Radio Gamasi, Jaga Budaya dan Kearifan Lokal Melintasi Zaman

Mengenal Sulsel dan Bugis-Makassar lewat Gamasi

Makassar, IDN Times - "105,9 FM, Gaya Makassar Ada di Sini..."

Begitulah kira-kira kalimat pembuka Radio Gamasi menyapa para penikmat atau pendengar setianya. Berdiri sejak 1980-an silam, radio yang dianggap sebagai 'legenda udara' di Makassar ini masih dicintai masyarakat Sulawesi Selatan, khususnya di Kota Makassar.

IDN Times mendapat kesempatan untuk berbincang langsung dengan salah satu penyiar senior sekaligus awak utama dari radio legenda ini. Dia adalah Citra Nawir. Dia menceritakan bagaimana radio tempatnya bekerja bertahan di tengah gempuran teknologi.

"Kita mungkin masih bisa eksis sampai sekarang karena kita konsisten mempertahankan konten lokal," kata wanita yang akrab disapa Indo Sitti ini di sela tugasnya siaran, Jumat (20/8/2021).

Baca Juga: Tahu Gak Sih? Penemuan Radio Ternyata Mengubah Cara Hidup Manusia

1. Konten lokal dan nuansa budaya jadi identitas Gamasi

Radio Gamasi, Jaga Budaya dan Kearifan Lokal Melintasi ZamanPenyiar senior Radio Gamasi Citra Nawir atau Indo Sitti. Indo Sitti for IDN Times

Konten lokal, yang berlatar belakang budaya khas Sulsel menurut Citra sangat mudah teridentifikasi. Salah satu yang menjadi ciri khas Gamasi adalah mempertahankan dialeg dalam pola interaksi dan komunikasi masyarakat sehari-hari. Pendengar atau yang biasa disebut sebagai Sambalu Gamasi, bisa dengan mudah mencerna setiap perbicangan disemua program acara lewat bahasa 'pasar'.

"Dari awal memang kita condong dengan budaya kita. Istilahnya kalau mau tahu banyak tentang Sulsel, atau Makassar, bisa lewat Gamasi. Pandangan itu yang kita bangun dari awal dan Alhamdulillah bisa bertahan sampai sekarang. Sambalu (pendengar, penikmat) juga masih setia sampai sekarang," jelasnya.

Di sisi lain, Citra tak menampik bahwa di tengah arus informasi yang berkembang begitu pesatnya, radio perlahan mulai tidak begitu diminati. Namun, dengan semangat dan konsistensi mempertahankan tekad awal, Gamasi membuktikan bahwa asumsi itu keliru.

"Dan Alhamdulillah, iklan-iklan masih ada saja terus. Artinya kita masih dipercaya masyarakat begitu, kira-kira," ucapnya.

2. Gamasi meretas stigma khususnya dangdut sebagai musik kelas kampung

Radio Gamasi, Jaga Budaya dan Kearifan Lokal Melintasi ZamanPenyiar senior Radio Gamasi Citra Nawir atau Indo Sitti. Indo Sitti for IDN Times

Citra mengungkapkan, sangking diminatinya, Gamasi dapat dengan mudah mengidentifikasi para pendengarnya. Setiap program acara katanya, beda juga pendengarnya. Dari sekian banyak program unggulan Gamasi, salah satu yang paling dinantikan pendengar adalah Baruga Makassar.

"Kalau pagi juga suguhan acaranya kita ada membahas obat-obatan tradisional," ujarnya.

Kemudian lanjut Citra, Gamasi juga tetap konsisten menyajikan siaran musik dan hiburan bagi para pendengar setianya, terutama kaum dewasa muda. Selain program hiburan, Gamasi juga menyiarkan berita dan program informatif lainnya. Salah satu hiburan bagi masyarakat yang sering digaungkan di Gamasi adalah musik dangdut.

Gamasi, berupaya meretas stigma bahwa dangdut, adalah selera musik kelas kampung. "Zaman sekarang ini dimana ada radio-radio yang putar dangdut kecuali Gamasi yah. Kalau dulu orang bilangkan kampungan. Tapi sekarang dangdut tidak lihat begitu lagi. Dangdut sudah menyentuh semua lapisan bahwa generasi muda millennials," imbuhnya.

3. 47 tahun usia Gamasi, eksis dan selalu dinantikan masyarakat

Radio Gamasi, Jaga Budaya dan Kearifan Lokal Melintasi ZamanIDN Times/Debbie Sutrisno

Lebih lanjut kata Citra, kerja keras, semangat dan konsistensi itulah yang membuat radio yang kini berusia 47 tahun ini bisa eksis dan dinantikan masyarakat setiap harinya.

Terpisah, salah satu penikmat, La Ode Wowo mengaku menghabiskan berjam-jam untuk mendengar setiap siaran di Gamasi. Salah satu favoritnya adalah program siaran interaktif tentang obat-obatan, Laugi atau Lagu Bugis hingga Pacarita. Selain itu, dia juga mengaku senang karena Gamasi hampir setiap saat mengumandangkan dangdut.

"Saya suka kalau orang lagi siaran langsung terus menelpon begitu, baru lucu-lucu, ketawa-ketawa. Itu kan salah satu obat mujarab juga untuk kasih kuat imun. Apalagi kalau sudah diputar dangdut, jadi seperti kita di kampung diingat," ujar pria 63 tahun ini.

Dia bahkan mengaku bahwa saat pertama kali menginjakkan kaki di Kota Makassar dari kampung halamannya, Kabupaten Muna, Raha, Sulawesi Tenggara, mengetahui banyak tentang daerah ini karena Gamasi.

"Kan di awal-awal dulu itu tahun 80-an, banyak dibahas budaya-budaya bagaimana di Makassar ini toh. Jadi saya banyak juga belajar dari situ. Sampai mengerti bahasa Makassar, tidak langsung Gamasi yang bantu, kalau boleh dibilang begitu," ucapnya.

Baca Juga: Mengenang Radio dan Koran yang Menyebar Kabar Proklamasi di Sulsel

Topik:

  • Aan Pranata
  • Irwan Idris

Berita Terkini Lainnya