Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi orang menggunakan ChatGPT (pexels.com/Matheus Bertelli)

Tak bisa dimungkiri bahwa kehadiran ChatGPT cukup membantu kegiatan, aktivitas, atau pekerjaan kita. Dalam hal ini, ChatGPT dapat menjawab segala jenis pertanyaan atau permintaan yang diajukan. Selain itu, karena basisnya adalah AI, maka kita harus menggunakannya dengan tepat agar hasilnya optimal.

Namun, secanggih-canggihnya teknologi tetap akan memungkinkan terjadinya eror atau hasil yang tidak maksimal. Khususnya apabila kita tidak menyadari adanya kekeliruan dalam menggunakannya. Lantas, apa saja kesalahan umum yang kerap terjadi saat menggunakan ChatGPT? Yuk, simak jawabannya berikut!

1. Menjadikannya sebagai sumber utama

ilustrasi orang memegang ponsel (pexels.com/RDNE Stock project)

Informasi yang disediakan oleh ChatGPT tidak bisa ditelan begitu saja tanpa adanya suapan tambahan. Maksudnya adalah kamu tidak bisa menjadikan AI sebagai sumber atau patokan utama terhadap informasi yang dibutuhkan.

Ini dikarenakan AI masih dalam tahap pengembangan dan bisa saja menyediakan informasi yang keliru. Jadi, selalu verifikasi ulang informasi yang didapat dari AI dengan sumber lain yang orisinal dan terpercaya.

2. Tidak melakukan parafrase

ilustrasi orang menulis (pexels.com/Kampus Production)

Satu hal yang perlu disoroti dalam menggunakan ChatGPT adalah tidak menyalin sama persis semua informasi yang diberikan. Dengan kata lain, kamu hanya copy paste tanpa adanya pengeditan, yaitu dengan melakukan parafrase dan proofreading. 

Parafrase bertujuan agar kamu tidak mengandalkan secara penuh kecanggihan AI. Sehingga, kamu tetap melibatkan pikiran, ide, dan logika dalam mengolah informasi. Selain itu, parafrase juga dapat meminimalisir terjadinya plagiasi, yang mana karena basis sumber informasinya berasal dari internet.

Kemudian, proofreading atau mengecek ulang bacaan, dapat membantumu untuk menemukan kesalahan penulisan, seperti typo, kalimat yang tidak koheren, dan lainnya.

3. Tidak memberikan konteks yang jelas

ilustrasi orang menulis (pexels.com/Ivan Samkov)

Konteks diperlukan untuk memahami maksud, tujuan, ataupun situasi dari permintaan yang kamu ajukan ke ChatGPT. Karena itu, berikan konteks yang jelas dan spesifik agar ChatGPT dapat membaca permintaanmu dan memberikan respons yang sesuai.

Misalnya, jika kamu ingin menerjemahkan kalimat, maka hukumnya wajib untuk memberikan konteks dari teks tersebut. Mulai dari bahasa yang ingin diterjemahkan, konteks situasi yang terjadi, serta tone yang diinginkan.

Jadi, apabila kamu menerima respons yang tidak sesuai dengan keinginan, maka perhatikan kembali konteks yang kamu berikan, ya. Ingatlah bahwa ChatGPT bersifat otomatis dan tidak memiliki perasaan seperti manusia.

4. Mencampur banyak topik

ilustrasi orang memegang ponsel (pexels.com/Andrea Piacquadio)

Ingatlah bahwa ini bukan gado-gado ataupun es campur, ya! Jadi, jangan mencampur banyak topik menjadi satu. Ini dikarenakan AI akan kesulitan memproses jika diberikan banyak topik sekaligus. Maka, fokus dan selesaikanlah satu per satu.

Lalu, apabila ingin berganti topik lain, jangan lupa untuk memberikan konteks baru yang sesuai. Meskipun AI canggih, bukan berarti kita bisa menggunakannya secara sembarangan. Dengan kata lain, kamu tidak bisa percaya sepenuhnya pada ChatGPT, yang mana data bisa saja tidak akurat atau bahkan mengandung bias.

Dengan memahami kesalahan umum dalam menggunakan ChatGPT, diharapkan kita bisa lebih bijak dan tepat dalam memaksimalkan layanan tersebut. Jangan sampai ChatGPT justru menggantikan kreativitas manusia, menjadi ketergantungan, dan bahkan membuat kita tidak bisa menilai mana yang bagus dan tidak.

Editorial Team