Peneliti Ungkap Temuan Rangka Manusia 7.200 Tahun di Maros

Ada gen misterius manusia Denisovan turut ditemukan peneliti

Makassar, IDN Times - Sejak ditemukan oleh para arkeolog di Siberia pada tahun 2008, manusia Denisovan memang kerap mengundang tanya dari para peneliti. Meski diketahui mereka kawin mawin dengan nenek moyang Homo sapiens yakni manusia Neanderthal, kehidupan Denisovan sangat jarang diketahui.

Saking minimnya informasi termasuk fosil, Denisovan yang merupakan spesies awal manusia kerap disebut misterius. Selama ini cuma ada bukti DNA saja. Meski begitu, peneliti menemukan bahwa manusia modern masih mewarisi DNA-nya, tepatnya dalam gen rumpun Melanesia yakni sekitar 1,9 hingga 3,5 persen.

Sedikit demi sedikit, ilmuwan mulai mengumpulkan keping demi keping fakta terkait hidup dan punahnya mereka. Penemuan tulang belulang manusia dengan gen Denisovan di Leang Paningnge, Kecamatan Mallawa, Kabupaten Maros, pada tahun 2015 bisa jadi batu pijakan.

Leang Paningnge sendiri adalah gua karst di wilayah administrasi Desa Batu Pute, sekitar 100 kilometer dari Kota Makassar. Tempatnya sejuk, diselimuti pepohonan dan dikenal sebagai destinasi wisata. Gua yang dinamakan menurut sebutan lokal untuk kelelawar (panning) itu masuk dalam kawasan Taman Nasional Bantimurung-Bulusaraung.

1. Akin Duli, salah satu arkeolog yang terlibat, menyebut penemuan kerangka berusia 7.200 tahun jadi bukti penting peradaban manusia di Sulawesi

Peneliti Ungkap Temuan Rangka Manusia 7.200 Tahun di MarosTangkapan layar saat Dekan Fakultas Ilmu Budaya Universitas Hasanuddin, Akin Duli, menjabarkan temuan rangka tertua di Pulau Sulawesi dalam konferensi pers daring pada hari Selasa 31 Agustus 2021. (IDN Times/Achmad Hidayat Alsair)

Semua mata peneliti asal-usul manusia saat ini tertuju ke Sulawesi Selatan. Ini terjadi setelah penemuan DNA Denisovan di Maros dipublikasikan melalui jurnal ilmiah Nature pada 25 Agustus 2021 lalu.

Proses penelitiannya sendiri melibatkan banyak pihak. Mulai dari Universitas Hasanuddin, Universiti Sains Malaysia, Griffith University (Australia), Australian National University hingga Max Planck Institute (Jerman).

Berbicara dalam konferensi pers daring pada Selasa siang (31/8/2021), salah satu arkeolog yang terlibat yakni Akin Duli menyebut rangka yang mereka temukan tak cuma jadi salah satu sumbangsih dalam menyingkap misteri Denisovan. Ada peradaban awal manusia di Sulawesi bisa dikuak perlahan.

"Yang kami temukan adalah rangka manusia tertua, yang bisa dianalisis dengan baik, khusus di Sulawesi. Rangka ini penting bagi sejarah peadaban manusia pulau ini," jelas Akin Duli kepada sekitar 60 peserta yang hadir dalam room Zoom.

"Sebagai tambahan catatan, yang kami temukan dalam proses penggalian adalah rangka manusia dan bukan fosil," imbuhnya.

2. Proses penggalian kerangka Besse di Leang Paningnge sudah dimulai sejak tahun 2015

Peneliti Ungkap Temuan Rangka Manusia 7.200 Tahun di MarosTim peneliti saat melakukan penggalian tulang belulang Besse di Leang Paningnge, Kecamatan Mallawa, Kabupaten Maros. (Dok. Departemen Arkeologi Universitas Hasanuddin)

Dosen Departemen Arkelogi Fakultas Ilmu Budaya (FIB) Unhas itu menjelaskan bahwa proses penemuan dan penggalian dimulai pada tahun 2015 silam. Dari hasil identifikasi awal, rangka ini menunjukkan ciri-ciri seorang perempuan muda berusia antara 17 dan 18 tahun.

"Untuk memudahkan penelitian, rangka ini sepakat kami namakan Besse, sesuai nama perempuan berderajat tinggi dalam budaya Bugis," jelas Akin Duli.

Tulang belulang Besse sendiri baru diangkat dengan hati-hati pada tahun 2017. Tapi, proses penelitian lebih lanjut terhalang oleh minimnya peralatan memadai yang ada di Unhas. Rangkanya sendiri bahkan sempat ditangani oleh pihak RS Wahidin Sudirohusodo.

"Kami cukup lama mencari tempat dengan fasilitas memadai untuk rangka ini. Akhirnya ada pihak dari Griffiths University yang bersedia kami ajak kerja sama," paparnya.

"Kami sempat bertanya ke salah satu fasilitas penelitian di Amerika Serikat, tapi biayanya mencapai setengah miliar. Setelah kerja sama dengan pihak Griffiths, rangka dikirim ke laboratorium di Jerman yang juga punya peralatan tak kalah canggihnya," imbuh Akin Duli.

3. Saat rangka Besse dianalisis, mencuat fakta bahwa ia memiliki DNA Denisovan yang masih misterius

Peneliti Ungkap Temuan Rangka Manusia 7.200 Tahun di MarosFoto kerangka Besse yang ditemukan oleh peneliti di Leang Paningnge, Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan. (Dok. Departemen Arkeologi Universitas Hasanuddin)

Lebih setahun dianalisis oleh Max Planck Institute dan University of Tübingen, beberapa fakta tentang Besse berhasil dikuak. Ia diperkirakan hidup sekitar 7.200 tahun lampau, jadi yang tertua di Sulawesi. Tapi, penyebabnya meninggal masih dalam proses penelitian. Saat DNA-nya diteliti, ada hal mengejutkan terkuak.

"Dari segi DNA, yang terkandung pada Besse, selain ada jejak rumpun Melanesia juga mengandung DNA Denisovan. DNA ini lebih tua umurnya daripada DNA Austromelanesoid yang jadi nenek moyang langsung orang-orang di Papua dan Australia (Aborigin)," jelas Akin.

Berdasarkan teori "Out of Africa", nenek moyang Besse adalah manusia modern awal dari Afrika yang melakukan migrasi seluruh benua pada 200.000 tahun lalu. Lantas bagaimana cara hingga akhirnya DNA Denisovan tiba di Sulawesi? Untuk yang ini, Akin Duli masih menerka-nerka.

"Begitu banyak pandangan dari orang, tapi sifatnya masih spekulatif. Tapi perlu penelitian lebih mendalam untuk menguaknya. Tapi sekali ini, rangka ini sangat penting bagi sejarah penghunian manusia di Pulau Sulawesi," jelasnya.

Lalu, apakah Besse adalah leluhur jauh dari Bugis-Makassar? Menyitir isi jurnal Nature, Akin Duli menyebut DNA dalam kerangka ini lebih dekat ke rumpun Melanesia. Tapi sekali lagi, diperlukan penelitian lebih lanjut.

"Atau jangan-jangan masih ada Bugis-Makassar yang punya DNA (Denisovan) itu. Perlu dicari tahu lagi," jawab sosok yang juga menjabat dekan FIB Unhas tersebut.

4. Iwan Sumantri dari Balai Arkeologi (Balar) Sulsel menyebut penemuan kerangka Besse sebagai hal yang mengejutkan

Peneliti Ungkap Temuan Rangka Manusia 7.200 Tahun di MarosTangkapan layar saat Dekan Fakultas Ilmu Budaya Universitas Hasanuddin, Akin Duli, menjabarkan temuan rangka tertua di Pulau Sulawesi dalam konferensi pers daring pada hari Selasa 31 Agustus 2021. (IDN Times/Achmad Hidayat Alsair)

Berbicara dalam kesempatan yang sama, Iwan Sumantri dari Balai Arkeologi (Balar) Sulsel menyebut penemuan kerangka Besse sebagai hal mengejutkan.

"Mengejutkan karena tulang yang mengandung DNA bisa terpreservasi di lingkungan tropis. Ini sangat jarang, kemungkinannya satu sepersejuta persen," ungkapnya.

Iwan merujuk pada situs penemuan DNA Denisovan yang berada di daerah beriklim dingin. Pertama yakni Gua Denisova di Pegunungan Altai (Rusia). Kedua adalah Gua Karst Baishiya di Dataran Tinggi Tibet (China).

Terlibat dalam proses penelitian, Iwan mengaku sempat tersirat dalam benaknya bahwa Besse memiliki DNA Denisovan yang masih jadi misteri. Pendapat ini muncul saat David Bulbeck, peneliti dari Australian National University datang ke Makassar untuk meneliti tulang belulang Besse.

"Sepuluh hari Bulbeck di sini untuk penelitian tahap dua dan tiga, disimpulkan Besse ini bukan Mongoloid dan juga bukan Austromelanesia. Di dalam obrolan ringan dengan Bulbeck, saya mengutarakan kemungkinan jika Besse ini adalah Denisovan," ujar Iwan.

"Ia sempat pesimis, dengan menjabarkan beberapa alasan dari penemuan para ilmuwan sebelumnya. Ya saya bilang saja ke dia untuk pikirkan ini dulu baik-baik," ceritanya.

5. Saat ini, Balar Sulsel sedang mendorong agar situs penggalian Leang Paningnge ditetapkan sebagai Situs Cagar Budaya Tingkat Provinsi dan Nasional

Peneliti Ungkap Temuan Rangka Manusia 7.200 Tahun di MarosTim peneliti saat melakukan penggalian tulang belulang Besse di Leang Paningnge, Kecamatan Mallawa, Kabupaten Maros. (Dok. Departemen Arkeologi Universitas Hasanuddin)

Berbicara tentang penggalian, Akin Duli mengaku penelitiannya di Mallawa diawasi langsung oleh kepolisian. Ini lantaran kawasan sekitar Leang Paningnge hendak disulap jadi obyek wisata dan resort. Ia mengaku tidak masalah dengan proses pembangunan di sekitar situs penggalian, selama tidak bertentangan dengan hukum.

"Kita ingin mempertahankan lingkungan aslinya demi anak cucu kita. Tidak masalah jadi obyek wisata, selama tetap dalam koridor UU yang sudah diatur. Kerusakan menjadi urusan pemerintah. Tapi lebih penting dilestarikan atau dijadikan wisata sejarah," katanya.

Sementara itu, Iwan Sumantri menjelaskan bahwa situs Paningnge yang sudah dalam kondisi rawan sudah dilindungi UU No. 11 Tahun 2010 tentang Cagar Budaya.

"Saya akan mendesak Tim Cagar Budaya Kabupaten Maros untuk mengusulkan Panlingnge sebagai situs cagar budaya tingkat provinsi, dan dari situ bisa menjadi situs kategori tingkat nasional. Ini sudah ditunggu oleh Dirjen Kebudayaan (Hilmar Farid)," sebut Iwan.

Lewat temuan DNA Denisovan di kerangka Besse, Iwan menyebut ini bisa memicu teori baru tentang manusia Indonesia terutama di Sulawasi. Selain itu, ia memetik pelajaran berharga.

"Bagi saya, penelitian ini adalah bukti bahwa Indonesia dihuni berbagai campuran ras. Tidak ada yang berhak mengklaim dirinya adalah penduduk asli atau pribumi republik ini," tegas Iwan.

Baca Juga: Berumur 45 Ribu Tahun, Lukisan Gua di Sulsel Diyakini Tertua di Dunia

Topik:

  • Irwan Idris

Berita Terkini Lainnya