Jalan Panjang PSM Makassar dalam Merajai Sepak Bola Indonesia

Diwarnai pasang-surut prestasi sejak berdiri pada 1915

Makassar, IDN Times - Selama dua musim belakangan, PSM menyita perhatian publik  tanah air. Setelah cukup lama berjuang di papan tengah, akhirnya tim terbesar Pulau Sulawesi tersebut kembali memanaskan persaingan papan atas kasta tertinggi sepak bola nasional. Kebangkitan Juku Eja membuat seisi Makassar kembali bergairah menyambut bal-balan.

Namun, apa yang mereka raih adalah bagian dari perjuangan keras penuh lika-liku. Jatuh bangun serta pasang surut prestasi turut mengiringi langkah mereka selama 113 tahun. Berikut ini kami sajikan kisah singkat perjalanan PSM, dari berdiri hingga menjadi klub dengan reputasi wahid saat ini.

1. Klub profesional tertua di kasta tertinggi sepak bola Indonesia

Jalan Panjang PSM Makassar dalam Merajai Sepak Bola IndonesiaDok. Istimewa

PSM Makassar saat ini berstatus sebagai klub profesional tertua di kasta tertinggi sepak bola Indonesia. Berdiri pada 2 November 1915 dengan nama Makassar Voetbal Bond (Perserikatan Sepak Bola Makassar), yang merupakan gabungan dari tim-tim lokal waktu itu yakni Prosit milik orang-orang Eropa, Excelsior yang beranggotakan pemain etnis Tionghoa serta Makasaarsche Roode Vischjes (MRV) dengan materi skuat campuran.

Meramaikan kontestasi sepak bola Hindia-Belanda, MVB acapkali menerima tawaran uji tanding dari klub-klub dari luar Sulawesi. Selain itu, MVB turut mengadakan kejuaraan yang mempertemukan tim di seantero Makassar.

Keadaan berubah pada masa pendudukan Jepang yang menerapkan aturan dihapusnya segala hal berbau Belanda. MVB turut terkena imbas, namanya diubah menjadi Persatuan Sepak Bola Makassar. Namun ibarat pepatah "ada udang di balik batu", rupanya aparatur pemerintah Dai Nippon hendak menarik hati para penduduk di Kota Daeng lewat langkah ini.

Setelah Indonesia akhirnya merdeka pada 1945, PSM mulai intens menjalin hubungan dengan PSSI. Mengingat kebutuhan akan kompetisi yang berkelanjutan, mereka sepakat mulai ikut ambil bagian dalam kompetisi nasional Perserikatan yang mempertemukan klub-klub dari seluruh Indonesia.

Baca Juga: Abdul Rahman, Si Perantau yang Kembali ke Kampung Halaman

2. Berjaya di dekade 1950-an hingga 1960-an

Jalan Panjang PSM Makassar dalam Merajai Sepak Bola IndonesiaInstagram.com/memoripsm

Taji PSM sebagai "Ayam Jantan dari Timur" baru mencuat pada dekade 1950-an. Raihan mayor perdana datang di kompetisi 1951, yakni menyabet runner-up di bawah Persebaya Surabaya. Trofi baru benar-benar singgah ke Makassar saat PSM akhirnya keluar sebagai juara edisi 1957.

Selama periode perserikatan yang waktu itu masih dilabeli Kejurnas PSSI, Juku Eja sukses menjadi jawara sebanyak empat kali, yakni tahun 1957, 1959, 1964/65 dan 1965/66.

Cerita menarik datang dari edisi 1965/66. Tempat penyelenggaraan final terpaksa dipindah dari Jakarta ke Medan lantaran kericuhan yang terjadi di semifinal antara Persebaya dan Persib. Beruntung perubahan venue tak berdampak banyak bagi Ramang dkk. Mereka mengandaskan perlawanan Maung Bandung dua gol tanpa balas di hadapan ribuan penonton yang memenuhi Stadion Teladan.

Format Perserikatan kemudian dibagi menjadi Divisi Utama dan Divisi Satu pada tahun 1978/79. PSM tak pernah lagi melangkah ke partai pamungkas selama 10 tahun. Langkah mereka kerap terhenti di babak kedua kendati sudah menguasai Wilayah Timur.

Puasa gelar akhirnya usai di Divisi Utama 1991/92. PSM tampil sebagai kampiun berkat kemenangan 2-1 nan dramatis atas PSMS dalam final yang dilaksanakan di Stadion Utama Gelora Bung Karno. Skor 1-1 akhiri waktu normal, beruntung Mustari Ato datang membalikkan keadaan di menit ke-91. Keadaan tak berubah hingga extra time rampung, mengantar PSM merasakan gelar prestisius setelah menunggu selama 26 tahun.

Baca Juga: Eero Markkanen, Sang Ujung Tombak PSM, dalam Rentetan Angka

3. Pasang-surut prestasi sejak era Ligina dimulai

Jalan Panjang PSM Makassar dalam Merajai Sepak Bola IndonesiaInstagram.com/sulselfootballhistory

Saat Perserikatan dan Galatama dilebur menjadi Ligina pada 1994/95, langkah PSM acapkali kandas di babak kedua kompetisi. Padahal mereka tampil garang sepanjang babak penyisihan Wilayah Timur. Predikat runner-up musim 1995/96, di mana mereka kalah 0-2 dari Mastrans Bandung Raya, jadi prestasi maksimal.

Milenium baru ternyata memberi berkah. Finis sebagai pemuncak klasemen Wilayah Barat, kedigdayaan PSM yang waktu diasuh duet pelatih Henk Wullems - Syamsuddin Umar berlanjut hingga Babak 8 Besar. Langkah mereka tak terbendung, Persija ditekuk 1-0 di semifinal, sebelum menundukkan perlawanan PKT Bontang di laga pamungkas. Berkat kemenangan 3-2, Bima Sakti cs kembali menambah item dalam lemari trofi.

Selanjutnya, PSM lagi-lagi harus lebih banyak puas dengan status juara dua tepatnya di musim 2001 (kalah 2-3 dari Persija di final), 2003 (beda 5 poin dengan Persik Kediri), 2004 (beda selisih gol dengan Persebaya).

Format kasta tertinggi kembali berubah, kali ini menjadi Liga Super dengan format satu wilayah. Sayang, PSM konsisten menjadi klub papan tengah. Tahun 2011 mereka melakukan tindakan ekstrim : keluar dari Liga Super untuk menyeberang ke Liga Primer, kompetisi tandingan yang digagas pengusaha Arifin Panigoro

PSM mampu finis di peringkat 3 dibawah juara Persebaya 1927 dan runner-up Persema Malang. 

4. Kembali meramaikan persaingan papan atas Liga 1

Jalan Panjang PSM Makassar dalam Merajai Sepak Bola IndonesiaInstagram.com/psm_makassar

LPI musim 2011–12 hanya diikuti oleh 12 tim. PSM yang waktu itu dilatih Petar Segrt finis di posisi 6 prestasi yang diulang di musim 2013. Dualisme PSSI diselesaikan, dan status Liga Super kembali dipulihkan sebagai liga utama pada 2014. Sayang mereka kembali terpuruk, hanya finis di peringkat 7 Wilayah Timur.

Sempat vakum lama akibat sanksi FIFA, angin segar datang pada tahun 2016. Eks pelatih Arema FC, Robert Rene Alberts, datang menyuntikkan kekuatan di paruh kedua Indonesia Soccer Championship. Di bawah komando meneer Robert, Juku Eja unjuk gigi. Meski hanya finis di peringkat 6, publik sepakat PSM kembali menjelma sebagai tim yang layak diperhitungkan.

Anggapan tersebut memang benar adanya. Tengoklah Liga 1 musim 2017 dan 2018 kemarin. Wiljan Pluim cs konsisten meramaikan persaingan papan atas. Peringkat dua klasemen musim kemarin mengulang prestasi musim 2004, alias 14 tahun silam, saat PSM finis dengan label serupa.

Kini Pasukan Ramang sibuk dengan bermacam agenda. Mulai dari Piala Indonesia, di mana prestasi terbaik PSM hanya sampai di babak perdelapan final (2007). Ada pula ajang AFC Cup, setelah absen dari turnamen tingkat Asia sejak tahun 2005.

Topik:

  • Ita Lismawati F Malau

Berita Terkini Lainnya