Kelelawar atau Ular? Ilmuwan Berdebat Siapa Pembawa Virus Corona

Vaksin virus corona diuji coba dalam 3 bulan ke depan

Makassar, IDN Times - Wabah virus corona membuat negara-negara di dunia waspada. Virus baru itu telah membunuh sedikitnya 80 orang di Tiongkok dan menyerang lebih dari 2.000 orang di sejumlah negara. 

Organisasi kesehatan WHO pada Kamis (23/1) sempat berencana memberlakukan status darurat global. Namun urung dilakukan lantaran minimnya informasi tentang bagaimana virus yang mirip SARS tersebut menyebar.

Ilmuwan pun masih mempelajari segala hal mengenai virus ini, termasuk spesies apakah yang membawanya sebelum akhirnya bisa menyerang manusia. Ada dua spesies yang dicurigai sebagai asal muasal virus ini, yaitu kelelawar dan ular.

Sementara itu, sebanyak 13 negara, selain Tiongkok telah melaporkan kasus positif Corona, mulai dari Vietnam, Korea Selatan, Thailand, Australia, Perancis hingga Amerika Serikat.

Di Indonesia sendiri, sejumlah kota di Sumatera dan Jawa melaporkan kasus dugaan virus corona sejak pekan lalu.

Baca Juga: Wisman Asal Hong Kong di Sorong Suspect Virus Corona

1. Dalam tiga bulan, ada vaksin corona yang bisa diujicobakan kepada manusia

Kelelawar atau Ular? Ilmuwan Berdebat Siapa Pembawa Virus CoronaPengunjung memakai masker berjalan melewati Shanghai Disney Resort, yang akan ditututp selama liburan Tahun Baru Imlek menyusul penularan virus corona baru di Shanghai, Tiongkok, pada 24 Januari 2020. ANTARA FOTO/REUTERS/Aly Song

Kini, sejumlah ilmuwan asal Amerika Serikat dan Tiongkok sudah melakukan penelitian intensif siang-malam sejak pertengahan bulan Januari untuk mencari vaksin penangkal wabah 2019-nCoV yang pertama kali pecah di Wuhan, Ibu Kota Provinsi Hubei, Tiongkok itu.

Mereka yang terlibat dalam proyek ini adalah Baylor College of Medicine --cabang kesehatan milik University of Texas-- organisasi nirlaba New York Blood Centre dan Universitas Fudan di Shanghai. Peter Hotez, dekan Baylor College, mengatakan kepada kantor berita Xinhua bahwa prosesnya memakan waktu yang tak sebentar.

"Pengembangan (vaksin) bukanlah proses yang cepat, dan tidak jelas apakah kita akan memiliki vaksin yang siap digunakan sebelum epidemi ini berakhir," ungkap Hotez pada Rabu (22/1) pekan lalu. Hotez turut menambahkan jika virus Corona justru berpotensi akan lebih banyak terjadi di Amerika Utara.

The US National Institutes of Health (NIH) juga mulai mengembangkan vaksin melawan virus ini. Petinggi NIH memperkirakan, vaksin ini bisa diujicobakan kepada manusia dalam tiga bulan ke depan.

“Kami sedang mengerjakan (vaksin itu)," kata Anthony Fauci, salah satu direktur NIH kepada Bloomberg. 

2. Menyebar di Tiongkok, para ilmuwan masih mempelajari segala hal tentang 2019-nCoV

Kelelawar atau Ular? Ilmuwan Berdebat Siapa Pembawa Virus CoronaKementerian Kesehatan menggelar jumpa pers update Virus Corona di Gedung Kemenkes (IDN Times/Dini Suciatiningrum)

Ya, perkiraan Hotez sendiri didasarkan pada fakta saat wabah virus SARS merebak di daratan Tiongkok pada November 2001 hingga Juli 2003. Selain merenggut nyawa ratusan orang di Tiongkok, terdapat 43 korban jiwa di Kanada. Total korban akibat SARS --pendahulu 2019-nCoV-- mencapai lebih dari 700 orang.

Namun, masih ada perdebatan di kalangan ilmuwan tentang virus Corona ini: dibawa oleh kelelawar atau ular? Masing-masing punya dasar alasan ilmiah, berdasarkan riset saintifik.

Dalam hasil penelitian yang diterbitkan China Science Bulletin edisi Agustus 2017, Shi Zhengli --salah satu peneliti di Wuhan Institute of Virology-- menyebut kelelawar berpotensi menjadi "biang utama" virus Corona.

2. Pada 2017 silam, sebuah penelitian menyebut kelelawar kini menjadi patogen virus corona

Kelelawar atau Ular? Ilmuwan Berdebat Siapa Pembawa Virus CoronaUnsplash.com

Kelelawar disebut sebagai patogen (agen biologis) virus corona. Shi menjelaskan pada masa awal menjangkitnya SARS, sekitar 60 spesies kelelawar telah dilaporkan terpapar virus tersebut. Jumlah kelelawar yang terinfeksi telah meningkat secara dramatis sejak tahun 2002, dan sebagian besar diduga membawa genotipe baru virus corona yang telah bermutasi.

Lebih jauh, ia menjelaskan bahwa kelelawar jenis Rhinolopus sinicus jadi mayoritas patogen virus. Berangkat dari temuan bahwa kelelawar rhinolopus yang diteliti memiliki identitas 87 -92 persen asam nukleat dan 93 -100 persen asam amino identik dengan novel virus corona, SARS-CoV.

Fakta selanjutnya tak kalah mencengangkan. MERS-CoV yang mewabah di Timur Tengah pada 2013 silam, bisa menginfeksi mamalia lain seperti babi, monyet dan tentu saja manusia. Akan tetapi, bukti bahwa kelelawar bisa menginfeksi SARS-CoV atau MERS-CoV langsung ke manusia masih samar-samar.

4. Baru-baru ini, sekelompok ilmuwan Tiongkok berpendapat bahwa ular jadi patogen untuk 2019-nCoV

Kelelawar atau Ular? Ilmuwan Berdebat Siapa Pembawa Virus CoronaPixabay/BM10777

Sementara itu, para ilmuwan Chinese Academy of Sciences baru-baru ini mencuatkan teori lain bahwa ular-lah patogen virus corona. Dalam makalah yang terbit pada Kamis (23/1) pekan lalu, genom ular yang diteliti memiliki kemiripan hingga 96 persen dengan kelelawar pembawa virus corona serta 79,5 persen identik dengan susunan SARS-CoV.

Para ilmuwan CAS menyebut bahwa analisis sampel mencuatkan urutan genom lengkap dari tipe/strain baru virus corona. Lebih jauh, sampel yang mereka teliti berasal dari pasien yang terinfeksi 2019-nCoV pada hari-hari pertama wabah.

Mereka pun menyimpulkan bahwa virus tersebut merupakan turunan SARS-CoV lantaran gejala yang ditimbulkan sangat identik. Virus ini memasuki sel inang menggunakan protein reseptor yang sama dengan SARS.

5. Sementara, ahli menduga 2019-nCoV tak menyebar dari manusia ke manusia, seperti SARS pada tahun 2002

Kelelawar atau Ular? Ilmuwan Berdebat Siapa Pembawa Virus CoronaFoto hanya ilustrasi. (IDN Times/Debbie Sutrisno)

Untuk pembawa virus, para ilmuwan boleh saja berdebat. Tapi mereka (dan pihak berwenang) satu suara akan satu hal: tempat asal wabah virus corona.

Dalam artikel South China Morning Post yang terbit pada Jumat (24/1) lalu, mayoritas sepakat bahwa pasar makanan laut dan hewan hidup di Tiongkok tengah --khususnya Kota Wuhan-- jadi asal-muasal penyebaran 2019-nCoV. Wuhan sendiri telah diisolasi demi mencegah meluasnya virus mematikan itu.

Namun, strain virus corona terkini--yang baru-- membuat banyak peneliti cenderung berbeda pendapat. Apakah sama dengan SARS? Seperti apa pola penyebarannya? Dua hal tersebut masih menggantung di kepala mereka. Namun, Hotez memberi sebuah pandangan yang agaknya bisa memberi sedikit rasa lega.

"Satu-satunya kabar baik adalah tampaknya sejauh ini, virus corona (2019-nCoV) tidak menular dari manusia ke manusia seperti SARS. Tapi, kita masih dalam tahap awal epidemi dan kami harus banyak belajar," kata dia. 

Baca Juga: Virus Corona Mewabah, KBRI Upayakan Evakuasi WNI di Wuhan

Topik:

  • Ita Lismawati F Malau

Berita Terkini Lainnya