Tak Punya HP, Siswa SMP di Makassar Nekat Masuk Sekolah

Rusli menumpang fasilitas sekolah untuk belajar daring

Makassar, IDN Times - Keterbatasan ekonomi tidak menyurutkan semangat Rusli untuk  belajar. Karena tidak punya sarana untuk belajar dari rumah, remaja berusia 12 tahun nekat datang ke sekolahnya di tengah pandemik COVID-19.

Rusli merupakan siswa kelas VII di SMP Negeri 27 Kota Makassar, Sulawesi Selatan. Sedianya dia mengikuti aktivitas belajar secara daring. Tapi keterbatasan membuatnya tidak bisa mengikuti sistem itu. Dia pun memilih numpang fasilitas sekolah agar bisa mengikuti pelajaran dari guru.

"Sudah tiga hari masuk ke sekolah. Dia masuk sekolah karena tidak punya handphone untuk belajar online," kata Orang tua Rusli, Rusni Daeng Baji, saat ditemui jurnalis di sekolahnya, di Jalan Daeng Tata, Kompleks Hartaco Indah, Kecamatan Tamalate, Rabu (5/8/2020).

Baca Juga: Cegah Virus Corona, Pemerintah Siap Tes COVID-19 di Sekolah-Sekolah

1. Rusli diantar orang tua ke sekolah dengan berjalan kaki

Tak Punya HP, Siswa SMP di Makassar Nekat Masuk SekolahIlustrasi sekolah (IDNTimes/Wira Sanjiwani)

Selama ke sekolah dan menjalani belajar virtual, Rusli selalu diantar dan didampingi sang ibu. Dia juga dibantu sejumlah guru untuk memanfaatkan fasilitas sekolah.

Rusli yang beralamat di Jalan Cendrawasih sebenarnya tinggal cukup jauh dari sekolah. Tapi dia dan ibunya rela menempuh jarak berjalan kaki setiap hari. Mereka berangkat dengan menyesuaikan jam belajar virtual. Kadang Rusli dan ibunya naik angkutan umum dengan membayar seadanya.

"Supaya bisa belajar, jadi harus masuk sekolah," ujar Rusni.

2. Harus ke sekolah karena tidak bisa lagi menumpang belajar dengan temannya

Tak Punya HP, Siswa SMP di Makassar Nekat Masuk SekolahIlustrasi sekolah hari pertama via daring. IDN Times/Dida Tenola

Rusni mengaku tidak mampu  memfasilitasi anaknya belajar dengan handphone atau komputer. Faktor ekonomi yang pas-pasan jadi alasan. Apalagi suaminya, Rudi Daeng Santa, hanya seorang pekerja serabutan

"Kerjanya tidak menentu. Buruh harian. Kadang dapat (uang), kadang tidak," ucap Rusni.

Sejak Rusli dinyatakan lulus di SMP 27, pada Juni 2020 lalu, dia sempat belajar bareng bersama temannya. Sebab teman sekaligus tetangganya itu punya fasilitas lengkap, yakni HP dan laptop. "Sekarang sudah terpisah. Jadi sudah tidak bisa lagi," ujar Rusni.

3. Sekolah data ulang siswa kurang mampu untuk difasilitasi belajar langsung

Tak Punya HP, Siswa SMP di Makassar Nekat Masuk SekolahIlustrasi. Siswa belajar daring memanfaatkan fasilitas Wifi di Kelurahan Bandulan. IDN Times/ Alfi Ramadana

Petugas Bagian Kesiswaan dan Humas SMPN 27 Makassar, Naston mengungkapkan, Rusli merupakan satu dari 300 siswa yang lulus pada tahun ajaran baru. Rusli lulus murni melalui jalur pendaftaran afirmasi prasejahtera non zonasi.

"Masuk dalam kategori keluarga yang tidak mampu," ujarnya.

Naston menjelaskan, Senin, 3 Agustus 2020 lalu, orang tua Rusli berkoordinasi dengan pihak sekolah terkait ketidakmampuan mereka memfasilitasi anaknya  bejalar daring. Atas pertimbangan itu, pihak sekolah akhirnya menyetujui agar Rusli menggunakan fasilitas sekolah untuk belajar.

"Mereka minta untuk belajar di sekolah karena tidak punya HP. Tidak ada juga tetangga mereka bisa dia datangi untuk belajar bersama. Kemudian hasil rapat dengan guru-guru, kita setujui supaya dia bisa datang langsung dan pakai sarana (komputer) yang ada di laboratorium," Naston menjelaskan.

Naston menyebut tiga hari terakhir Rusli disiplin datang sebelum jam belajar dimulai pukul 08.00 WITA. Karena sekolah menerapkan protokol kesehatan, Rusli dianjurkan untuk menggunakan masker dan mencuci tangan sebelum mengikuti pelajaran online di dalam laboratorium.

Saat ini, lanjut Naston, pihaknya berupaya mendata ulang berapa banyak siswa mereka yang kesulitan mengakses fasilitas belajar online karena kondisi pandemik COVID-19. Sekolah berkomitmen untuk menyediakan fasilitas yang ada di sekolah bagi siswa yang keluarganya kurang mampu.

"Untuk saat ini baru Rusli yang berinsiatif datang. Tapi sebetulnya ada beberapa juga yang mengeluhkan tidak bisa belajar daring karena tidak punya fasilitas. Ada juga mengeluhkan masalah kuota. Karena kebijakan pemerintah tidak bisa ada perkumpulan, kita masih pelajari berapa orang yang bisa kita fasilitasi," katanya.

Baca Juga: Sekolah Gazebo, Ruang Belajar Alternatif di Masa Pandemik

Topik:

  • Aan Pranata

Berita Terkini Lainnya