Peneliti: Rumah Sakit di Indonesia Terancam Kolaps Mei Mendatang

RS di enam daerah diprediksi kewalahan tangani pasien corona

Makassar, IDN Times - Ketua Departemen Manajemen Rumah Sakit, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Hasanuddin, Makassar, Sulawesi Selatan, Irwandy menyebut sejumlah rumah sakit di enam provinsi berbeda di Indonesia bakal kewalahan dalam menampung pasien terkait virus corona (COVID-19). Bahkan dia memperkirakan, seluruh rumah sakit itu akan lumpuh total.

Enam daerah dengan rumah sakit kategori terancam karena kewalahan merawat pasien COVID-19 masing-masing, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Timur, Banten, Jawa Tengah hingga Sulawesi Selatan. 

"Variabel yang mendukung itu karena kasus baru tiap hari ini semakin besar. Kita istilahkan doubling time. Ada banyak faktor yang berpengaruh. Selain banyak kasus, kemudian juga mungkin peningkatan kemampuan kita dalam mendeteksi kasus dari hari ke hari meningkat," kata Irwandy kepada IDN Times, saat dikonfirmasi Rabu (15/4).

1. Kasus COVID-19 di Indonesia dua kali lipat meningkat per delapan hari

Peneliti: Rumah Sakit di Indonesia Terancam Kolaps Mei MendatangRuang isolasi RSUD Kabupaten Tangerang (ANTARA FOTO/Fauzan)

Seluruh rumah sakit di enam daerah itu, jelas Irwandy, dianggap bakal kewalahan karena jumlah kasus di daerah tersebut semakin meningkat setiap hari. Fakta miris itu merupakan hasil penelitian yang dilakukan Irwandy, berdasarkan perkembangan data kasus di Indonesia sejak awal Maret hingga 13 April 2020 lalu. Ditambah asumsi ilmiah yang merujuk pada data riset berbagai negara.

Merujuk dalam statistik perkembangan data dari pemerintah, dijelaskan Irwandy, jumlah kasus corona yang terkonfirmasi di Indonesia, mengalami peningkatan signifikan per delapan hari. Irwandy memperkirakan, pada 13 Mei 2020 mendatang total kasus terkonfirmasi positif di enam provinsi itu akan mencapai 54.278 kasus.

Dari jumlah itu, dikurangi 17 persen karena pasien sembuh mencapai 8,3 persen dan meninggal 8,7 persen, menjadi 45.051 kasus. Sementara 61 persen atau 27.481 orang di antaranya perlu perawatan di rumah sakit. 

"Dulu sampai 100 kasus per hari kita bisa deteksi. Tapi beberapa minggu belakangan ini, bisa sampai 200 sampai 300 bahkan. Mungkin karena kita sudah punya rapid test, PCR dan lain sebagainya makanya mudah untuk diketahui. Logikanya semakin bisa kita mendeteksi kasus, akan semakin banyak kasus yang kita temukan," jelas Irwandy.

2. Rumah sakit krisis persedian tempat tidur, ICU, ventilator hingga APD

Peneliti: Rumah Sakit di Indonesia Terancam Kolaps Mei MendatangDok. IDN Times

Dari total pasien yang memerlukan perawatan intensif di rumah sakit pada enam daerah dengan kasus corona tertinggi di Indonesia, Irwandy menghitung bahwa sebesar 32 persen atau 8.794 pasien yang dirawat di RS akan membutuhkan perawatan intensif (ICU) dan hampir 60 persen atau 5.171 pasien di ruang ICU tersebut membutuhkan ventilator. Kedua persentase ini merujuk dari studi kasus serupa di Tiongkok, Inggris, Italia, Jerman, hingga Prancis.

Saat ini, jelas Irwandy, di enam provinsi tersebut terdapat 4.414 tempat tidur ICU atau 55,3 persen dari total seluruh tempat tidur ICU di Indonesia yang mencapai 7.987 unit. Dari 4.414 tempat tidur ICU itu, hanya tersedia 883 unit atau 20 persen untuk pasien corona. Jumlah itu menurutnya, tidak akan dapat menampung ledakan pasien ICU yang dapat melonjak lebih dari 8.700 orang.

Terlebih, karena data ventilator di rumah sakit sampai saat ini, ungkap Irwandy, jumlah pastinya belum tersedia untuk diakses publik. Untuk dapat merawat pasien ICU sebanyak itu, dengan rata-rata pasien coronavirus yang dirawat 8 hari di ICU, diperlukan set alat perlindungan diri (APD) untuk petugas kesehatan antara 1 juta hingga 1,6 juta.

Serupa dengan ventilator, data APD saat ini juga tidak tersedia, sehingga tidak bisa dipastikan apakah persediaan memadai atau tidak. "Di satu sisi kasus meningkat, di sisi lain kapasitas RS itu terbatas. Apalagi kita di Sulsel ini, mungkin hanya beberapa RS besar yang memiliki peralatan lengkap. Kalau seandainya pasien serentak bersamaan dirawat. Jelas RS ini akan kewalahan," ungkapnya.

3. Perbandingan Indonesia dengan negara lain yang terbanyak menangani kasus corona

Peneliti: Rumah Sakit di Indonesia Terancam Kolaps Mei MendatangIlustrasi penanganan pasien virus corona. (ANTARA FOTO/Oky Lukmansyah)

Irwandy mengambil sampel perbandingan kebijakan pemerintah Indonesia dalam merawat pasien corona dengan sejumlah negara terdampak parah lainnya. Seperti Tiongkok, Italia hingga Amerika Serikat. Menurut Irwandy, untuk menahan laju kasus corona, negara-negara tersebut tidak mengharuskan semua pasien corona dirawat di rumah sakit.

"Karena kalau semua pasien harus menggunakan tempat tidur di RS, nanti suatu saat kasus yang betul-betul butuh penanganan lebih, itu tertahan tidak bisa masuk. Karena ada orang yang cuman mungkin paparannya cuman ringan tapi butuh tempat tidur, ventilator dan sebagainya," jelas Irwandy.

Di Indonesia, lanjut Irwandy, minimnya jumlah tempat tidur ICU, ventilator dan APD, tingginya pertumbuhan kasus harian, besarnya populasi rentan, serta mayoritas pasien dalam pengawasan (PDP) masih menggunakan tempat tidur rumah sakit menjadi faktor yang dapat memperparah keadaan saat ini.

"Pemerintah pusat maupun daerah harus bersiap dengan perencanaan yang lebih terukur. Jika kebutuhan tersebut tidak disiapkan mulai saat ini dan menjadi tidak terpenuhi, maka tingkat kematian akibat coronavirus di Indonesia akan semakin tinggi," tegasnya.

Baca Juga: Tak Ada Larangan Mudik, Peneliti Prediksi COVID-19 Capai 1 Juta Kasus

4. Strategi intervensi pemerintah sangat dibutukan untuk menekan membeludaknya pasien menumpuk di rumah sakit

Peneliti: Rumah Sakit di Indonesia Terancam Kolaps Mei MendatangIlustrasi (ANTARA FOTO/Abriawan Abhe)

Lebih lanjut, kata Irwandy, Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto pekan lalu mengklaim, pemerintah telah mendistribusikan hampir 8.500 ventilator ke 2.867 rumah sakit di seluruh Indonesia. Namun mayoritas yang memperoleh alat medis itu hanya rumah sakit di daerah pulau Jawa. Sementara tidak ada data rinci pendistribusian alat medis untuk enam daerah dengan rumah sakit terancam lumpuh.

"Iya kalau memang klaim ini benar, maka di setiap RS hanya punya maksimal dua atau tiga ventilator. Kondisi ini justru sangat-sangat jauh dari kebutuhan darurat untuk menekan jumlah kasus. Bahkan tenaga medis akan semakin berpotensi menjadi pasien baru," ucapnya.

Angka kematian tertinggi di Indonesia akibat corona berdasarkan profesi menurut data, kata Irwandy, didominasi tenaga medis di rumah sakit. Sebab, tenaga medis yang paling pertama dan terakhir menangani langsung seluruh pasien. Krisis perangkat kesehatan di rumah sakit hingga APD medis, menjadi faktor penentu untuk benar-benar dapat meminimalisir jumlah kasus corona.

Irwandy berharap pemerintah harus sesegera mungkin mencari alternatif agar penyebaran kasus ini bisa ditekan. Salah satu metode yang dapat dilakukan adalah dengan intervensi. Di antaranya, penyediaan perangkat dan sarana rumah sakit yang betul-betul memadai.

"Semakin besar mobilitas semakin tinggi risiko terpapar. Artinya, kalau tidak ada kebijakan yang memang betul-betul tegas dan penyelesaian persoalan, kita bisa kolaps. Tapi kita kita berharap prediksi ini bisa salah. Kita harus berani menyiapkan strategi dalam penerapan skenario terburuk untuk mendapatkan hasil baik," pungkasnya.

Baca Juga: Peneliti Prediksi Corona di Sulsel Bisa Tembus 143 Ribu Kasus

Topik:

  • Irwan Idris

Berita Terkini Lainnya