menit.

Di sisi lain, "jubah perang" tersebut memiliki makna tersendiri. Sebab jersey Nike mengiringi episode jatuh bangun PSM selama tiga tahun beruntun. Mulai dari hampir degradasi, pembekuan kompetisi hingga fase awal kebangkitan. Berikut IDN Times mengupas kisah singkatnya untuk pembaca.

1. Nike datang pertama kali pada ajang Liga Primer musim 2013

Jersey PSM Makassar untuk ajang Liga Primer Indonesia musim 2013. (Dok. Football Kit Archive)

Pada tahun kedua di Liga Primer Indonesia, PSM ini mendapat sponsor dari Nike, apparel ternama asal Amerika Serikat. Meskipun desainnya minimalis, jersey merah marun tetap menarik perhatian dengan garis strip khas di dada kanan.

Musim IPL 2013 berjalan sulit bagi PSM meski memiliki skuad yang didominasi pemain lokal berpengalaman. Target juara tidak tercapai, dan mereka kesulitan bersaing di papan atas.

Peter Segrt, pelatih asal Kroasia yang telah bersama sejak 2011, mundur di pertengahan musim. Di bawah asuhan caretaker Imran Amirullah, PSM finis di peringkat 6 dengan 35 poin. Liga Primer 2013 sendiri berakhir prematur setelah PSSI menghentikannya lebih awal dan mendiskualifikasi empat klub di tengah kompetisi.

2. Jersey desain kedua ini digunakan selama dua tahun berturut-turut

Jersey PSM Makassar yang mulai digunakan pada ajang Liga Super Indonesia musim 2014. (Instagram,com/psm_makassar)

Pergantian desain terjadi jelang Liga Super 2014, dengan aksen putih di lengan kiri-kanan yang mengingatkan pada seragam Ajax Amsterdam. Serangkaian kabar mengejutkan mengikuti PSM, termasuk mundurnya pelatih asal Jerman, Jorg Steinebrunner, tepat sebelum musim dimulai setelah hanya dua bulan bekerja.

Pengganti Jorg, Rudy Keltjes, tidak mampu membawa PSM lebih tinggi dari papan tengah Wilayah Timur. Optimisme untuk ISL 2015 menghilang ketika kompetisi dihentikan di pekan ketiga karena sanksi pembekuan FIFA terhadap PSSI.

Selama masa vakum, PSM tidak mencatat satupun prestasi gemilang. Mereka gagal lolos dari penyisihan grup di Piala Jenderal Sudirman 2015, tersingkir di semifinal Habibie Cup 2015 oleh Sidrap United, dan kalah di perempat final Piala Presiden 2015.

3. Paruh kedua ISC A 2016 menjadi awal kebangkitan Pasukan Ramang

Aksi Titus Bonai dalam pertandingan Indonesia Soccer Championship A antara PSM Makassar versus Semen Padang pada 9 September 2016. (Twitter.com/PSM_Makassar)

Awan mendung belum juga pergi ketika PSM bertarung di Indonesia Soccer Championship (ISC) A 2016. Meski telah melakukan perekrutan besar-besaran, PSM terpuruk di papan tengah kompetisi peralihan setelah PSSI dibekukan FIFA karena dualisme kepengurusan.

Tidak puas dengan hasil buruk tersebut, Luciano Leandro diberhentikan oleh manajemen di pertengahan musim, dan posisinya digantikan oleh Robert Rene Alberts. Pelatih asal Belanda ini membawa harapan baru, berhasil membawa PSM naik dari peringkat 12 ke posisi 6.

Semangat yang sempat meredup kini kembali menyala, membuat banyak pihak yakin Ferdinand Sinaga dan kawan-kawan bisa memberikan performa yang lebih baik di musim berikutnya. Perlu dicatat bahwa PSM menggunakan jersey yang sama dari 2014 hingga 2016, atau selama dua tahun.

Editorial Team