Abdul Rahman, Si Perantau yang Kembali ke Kampung Halaman

Pernah memperkuat Persita Tangerang hingga klub Timor Leste

Makassar, IDN Times - Datang sebelum musim 2018 bergulir, Abdul Rahman sempat diragukan oleh sebagian suporter PSM Makassar. Pasalnya saat berseragam Bali United semusim sebelumnya, ia lebih banyak duduk manis di bangku cadangan, kalah bersaing dengan duet Demerson Costa - Ahn Byung-keon.

Perginya sang kapten Hamka Hamzah ke Sriwijaya FC membuat publik bertanya-tanya apakah coach Robert Rene Alberts memang sudah menemukan tandem yang pas untuk Steven Paulle. Rasa khawatir berangsur hilang.

Pria kelahiran Sidenreng Rappang 14 Mei 1988 itu ternyata sanggup mengisi lubang di sektor belakang. Dengan postur jangkung 1,90 meter plus tubuh kekar, Abdul Rahman seolah menjadi pengganti yang sempurna.

Lugas tanpa kompromi menjaga pemain lawan, kemampuan individunya ditunjang dengan determinasi tinggi. Masih belum lekang dari ingatan Derby Indonesia Timur pekan 12 Liga 1 musim lalu. Sundulannya di menit akhir membuat Persipura harus gigit jari di kandang sendiri, menelan hasil imbang 1-1.

Baca Juga: PSM Keok, Kalezic: Kami Tak Bermain dengan Baik

1. Nekat ke Jakarta demi seleksi Diklat Ragunan tanpa sepengetahuan orang tua

Abdul Rahman, Si Perantau yang Kembali ke Kampung HalamanInstagram.com/abdul_rahman_sulaeman

Bagi para pecinta bal-balan lokal, pemilik nama lengkap Abdul Rahman Sulaiman tersebut bukanlah sosok asing. Ia sudah kenyang asam-garam membela sejumlah klub papan atas di kasta tertinggi sepak bola tanah air. Mengawali karir di salah satu SSB kota Sidrap, dirinya kemudian hijrah ke Makassar pada tahun 2003 setelah direkrut oleh Diklat Sudiang.

Tak butuh waktu lama, kemampuan mengolah si kulit bundar membawanya ke Jakarta. "Selanjutnya saya diajak seleksi ke Diklat Ragunan tahun 2004. Oleh pelatih saya dinyatakan lolos," ujarnya dalam video wawancara kanal YouTube PSM Makassar yang diunggah pada Februari silam.

Langkah pertamanya menimba ilmu berjalan tak mudah. Berangkat ke ibu kota tanpa sepengetahuan orang tua, Abdul Rahman hanya bermodal uang pinjaman dari salah satu sanak famili. "Saya terpaksa berbohong, karena saya tahu bapak waktu itu tidak punya uang sepeser pun untuk biaya perjalanan." Kabar jika dirinya diterima sekolah olahraga legendaris tersebut baru diberitahunya sekembali dari seleksi.

Baca Juga: Kerap Berakhir Nihil, Ini Cerita Perjalanan PSM di Piala Presiden

2. Turut merasakan dua kali juara liga selama masa perantauan, salah satunya bersama Persib di tahun 2014

Abdul Rahman, Si Perantau yang Kembali ke Kampung HalamanInstagram.com/abdul_rahman_sulaeman

Setahun lebih di Diklat Ragunan, Abdul Rahman kemudian direkrut oleh tim junior Persita Tangerang. Berturut-turut memperkuat tim U-18 lalu U-23, pelatih Pendekar Cisadane waktu itu yakni Benny Dollo tanpa pikir panjang menawarinya satu tempat di skuat utama. Persita pun resmi menjadi klub profesional pertamanya. Bermain selama empat musim (2006-10), 42 kali dan satu gol dibukukan.

Selanjutnya berturut-turut ia berlabuh di Pelita Jaya (2010-11), Semen Padang (2011-12), Sriwijaya FC (2012-13) dan Persib Bandung (2013-15). Selama masa perantauan, pemilik 2 caps bersama Timnas Indonesia turut mengecap manisnya mengangkat trofi. Ada kampiun Indonesia Premier League bersama Semen Padang (musim 2011/12) dan LSI 2014 bersama Maung Bandung, yang mengakhiri puasa gelar selama 19 tahun.

Saat FIFA membekukan PSSI pada 2016, Abdul Rahman terbang ke Timor Leste untuk menandatangani kontrak bersama klub Karketu Dili FC. Hanya delapan bulan merasakan kompetisi Liga Futebol Amadora, pengalaman di negeri tetangga rupanya amat membekas.

"Hanya ada tujuh tim dan cuma memakai satu stadion. Status tim kandang-tandang hanya ditandai pindah bench," tuturnya. Kendati demikian, pria 30 tahun tersebut mengakui jika pemain-pemain Timor Leste juga punya kualitas mumpuni.

3. Bercita-cita membawa Pasukan Ramang ke tangga juara sebelum pensiun sebagai pemain

Abdul Rahman, Si Perantau yang Kembali ke Kampung HalamanInstagram.com/abdul_rahman_sulaeman

Kembali ke kampung halaman setelah berseragam Bali United selama satu setengah musim (2016-2017), keputusan memperkuat Juku Eja rupanya tak lepas dari wejangan kedua orang tua. "Saya gabung ke PSM karena inilah tempat saya lahir dan besar. Saya tak ingin menyia-nyiakan kesempatan. Suporternya juga antusias. Orangtua juga ingin saya bermain untuk PSM sebelum pensiun sebagai pemain."

Masuk musim kedua dalam balutan jersey merah marun, ayah dari dua orang anak ini masih berambisi membawa tim kebanggaan Sulawesi Selatan menggenggam trofi juara Liga 1. Keberhasilan bersaing di papan atas, menempel ketat Persija, membuatnya percaya jika Pasukan Ramang sanggup mengulang prestasi serupa musim ini.

Lebih jauh, baginya PSM bukan hanya sekadar klub sepak bola. "Nilai Siri'na Pacce (usaha sekuat tenaga menjaga harkat, martabat dan harga diri) juga ada dalam PSM," pungkas suami dari Fira Febriana Taufik ini. Maka tak heran jika menengok rekaman ritual setiap laga kandang, yakni bernyanyi lagu Berjuanglah PSM-ku, kita bisa melihat Abdul Rahman begitu menghayati bait demi bait sembari menggenggam lambang klub di dada kanan.

Akankah aksi-aksinya di ajang Liga 1 2019 serta AFC Cup berbuah manis? Patut ditunggu.

Topik:

  • Ita Lismawati F Malau

Berita Terkini Lainnya