[KLASIK] Mengenang Makassar Utama, Tim Sepak Bola Bentukan Jusuf Kalla

"Makassar Biru" warnai pentas nasional selama dekade 1980-an

Makassar, IDN Times - Masih ingat dengan Liga Sepak Bola Utama atau biasa disingkat Galatama? Ya, pentas bal-balan itu menjadi proyek rintisan PSSI untuk mewujudkan sebuah kompetisi profesional. Maksudnya, roda ekonomi klub digerakkan secara sehat oleh pengusaha sebagai pemilik, dan keberadaan sponsor untuk mendukung keuangan.

Untuk ukuran dekade 1980-an, ambisi tersebut terlampau visioner. Namun mimpi tersebut diwujudkan oleh Ketua Umum PSSI 1977-1981, Ali Sadikin, pada tahun 1979. Ia meneruskan "proyek" Ketum PSSI 1975-1977 yakni Bardosono.

Dimulai pada musim 1979/1980 (sempat mengadopsi format kompetisi Eropa), Galatama dilabeli "kompetisi semi-profesional" di mana para pemain diikat kontrak berdurasi waktu. Berbeda dengan Perserikatan yang membawa fanatisme daerah, keuangan bergantung pada Pemda serta pemain-pemainnya disebut "amatir".

Diselenggarakan dari 1979 hingga 1993, Galatama membawa angin segar untuk sepak bola Indonesia. Pamornya pun sempat mengalahkan Perserikatan. Dengan masyarakat yang dikenal gila bola, klub Makassar pun sempat mencatat hasil memuaskan di kompetisi tersebut.

1. Didirikan pada akhir tahun 1979, Makassar Utama baru tampil di Galatama musim 1980-1982

[KLASIK] Mengenang Makassar Utama, Tim Sepak Bola Bentukan Jusuf KallaPemain Makassar Utama, Karman Kamaluddin (berbaju putih), dalam sebuah pertandingan melawan tim Pelita Jaya (Jakarta) pada Galatama musim 1986/87. (Instagram.com/sulselfootballhistory)

Saat kabar bahwa Galatama mulai digodok, seorang pengusaha kondang asal Sulsel seolah terpanggil. Ia adalah Jusuf Kalla, pemilik NV Hadji Kalla yang bergerak di lintas sektor. JK pun mendirikan Makassar Utama (MU) pada akhir tahun 1979, dengan Stadion Mattoanging sebagai kandang.

Materi pemain mayoritas berasal dari PSM Makassar. Di dua musim pertamanya, MU mengandalkan Syamsuddin Umar, Musdan Latandang, Hamid Achmad, Yohannes Deong, Karman Kamaluddin, serta Donny Pattinasarany.

Turut pula Rizal Mappa, Nasir Sarro, Abdi Tunggal, Hafid Ali, Johnny Kamban serta Albert Kaperek. Ilyas Haddade didapuk sebagai pelatih. Turut pula Nus Pattinasarany, ayah dari kakak beradik Ronny-Donny Pattinasarany, selaku manajer.

Sebelum berlaga di Divisi Utama Galatama, MU lebih dulu berjuang di Divisi Satu Galatama 1980 demi meraih tiket promosi. Dari enam pertandingan, mereka hanya menang sekali. Sisanya, dua kali imbang dan tiga kali kalah. Bertengger di peringkat 5 dari 7 tim peserta, MU nyaris gagal. Beruntung mereka kebobolan lebih sedikit dibanding tim Jakarta Putera, yang mengumpulkan poin identik yakni 4.

2. Makassar Utama sempat finis di peringkat tiga Galatama musim 1983/84

[KLASIK] Mengenang Makassar Utama, Tim Sepak Bola Bentukan Jusuf KallaSkuad Makassar Utama berfoto bersama Ketua Umum PSSI Kardono, Wagub Sulsel Basri Palaguna, Ketua Umum Makassar Utama Jusuf Kalla dan manajer MU Andi Darussalam Tabussala pada pertengahan 1980-an. (Instagram.com/sulselfootballhistory - Arsip Pribadi Karman Kamaluddin)

Mengawali langkah di Galatama 1980-1982 (diikuti 18 tim), Makassar Utama finis di peringkat 8. Pencapaian yang cukup bagus sebab anak asuh Ilyas Haddade itu jadi satu-satunya klub asal Indonesia Timur.

Masuk musim 1982/83 yang diikuti oleh 15 tim saja, tim dengan warna jersey biru tua tersebut masih jadi penghuni papan tengah yakni peringkat 9.

Divisi Utama Galatama 1983/84, terjadi perubahan format dari satu wilayah menjadi dua wilayah. Finis sebagai peringkat 3 Wilayah Timur, MU keok di Babak 8 Besar. Tergabung di Grup A bersama Tunas Inti (Jakarta), Mercu Buana (Medan) serta Indonesia Muda (Jakarta), Makassar Utama harus menerima kenyataan hanya menjadi juru kunci.

Musim 1984 jadi musim terbaik MU di Galatama. Di tahun terakhirnya jadi pelatih MU, Ilyas Haddade membawa tim asuhannya meramaikan perburuan gelar juara. Di akhir musim mereka bercokol di posisi ketiga dari 15 tim, di bawah runner up UMS 80' (Jakarta) dan sang juara Yanita Utama (Bogor).

Makassar Utama di musim 1984 juga menyaksikan fase peremajaan tim. Beberapa nama baru direkrut seperti Rohandi Yusuf, Maukar Mustari, Ruslan, Benny Titamena, Safaruddin, Mustari Ato, Ali Baba, Sangkala Rowa, Frengky Weno, Kusnadi Kamaluddin, dan Sumirlan.

3. Jelang Galatama IX pada 1990, Makassar Utama membubarkan diri

[KLASIK] Mengenang Makassar Utama, Tim Sepak Bola Bentukan Jusuf KallaPara pemain Makassar Utama sedang berada di ruang ganti Stadion Andi Mattalatta Mattoanging sebelum bertanding dalam lanjutan Galatama musim 1986. (Instagram.com/sulselfootballhistory - Arsip Pribadi Thamrin Thaif)

Galatama musim 1985 hanya diikuti oleh 8 tim saja. Satu persatu klub yang sempat ikut serta membubarkan diri dengan alasan membengkaknya biaya operasional. Yanita Utama, juara musim 1984, bahkan dijual dan berganti nama menjadi Krama Yudha Tiga Berlian. Berjalan hanya selama tiga bulan, MU yang dilatih Saleh Bahang finis di peringkat 4.

Di tahun keenam di Galatama, atau musim 1986, Makassar Utama belum beranjak dari papan tengah. Tepatnya peringkat 5, dari 9 tim perserta, dalam klasemen akhir musim.

Galatama kembali menggeliat di musim 1987/88. Jumlah tim peserta naik menjadi 14 tim. Terjadi perubahan pengisi pelatih Makassar Utama. Saleh Bahang mengoper posisi juru taktik ke gelandang serang PSM dekade 1970-an, Syamsuddin Umar. Hasilnya? MU bertengger di posisi 5.

Syamsuddin Umar hanya semusim menangani MU. Jelang Galatama 1988/89, sang rekan di lapangan tengah Juku Eja, Ronny Pattinasarany, didapuk sebagai pelatih baru. Sayangnya, prestasi MU kurang mengilap. Sumirlan dkk kembali jadi penghuni papan tengah. Di akhir musim, mereka harus puas di peringkat 10 dari 18 tim.

Lantaran prestasi kurang mengilap, Ronny meletakkan jabatan pelatih. Ilyas Haddade kembali direkrut sebagai pelatih kepala untuk Galatama 1990. Harapan tinggi disematkan, namun gagal terealisasi. MU berkutat di papan bawah, sebelum duduk di peringkat 13 pada akhir musim.

Jelang Galatama IX musim 1990-1992, Makassar Utama membubarkan diri. Prestasi jeblok dan keuangan jadi alasan utama. Banyak pemain yang selanjutnya berlabuh ke PSM. Beberapa di antaranya yakni Ali Baba, Anzar Razak dan Ansar Abdullah.

Baca Juga: [KLASIK] PSM di Piala Presiden 2015: Moncer di Awal, Kemudian Tumbang

4. Gelar juara Piala Liga Galatama 1986 jadi satu-satunya prestasi Makassar Utama

[KLASIK] Mengenang Makassar Utama, Tim Sepak Bola Bentukan Jusuf KallaSumirlan, kapten tim Makassar Utama menerima trofi Piala Liga Galatama tahun 1986 setelah mengalahkan Niac Mitra di partai final. (Instagram.com/sulselfootballhistory)

Satu dekade perjalanan MU di pentas nasional bukannya tanpa catatan emas. Di bawah komando Saleh Bahang dan kapten tim Sumirlan, gelar juara Piala Liga 1986 sukses diraih. Dalam partai final yang berlangsung di Stadion Utama Gelora Bung Karno Jakarta, Makassar Utama menekuk Niac Mitra dengan skor tipis 1-0.

Muncul pertanyaan sederhana. Dari sepuluh tahun eksistensinya, apa Makassar Utama pernah menjajal PSM Makassar? Jawabannya, cukup sering. Keduanya lebih banyak bersua dalam partai uji coba.

Namun duel paling seru terjadi pada partai puncak turnamen Piala Jusuf X tahun 1984. Makassar Utama lolos sebagai juara Grup A mengalahkan Persib, Persija dan Timnas Brunei Darussalam. Di semi final, giliran Timnas Singapura yang ditekuk 1-0.

Sementara itu, PSM lolos sebagai runner up Grup B di bawah Singapura. Beruntung, mereka mengalahkan Persib dengan skor 2-1 pada semi final.

Jumat malam tanggal 11 Mei 1984, puluhan ribu pasang mata memenuhi Mattoanging untuk menyaksikan Derby Makassar. Laga tersebut kian unik sebab nyaris pemain Makassar Utama pernah menjadi bagian dari PSM.

Derby Makassar berjalan sengit. Kedua tim yang "sudah saling kenal" saling bertukar serangan. Tak ada gol tercipta di babak pertama. Juku Eja baru "menggigit" di babak kedua. Puncaknya, mereka unggul lewat gol Alimuddin Usman pada menit ke-78. Skor berakhir 1-0. PSM menangi "perang saudara", dan jadi jawara Piala Jusuf 1984.

Baca Juga: [KLASIK] Mengenang "Togo Connection" ala PSM Makassar di Ligina 2007

Topik:

  • Irwan Idris

Berita Terkini Lainnya