Prosesi penyalaan obor di upacara pembukaan Olimpiade Seoul 1988 yang berlangsung di Seoul Olympic Stadium pada 17 September 1988. (Wikimedia Commons - U.S Air Force / Ken Hackman)
Dekade 1980-an jadi milik atlet cabor panahan. Ini dibuka oleh Suradi Rukimin yang terjun di Olimpiade Los Angeles (Amerika Serikat) 1984. Sosok kelahiran Makassar, 28 Oktober 1959, itu duduk di peringkat 16 nomor perseorangan putra. Capaiannya lebih baik ketimbang 46 peserta lainnya, termasuk rekannya yakni Donald Pandiangan (43).
Usai pensiun sebagai atlet, Suradi sempat menjadi pelatih tim PON Sulsel pada dekade awal 2010-an.
Setelah Suradi, ada Kusuma Wardhani yang terjun cabor panahan Olimpiade Seoul (Korea Selatan) 1988. Perempuan asal Makassar, 20 Februari 1964, tersebut jadi bagian dari sukses medali perak untuk nomor beregu putri, bersama Lilies Handayani dan Nurfitriyana Saiman. Inilah medali pertama yang diperoleh Indonesia dalam Olimpiade sejak debut pada 1952.
Saking bersejarahnya, perjuangan tim panahan putri di Seoul 1988 kemudian diangkat ke layar lebar. Berjudul "3 Srikandi", film garapan Iman Brotoseno itu rilis pada tahun 2016.
Di Seoul 1988 juga ada Silvia Koeswandi yang bertanding di cabor anggar floret perorangan putri. Atlet kelahiran Makassar, 25 Agustus 1959, ini finis sebagai juru kunci di Pool A babak penyisihan grup tanpa satupun poin dari empat pertandingan.
Meski tak maksimal di Seoul, Silvia kemudian berhasil menyabet medali perak anggar épée perorangan putri pada Asian Games Beijing 1990.