Sejumlah pesepak bola PSM Makassar melakukan latihan ketika uji coba lapangan di Gelora Bung Tomo (GBT), Surabaya, Jatim, Jumat (31/1/2014) malam. PSM Makassar sebagai tuan rumah di Surabaya akan menjalani laga perdana kompetisi Indonesia Super League (ISL) 2014 melawan Putera Samarinda pada Minggu (2/2/2014). (ANTARA FOTO/M Risyal Hidayat)
Nasib buruk menimpa PSM jelang helatan Liga Super Indonesia 2014. Stadion Andi Mattalatta Mattoanging dinyatakan gagal lolos verifikasi PT. Liga Indonesia. Alhasil, Ponaryo Astaman beserta kolega "meminjam" Stadion Gelora Bung Tomo Surabaya untuk musim itu.
Selama di Kota Pahlawan, mereka gagal menembus papan atas klasemen akhir Wilayah Timur. Sepanjang 20 pekan, PSM hanya memetik tujuh kemenangan. Sembilan laga berakhir kekalahan, ditambah empat kali seri. Total poin yang dikumpulkan yakni 25, hanya terpaut tiga angka dari Persela di peringkat empat.
Semangat tanding pemain memang masih membara. Namun dengan dukungan penonton yang minim, PSM kehilangan energi tambahan. Mereka finis di peringkat 7, di bawah Persiba Balikpapan (5) dan Persisam Putra Samarinda (6).
Selama bermarkas di ibu kota Jawa Timur, Juku Eja dua kali berganti pelatih. Jorg Steinebrunner mundur pada 12 Februari 2014 menyusul start buruk di tiga pekan pertama (dua kali kalah, sekali imbang). Jorg diganti oleh Rudy Keltjes, namun Rudy menyusul mundur pada akhir Juli. Eks striker PSM era 1980-an, Assegaf Razak, lalu ditunjuk mengarsiteki PSM hingga akhir musim.