Ali Topan, Difabel dari Pinrang Peraih Kalpataru

Dianggap berjasa melestarikan lingkungan lewat Bank Sampah

Makassar, IDN Times - Berawal dari keresahan melihat banyak sampah plastik yang mencemari lingkungan sekitar tempat tinggalnya di Kecamatan Paleteang, Kabupaten Pinrang, Sulawesi Selatan. Ali Topan kemudian termotivasi untuk mengelolanya menjadi sesuatu yang bisa bermanfaat.

"Jadi awal Januari 2019 itu saya mulai sendiri awalnya pungut-pungut sampah itu di dekat-dekat rumah saja," kata Ali Topan, saat berbincang melalui telepon dengan IDN Times, Sabtu (16/10/2021).

Ali Topan, seorang difabel, menghadirkan bank sampah sebagai jawaban atas permasalahan kompleks seputar sampah. Selain jadi sumber penghasilan, gerakannya turut mencegah pencemaran lingkungan. Langkah yang membuatnya diganjar penghargaan Kalpataru dari pemerintah.

Ali Topan mendapatkan Penghargaan Khusus Kalpataru 2021 sebagai Pemuda Inspiratif Advokasi Lingkungan dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK). Kalpataru merupakan penghargaan yang diberikan kepada mereka baik individu maupun kelompok yang dinilai berjasa dalam merintis, mengabdi, serta mengelola lingkungan hidup dan kehutanan.

Baca Juga: Cerita Pendiri Rumah Hijau Denassa Penerima Kalpataru 2021 dari Sulsel

1. Membangun kesadaran lingkungan jadi tujuan utama

Ali Topan, Difabel dari Pinrang Peraih KalpataruAli Topan, difabel daksa asal Pinrang, Sulsel, penerima penghargaan khusus Kalpataru 2021 KLHK/Website Pemkab Pinrang

Ali mengatakan, aktivitasnya yang sering memungut sampah plastik dilihat oleh beberapa rekannya. Setelah memberikan banyak penjelasan soal dampak sampah plastik, teman-temannya pun ikut berpartisipasi.

"Jadi semacam teman-teman saya ini sadar begitu dari sebelumnya acuh saja, karena saya jelaskan," kata Ali.

Ali pun mengembangkan idenya dengan mencari sejumlah referensi hingga berdiskusi dengan rekan-rekannya untuk mengelola sampah. Pada akhirnya, dia menemukan cara yakni membuat bank sampah.

"Saya kan awalnya aktif juga di kegiatan penghijauan, tentang lingkungan lah. Saya juga sadar bahwa ternyata kalau sekadar membersihkan, bukan solusi karena hanya memindahkan sampah dari satu tempat, ke tempat lain. Jadi saya bentuk bank dengan tempat pengelolaannya," ujar pria 36 tahun ini.

2. Sempat mendapat banyak cibiran

Ali Topan, Difabel dari Pinrang Peraih KalpataruAli Topan, difabel daksa asal Pinrang, Sulsel, penerima penghargaan khusus Kalpataru 2021 KLHK/Istimewa

Pada Januari 2019, Ali pun mulai mengelola bank sampah. Orang terdekat yang paling mendukung hanya sang istri.

"Karena kan orang tua di rumah sama beberapa juga teman sempat berpikir kalau ini pekerjaan sia-sia. Sempat juga drop (mental) tapi niat saya mau buktikan kalau ini bisa bermanfaat," ungkapnya.

Ali mengembangkan bisnis bank sampahnya dengan pola sosialisasi dari teman ke teman. Sosialisasi disertai dengan penjelasan seputar bahaya sampah plastik terhadap lingkungan.

"Jadi bukan sekadar bahwa sampah ini bisa ditukar dengan uang, tapi lebih untuk membangun kesadaran awalnya," kata Ali.

Sistem pengelolaan bank sampah ini hampir serupa dengan bank pada umumnya. Setiap nasabah diwajibkan membawa sampah untuk ditimbang sesuai dengan bobotnya. Kemudian nasabah diberikan buku tabangun sebagai bukti setoran sampahnya.

"Jadi bisa dicairkan uang kalau misalnya sampahnya sudah banyak," ucapnya.

3. Ali Topan mengelola sekitar 200 nasabah di bank sampah

Ali Topan, Difabel dari Pinrang Peraih KalpataruIIustrasi sampah (ANTARA FOTO/Ahmad Subaidi)

Pada 2020 lalu, berkat masifnya sosialisasi tentang bahaya sampah plastik dan bantuan dari rekan-rekan, Ali mendapatkan bantuan dari sebuah perusahaan. Bantuannya berupa motor sampah. 

"Makanya itu yang biasa saya pakai angkut sampanya kalau ada orang mau menabung sampah," kata pria difabel daksa ini.

Pada 2021 ini, bank sampah yang dikelola Ali Topan dan istrinya sudah menampung sekitar 200 nasabah. Nasabah tersebar hingga di luar Kecamatan Paleteang. Bank sampah pun mulai berkembang melalui unit-unit pengelolaan jenis lainnya.

"Yang bisa bermanfaat seperti kertas, besi, kaleng itu bisa ditukar," ungkapnya.

Sampah yang dikelola Ali ditukar ke pusat pengelolaan sampah inti ke tempat lain. Hasil itu lah yang digunakan sebagai sumber perputaran modal ke nasabah yang sudah menabung.

"Jadi memang betul-betul dibangun dari nol. Intinya kita mau tanamkan sebenarnya kesadaran menjaga lingkungan," ucapnya.

4. Penerima penghargaan khusus Kalpataru 2021 KLHK

Ali Topan, Difabel dari Pinrang Peraih KalpataruIlustrasi sampah di pesisir pantai. ANTARA FOTO/Mohamad Hamzah

Sebuah peristiwa kecelakaan kerja yang terjadi tahun 2015 sempat mempengaruhi Ali, terutama rasa percaya diri. Ali terjepit besi di ketinggian 15 meter. Akibatnya kedua kaki lumpuh total. Namun kini dia menyadari bahwa keterbatasan fisik bukanlah kendala berbuat sesuatu yang baik dan bermanfaat untuk masyarakat dan lingkungan. 

Selain aktif dalam mengelola bank sampahnya, Ali juga adalah kader dari Taruna Siaga Bencana (Tagana) Dinsos Pinrang pada 2019. Kini, dia juga terdaftar sebagai petugas di Dinas Pemadam Kebakaran Pinrang. Ali menyatakan, tekadnya yang kuat menjadi modal utama untuk menggapai impian.

Di sisi lain, Ali mengaku tak menyangka akan mendapat penghargaan khusus Kalpataru 2021 dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) dalam kategori Pemuda Insipratif Advokasi Lingkungan. Ali dianggap menghadirkan bank sampah sebagai jawaban atas permasalahan kompleks seputar sampah.

"Mudah-mudahan langkah sederhana yang saya buat bisa menjadi contoh untuk teman-teman lain dalam membuat sesuatu yang bermanfaat untuk lingkungan," kata dia.

Baca Juga: Ini 10 Penerima Kalpataru, Pahlawan Kelestarian Hutan dan Lingkungan

Topik:

  • Aan Pranata

Berita Terkini Lainnya