[KLASIK] Para Pelatih yang Membawa PSM dan Timnas Terbang Tinggi

Beberapa sempat membela Juku Eja sebagai pemain

Makassar, IDN Times - Timnas Indonesia dan PSM Makassar memang tak terpisahkan. Pasukan merah marun kerap mengirim talenta terbaiknya untuk menjadi bagian dari Merah Putih. Sebut saja Maulwi Saelan dan Ramang pada dekade 1950-an, hingga sang enerjik Syamsul Chaeruddin di awal abad ke-21.

Namun, riwayatnya tak berhenti pada pemain saja. Sejarah mencatat bahwa ada tiga sosok yang sempat singgah di PSM --entah sebagai pemain atau pelatih-- sebelum memimpin Timnas di gelanggang Senayan. Dan mereka semua bisa mencatat hasil apik selama menangani Tim Garuda.

Berikut IDN Times membawa pembaca mengingat lagi siapa saja sosok-sosok tersebut, para pelatih legenda di PSM dan Timnas Indonesia.

Baca Juga: PSM Jaga Mentalitas di Masa Jeda Kompetisi Liga 1

1. Erenst Alberth Mangindaan, membawa PSM dan Timnas berjaya

[KLASIK] Para Pelatih yang Membawa PSM dan Timnas Terbang TinggiPara pemain dan staf pelatih PSM Makassar berpose dengan trofi juara Kejurnas PSSI Perserikatan 1959. (Dok. Istimewa)

Dekade 1920-an akhir hingga awal pendudukan Jepang, Erenst Alberth Mangindaan lebih dikenal sebagai kapten tim Indonesische Voetbal Bond Magelang (IVBM) yang kelak berubah menjadi PPSM Magelang. Ia bahkan jadi salah satu pendiri PSSI setelah mewakili IVBM dalam kongres pertama pada 9 April 1930. Merantau jauh dari Minahasa, tanah kelahirannya, Mangindaan muda mengasah bakatnya sebagai pemain sepak bola saat belajar di Sekolah Guru.

Masuk 1950, ia mudik ke Sulawesi. Tapi Mangindaan memilih singgah ke Makassar untuk menukangi PSM. Seluruh bibit bal-balan dari seantero Sulsel dikumpulkannya. Hingga terpilihlah sosok-sosok seperti Suwardi Arland, Itjing Pasande, Makmur Chaeruddin hingga Ramang. Tapi, Mangindaan butuh waktu 7 tahun sebelum membawa Juku Eja merajai Kejurnas PSSI. Dua trofi ia persembahkan pada 1957 dan 1959.

Pengalaman pertamanya bersama Timnas datang pada 1954. Saat itu, ia ditunjuk sebagai asisten Antun "Toni" Pogačnik alias double job. Ia ikut mendampingi Timnas dalam Asian Games Manila 1954, tur ke Eropa Timur pada 1956, Olimpiade Melbourne 1956, Asian Games Tokyo 1958 dan Asian Games Jakarta 1962.

Selepas Toni pensiun, Mangindaan naik pangkat jadi pelatih kepala Timnas pada 1966. Prestasinya antara lain menembus perempat final Asian Games 1966 dan 1970, juara Piala Raja Thailand 1968 dan jadi jawara Pestabola Merdeka Malaysia 1969.

2. Suwardi Arland, membawa dua rekannya di PSM ke staf pelatih Timnas

[KLASIK] Para Pelatih yang Membawa PSM dan Timnas Terbang TinggiSkuat PSM Makassar berpose dengan pelatih kepala Suwardi Arland dalam ajang Piala Jusuf 1965. (Dok. Istimewa)

Sepanjang dekade 1950-an, Suwardi Arland dikenal sebagai penyerang haus gol. Trio Suwardi - Ramang - Noor Salam sangat ditakuti tim-tim lawan. Suwardi bahkan membukukan 11 gol dari 6 pertandingan pada Babak 7 Besar Kejurnas PSSI 1957-59, di mana PSM keluar sebagai juara.

Pensiun sebagai pemain pada 1960, ia langsung diangkat sebagai juru latih PSM. Ia membawa Juku Eja menaiki podium juara sebanyak tiga kali. Sekali di Piala Jusuf 1965, dan dua lainnya pada Kejurnas PSSI edisi 1964-65 dan 1965-66. Capaian apik ini membuatnya dipilih PSSI sebagai pengganti Djamiaat Dalhar di pos pelatih kepala Timnas.

Masa baktinya bersama Merah Putih terbagi menjadi dua, yakni 1972-74 dan 1976-78. Prestasi yang ia torehkan antara lain juara Jakarta Anniversary Tournament 1972, runner-up Piala Presiden Korsel 1972 dan semifinalis SEA Games Kuala Lumpur 1977, capaian yang ia anggap terbaik sepanjang karier kepelatihannya.

Yang unik, Suwardi Arland bukan satu-satunya jebolan PSM di masa baktinya untuk Timnas. Ia selalu turut serta memboyong dua rekannya selama bermain, Ramang dan Noor Salam, sebagai asisten pelatih.

3. Bertje Matulapelwa, membawa Timnas terbang tinggi di kancah Asia

[KLASIK] Para Pelatih yang Membawa PSM dan Timnas Terbang TinggiBertje Matulapelwa (dua dari kiri) saat bermain untuk PSM Makassar dalam Kejurnas PSSI Perserikatan musim 1969-71. (Dok. Arsip Pribadi Keng Wie)

Pada dekade 1960-an akhir, Bertje Matulapelwa didatangkan PSM Makassar setelah cukup lama bermain bersama PSA Ambon. Menempati posisi gelandang bertahan selama bermain, prestasi terbaiknya sebagai penggawa PSM pada Kejurnas PSSI hanya finis di empat besar (1969-71 dan 1971-73).

Usai gantung sepatu, Bertje tetap berkecimpung di dunia sepak bola sebagai pelatih. Ia kemudian menjadi asisten pelatih Timnas era Sinyo Aliandoe (1982-83), dan trio Muhammad Basri - Abdul Kadir - Iswadi Idris (1983-84). Masuk 1985, ia promosi menjadi pelatih kepala.

Dengan materi pemain gabungan Galatama dan Perserikatan, Bertje bisa membawa Timnas terbang tinggi di level Asia. Mulai dari lolos ke fase gugur Kualifikasi Piala Dunia 1986, semifinalis Asian Games Bangkok 1985 dan Asian Games Seoul 1986, semifinalis Piala Raja Thailand 1987 serta tentu saja medali emas pertama cabor sepak bola di SEA Games Jakarta 1987.

Sosok Bertje yang tenang membuatnya dijuluki sebagai "Sang Pendeta." Para pemain pun menaruh respek kepadanya. Herry Kiswanto, libero yang turut andil dalam capaian emas 1987, tetap memanggilnya "Om Bertje" dalam banyak wawancara hingga sekarang.

Baca Juga: Reaksi Dua Penyerang PSM Makassar Setelah Dipanggil Shin Tae Yong

Topik:

  • Aan Pranata

Berita Terkini Lainnya