Kala Joki Cilik Jeneponto Meraup Rezeki dari Pacuan Kuda

Pacuan tradisional jadi ajang silaturahmi pemilik kuda

Jeneponto, IDN Times - Jeneponto, kabupaten di arah selatan Makassar, Sulawesi Selatan tidak cuma terkenal dengan wisata alam dan kulinernya. Daerah ini juga punya tradisi unik berupa pacuan kuda tradisional.

Tradisi unik yang baru populer beberapa tahun terakhir ini bisa ditemui di Desa Kampala, Kecamatan Arungkeke. Setiap pekan, di desa itu digelar balapan kuda sebagai ajang silaturahmi warga sekaligus promosi wisata setempat.

Seperti yang terlihat pada Minggu 27 September 2020. Masyarakat setempat maupun asal daerah lain ramai menyaksikan pacuan kuda, yang mempertandingkan kelas pemula dan open race atau kelas bebas.

Baca Juga: Pacuan Kuda Tertua Indonesia di Sumbar Potensi Dunia Olahraga-Wisata

1. Joki cilik menjadi incaran para pemilik kuda

Kala Joki Cilik Jeneponto Meraup Rezeki dari Pacuan KudaKuda yang siap ikut dilombakan sebagai ajang silaturahmi. IDN Times/Muizzu Khaidir

Yang unik dari pacuan kuda tradisional di Jeneponto adalah jokinya. Jika biasanya joki umumnya orang dewasa, di sini kamu bisa menemui anak-anak menunggangi kuda yang sedang melaju.

Wawan, seorang pemilik kuda mengatakan, joki cilik banyak jadi incaran pemilik kuda. Pertimbangannya, bobot anak-anak yang ringan membantu kuda agar lebih melesat.

"Memilih joki cilik karena bagus, ringan. Kalau jokinya orang dewasa kecepatan kuda menurun," katanya.

Tidak sembarangan orang ditunjuk menjadi joki. Selain lincah, si bocah harus berani. Mereka harus punya nyali terombang-ambing di atas pelana saat kuda berpacu.

Menjadi joki cilik sebenarnya berisiko. Sebab anak-anak rentan mengalami kecelakaan. Menurut warga setempat, joki memang kadang terjatuh namun tidak pernah sampai ada yang terluka serius atau meninggal.

2. Anak-anak tergiur jadi joki karena imbalan uang

Kala Joki Cilik Jeneponto Meraup Rezeki dari Pacuan KudaTerjatuh dari kuda, gagal juara. IDN Times/Muizzu Khaidir

Lintasan yang berdebu dan teriknya matahari tak menyurutkan semangat anak-anak buat jadi joki cilik. Teriakan serta tepuk tangan penonton juga membuat para joki bergairah memacu kuda dengan tongkat.

Sejumlah anak Desa Kampala menyebut joki kuda sebagai hobinya. Setiap pekan mereka berdatangan ke arena pacuan untuk menantikan panggilan dari para pemilik kuda. Selain senang dengan tantangan, mereka juga menantikan imbalan setelah balapan.

Kami', seorang joki cilik yang sempat terjatuh pada balapan kuda, mengaku tak jera. Dia malah senang jika dipanggil menjadi joki kuda. Sebab imbalan berupa uang dianggap cukup lumayan.

"Biasanya dikasih sibi' (Seratus ribu rupiah) kalau menang, kadang limpu' (lima puluh ribu rupiah). Kalau kalah kadang dua puluh ribu rupiah," katanya.

3. Pacuan kuda diharapkan jadi salah satu ikon budaya Jeneponto

Kala Joki Cilik Jeneponto Meraup Rezeki dari Pacuan KudaPemilik lahan pacuan kuda foto bersama kuda pacuan. IDN Times/Muizzu Khaidir

Pemilik lahan pacuan kuda yang juga tokoh masyarakat Jenoponto, Andi Tahal Fasni, berharap tradisi dan budaya pacuan kuda bisa dikembangkan. Dia berharap pacuan kuda bisa jadi ikon budaya masyarakat Jeneponto, sebagai satu-satunya daerah di Sulsel yang punya pacuan kuda.

Pacuan kuda juga ditargetkan sebagai salah satu penarik wisatawan ke Jeneponto, selain fungsinya untuk silaturahmi sesama masyarakat. Jika pandemik berlalu, Tahal berencana menjalin kerja sama dengan Dinas Pariwisata Jeneponto buat mengembangkan pacuan kuda di wilayahnya.

"Kami akan kembangkan baik dari segi lapangannya maupun dari lokasi yang akan kita gunakan pacuan kuda," ucap Tahal.

Baca Juga: Kecil-kecil Cabe Rawit, Ini 10 Potret Seru Anak Artis Naik Kuda 

Topik:

  • Aan Pranata
  • Irwan Idris

Berita Terkini Lainnya