Cerita Ramadan: Kenangan Ngabuburit Monopoli hingga Belajar Naik Motor

Momen menunggu azan Magrib bersama teman penuh kegembiraan

Makassar, IDN Times - Bulan Ramadan selalu membawa kenangan indah bagi banyak orang. Bagi saya pribadi, kenangan itu adalah momen ngabuburit bermain monopoli bersama teman-teman sebaya yang penuh kegembiraan.

Bermain Monopoli, entah mengapa selalu lebih menarik ketika menanti waktu berbuka puasa. Padahal permainan ini bisa saja dimainkan di hari-hari lainnya. Rasanya berbeda saja ketika memainkan permainan ini sembari menanti azan magrib berkumandang.

Momen itu terjadi pada era 2000-an awal. Saat itu, hampir setiap sore anak-anak di sekitar tempat tinggal saya ngabuburit dengan bermain Monopoli.

Kami hidup di pemukiman yang lokasinya berada di tengah-tengah Kota Makassar. Mungkin itu sebabnya perubahan tren permainan juga cukup cepat. Ketika Ramadan telah usai, rasanya tak ingin lagi memainkan permainan itu. Saat ini, saya tidak melihat tren ngabuburit sambil bermain Monopoli lagi.

Setelah berbuka puasa, orang dewasa, remaja maupun anak-anak akan berbondong-bondong menuju masjid terdekat untuk beribadah salat Isya dan salat Tarawih.

Riuh masyarakat akan sangat terasa utamanya saat hari-hari pertama Ramadan. Suara petasan ada di mana-mana seolah penanda kegembiraan masyarakat menyambut bulan suci Ramadan.

Yang paling berkesan adalah momen ketika kami mengejar tanda tangan pengurus masjid untuk mengisi buku Amaliyah Ramadan. Buku kecil ini diberikan oleh pihak sekolah kepada kami untuk diisi saat Ramadan. Segala aktivitas ibadah kami akan dicatat dalam buku itu.

Buku Amaliyah Ramadan ini juga yang sebenarnya memotivasi saya ke masjid melaksanakan salat Tarawih. Saya harus mendengarkan ceramah, mendengarkan nama penceramah, lalu mencatat intisari ke buku Amaliyah Ramadan. Setelah salat, kami pun menemui pengurus masjid untuk meminta tanda tangannya.

Setelah sahur, saya dan teman-teman juga salat Subuh di masjid. Sepulangnya dari salat, kami akan menonton balap liar di jembatan. Ini sebenarnya cukup berbahaya tapi seru. Namun dalam beberapa tahun terakhir, tidak ada lagi aktivitas balap liar di lingkungan saya karena dianggap terlalu meresahkan. Semakin dewasa, saya juga setuju dengan hal itu.

Namun dari semua pengalaman Ramadan saya di masa lalu, saya paling terkesan dengan pengalaman belajar naik motor. Seorang teman karib saya sejak kelas 1 SD, namanya Hafsah, mengajarkan saya untuk belajar mengendarai motor setelah Subuh. Katanya, mumpung belum banyak kendaraan.

Dengan sekali latihan, saya langsung bisa mengendarai motor meskipun sempat hampir masuk selokan. Hafsah juga yang mengajarkan saya naik sepeda pertama kali saat masih SD. Ketika belajar sepeda motor, saya sudah kelas 1 SMA.

Pada akhirnya, Ramadan selalu menghangatkan hati dengan segala ceritanya. Walau sederhana tapi ada kesan yang tak dapat dilupakan.

Baca Juga: 7 Meme Kocak Menantikan Azan Maghrib Saat Puasa Ramadan

Baca Juga: 10 Meme Tebak-tebakan Seputar Ramadan, Hiburan Nunggu Berbuka

Topik:

  • Aan Pranata

Berita Terkini Lainnya