Mengenang Deklarasi Djuanda & Masa Depan Kemaritiman
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Makassar, IDN Times - Kementerian Kelautan dan Perikanan mendukung Ekspedisi Pinisi Bakti Nusa, sebuah pelayaran mengelilingi perairan Indonesia. Pelayaran dengan perahu layar tradisional itu menargetkan 74 pelabuhan dan pesisir sebagai titik singgah dalam sepuluh rute perjalanan.
Ekspedisi yang digelar Ikatan Sarjana Kelautan Indonesia (Iskindo) bekerjasama dengan Yayasan Makassar Skalia, dimulai dari Makassar, Sulsel, Sabtu (15/12) dan akan menempuh perjalanan panjang hingga 17 Agustus 2019.
1. Semangat Hari Nusantara
Direktur Jenderal Perikanan Tangkap KKP M Zulficar Mochtar mengatakan Ekspedisi Pinisi Bakti Nusa sengaja dilepas berdekatan dengan Hari Nusantara, yang diperingati setiap 13 Desember. Semangat Hari Nusantara diharapkan jadi tonggak untuk menumbuhkan kembali semangat membangun kemaritiman Indonesia.
Zulficar mengingatkan kembali mengenai pentingnya Hari Nusantara sebagai perwujudan Deklarasi Djuanda pada 13 Desember 1957. Deklarasi yang ditujukan untuk dunia internasional itu menegaskan kedaulatan penuh Indonesia terhadap perairan antar-pulau.
Awalnya wilayah laut Indonesia terbatas di sekitar pulau-pulau. Dengan Deklarasi Djuanda, laut jadi pemersatu wilayah Indonesia yang terdiri dari 17 ribu pulau, dari Sabang hingga Merauke. Konsep dasarnya kemudian masuk dalam United Nations Convention on the Law Of the Sea (UNCLOS) 1982 yang mengakui konsep Negara Kepulauan.
"Tanpa itu, wilayah kita terpisah-pisah. Maka jangan sampai dilupakan, jangan abai, bahwa Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia," kata Zulficar.
Baca Juga: DPR RI Ingatkan Peran Tiongkok Bangun Perdamaian di Jalur Maritim
2. Laut jadi masa depan Indonesia
Zulficar mengajak masyarakat agar merenungkan kembali potensi laut Indonesia yang begitu besar. Berbagai sumber daya, baik perikanan, energi, pariwisata, dan lainnya dianggap cukup untuk menjadikan Indonesia negara mandiri dan kuat. Namun kenyataannya berbagai sumber daya belum dimanfaatkan dengan baik.
Dia mengingatkan semua pihak agar menjadikan maritim sebagai fokus utama pengembangan sumber daya. Jika dikelola dengan baik, laut menjadi masa depan yang menjanjikan.
"Kita ingin ingatkan anak muda, LSM, aktivis, tokoh masyarakat, bahwa kita berada di surga Indonesia yang luar biasa potensinya," kata dia.
3. Tantangan nyata bagi laut Indonesia
Di tengah potensi sumber daya melimpah, berbagai masalah menghantui dunia maritim Indonesia. Zulficar menyebutkan dua di antaranya, yakni pengeboman dan limbah plastik.
Pengeboman, kata Zulficar, mengakibatkan terumbu karang Indonesia kritis. Sebagian rumah bagi kekayaan biota laut itu rusak akibat pola penangkapan ikan yang dekstruktif.
Di sisi lain, Indonesia dituding sebagai negara penghasil sampah plastik terbesar kedua. Dampak buruknya, ikan dan garam terkontaminasi partikel plastik yang membahayakan kesehatan manusia dalam jangka panjang. Jika ini dibiarkan, potensi maritim jadi sia-sia.
"Ini membutuhkan komitmen kita semua. Mari selesaikan, tidak berpangku tangan. Saya berharap kita tidak berhenti bicara kemaritiman," Zul menambahkan.
Baca Juga: Kemenko Maritim Janji Kembangkan Garam di Madura dan NTT
Artikel ini pertama kali ditulis oleh Aan Pranata di IDN Times Community dengan judul Mengenang Deklarasi Djuanda dan Masa Depan Kemaritiman