Melihat Skena Esports Indonesia Timur dari Mata Pandora Corp

Masih ada stigma negatif orang tua pada game dan gamer

Makassar, IDN Times - Ekosistem esport di Sulawesi Selatan terus berkembang. Tim-tim pun sudah terbentuk di bawah naungan banyak cyber cafe atau gaming house. Selain itu, semakin banyak turnamen yang digelar.

Salah satu yang ikut jadi motor penggerak adalah Pandora Corp. yang membawahi Pandora Cyber Cafe. Mereka kembali menghelat turnamen esport untuk kali kedua pada tahun ini, dengan total hadiah mencapai Rp15 juta. Ajang bertajuk "GameZone" tersebut dihelat pada 22 Oktober hingga Minggu (31/10/2021) di Atrium London Phinisi Point.

Ada empat game yang dipertandingkan seperti Mobile Legends, Pokemon Unite, Free Fire serta Tekken 7. Divisi Umum Pandora Corp. Muhammad Fahreza Ibrahim mengatakan, jumlah peserta turnamen mencapai 400 orang, dengan rentang usia 9 hingga 20-an tahun.

"Dari peserta juga antusiasnya tinggi, mereka sangat senang dengan adanya acara ini. Harapannya juga sama, besok-besok kami bikin lagi secara rutin," kata sosok yang biasa disapa Bob itu saat ditemui IDN Times, Minggu malam (1/11/2021).

Baca Juga: Mau Jadi Atlet Esport yang Keren Maksimal? Lakukan 5 Hal Ini Dulu

1.Pandora Corp. berambisi membangun ekosistem esports

Melihat Skena Esports Indonesia Timur dari Mata Pandora CorpDivisi Umum Pandora Corp., Muhammad Fahreza "Bob" Ibrahim (IDN Times/Achmad Hidayat Alsair)

Turnamen seperti "GameZone" yang digodok jadi salah satu usaha Pandora Corp. dalam kancah esport Makassar. Menurut Bob, pihaknya juga punya program kerja lain untuk mengedukasi dan menjaring potensi atlet pro. Contohnya yakni temu wicara, pendampingan para atlet hingga pembinaan prestasi.

Secara blak-blakan, ia mengakui bahwa skena esports di Indonesia Timur amat tertinggal jika dibandingkan dengan Pulau Jawa. Maka, tugas membangun ekosistem dan membuatnya sejajar tak semudah membalikkan telapak tangan.

"Di sana ekosistemnya luar biasa, apalagi di ibu kota. Tidak usahlah kita tim-tim di Sulawesi muluk-muluk ingin samai tim-tim di Jawa seperti RRQ dan semacamnya dari segi sponsorship dan jam terbang. Itu ndak mungkin mi," kata Bob.

"Di sini saya tidak berbicara tentang value-nya tapi tentang kesamaan ekosistemnya. Itu yang tertinggal di Indonesia Timur, dan kita berencana angkat agar bisa setara dengan di Jawa," sambungnya.

2. Stigma negatif orang tua pada game dan gamer sendiri diakui masih melekat

Melihat Skena Esports Indonesia Timur dari Mata Pandora CorpSuasana lomba game Free Fire turnamen GameZone yang diadakan Pandora Corp. di Phinisi Point Makassar, Minggu 31 Oktober 2021. (IDN Times/Achmad Hidayat Alsair)

Tahun 2018 silam, Pandora Corp. juga pernah mengadakan turnamen esports. Saat itu mereka disponsori usaha kuliner Kaesang Pangarep yakni Sang Pisang, dan mengajak serta Celebes Gaming Community (Cegacom). Ajang serupa sempat diagendakan pada 2020, tapi terpaksa diurungkan lantaran pandemik COVID-19.

Namun dari kurun 2018 hingga 2021, Bob mengakui masalah stigma negatif yang melekat pada gamer dari orang tua masih ada. Ini amat berbeda dengan situasi di Jawa, di mana para ayah dan ibu berlomba-lomba memasukkan buah hatinya ke klub-klub gaming demi memaksimalkan potensi.

"Alasannya, para orang tua belum melihat pembuktian bahwa terjun esports juga punya jenjang karier," kata sosok yang juga anggota Bidang Umum Esports Indonesia (ESI) Sulsel tersebut.

"Anggaplah ESI membuat batasan umur minimal menjadi player yakni 13 hingga 30 tahun. Usia 25 hingga 35, dia bisa menjadi pelatih. Umur 30 ke atas bisa menjadi manajer karena butuh kematangan, sebab tak mudah menjadi manajer tim esports," imbuhnya.

3. Pandora Corp. berharap misi panjang membangun skena esports bisa membuahkan hasil

Melihat Skena Esports Indonesia Timur dari Mata Pandora CorpSuasana lomba game Free Fire turnamen GameZone yang diadakan Pandora Corp. di Phinisi Point Makassar, Minggu 31 Oktober 2021. (IDN Times/Achmad Hidayat Alsair)

Bicara lebih jauh, stigma negatif orang tua di Indonesia Timur yang coba diubah oleh Pandora Corp. Bob mengakui ini pula yang membuat mereka sulit melihat gambaran besar esports juga sebagai olahraga yang juga mengasah ketangkasan, mental, pikiran hingga fisik.

"Ortu belikan anak konsol atau gawai, dan setelahnya buang waktu. Padahal jika anak bisa diarahkan dan dididik dengan baik, apalagi diikutkan ke tim profesional dan belajar dari sana, saya yakin anaknya bisa berpotensi jadi atlet pro," katanya.

"Maka sebagai komitmen Pandora Corp. dalam membangun ekosistem, kami akan memberi pembelajaran kepada orang tua apa saja sisi positif esports melalui talkshow dan seminar. Untuk 'GameZone' ini kita sudah lakukan untuk kali pertama. Karena selain praktik, teorinya juga jelas perlu," lanjut Bob.

Melalui berbagai program godokan mereka, Pandora Corp. berharap bisa menjadi pintu masuk dan tujuan anak-anak muda Indonesia Timur untuk terjun ke dunia esports.

"Kami berharap besar, agar ekosistem yang dibangun bisa berhasil. Pasti butuh waktu, dan juga kerja keras. Tapi itu komitmen kami dan akan kita perjuangkan," pungkas Bob.

Baca Juga: 6 Klub Sepak Bola Indonesia yang Punya Tim eSport, Ada Favoritmu?

Topik:

  • Aan Pranata

Berita Terkini Lainnya