Warga Cemas karena Sejumlah Masjid di Makassar Gelar Salat Berjemaah

Aturan PSBB di Makassar melarang kegiatan ibadah berjemaah

Makassar, IDN Times - Peraturan Wali Kota Makassar Nomor 22 Tahun 2020 tentang Pelaksanaan PSBB, salah satunya memuat larangan pelaksanaan kegiatan keagamaan di seluruh tempat ibadah, termasuk masjid. 

Di sisi lain, umat Islam tengah menjalankan ibadah di bulan suci Ramadan, bulan yang dianggap sebagai bulan penuh berkah di mana aktivitas ibadah dianggap mendapatkan pahala berkali-kali lipat ketimbang di bulan lainnya. Hal ini tentu menjadi dilema tersendiri bagi masyarakat yang tetap mau beribadah di masjid.

Oleh karena itu, meskipun sudah ada imbauan dari Majelis Ulama Indonesia (MUI) ditambah pemerintah yang juga sudah melarang kegiatan ibadah berjemaah, namun masih ada saja masjid yang tetap menggelar salat tarawih. Masyarakat seolah mengabaikan imbauan menjaga jarak yang digaungkan untuk memutus mata rantai penyebaran COVID-19.

Sejumlah warga pun menyampaikan kegelisahannya terkait fenomena ini. Mereka gelisah lantaran sebagian orang terlihat abai dengan kondisi Kota Makassar yang saat ini sudah menjadi zona merah atau episentrum penyebaran COVID-19 di Sulawesi Selatan.

1. Masyarakat cenderung mengikuti tokoh masyarakat

Warga Cemas karena Sejumlah Masjid di Makassar Gelar Salat BerjemaahIlustrasi. IDN Times/M Iqbal

Rahmah-bukan nama sebenarnya- seorang warga Kecamatan Tamalate, mengakui Kota Makassar di tengah pandemik COVID-19 ini membuat masyarakat tidak disarankan untuk berkumpul dalam jumlah banyak, termasuk salat berjemaah di masjid. Namun masih banyaknya orang yang tidak mengindahkan peraturan tersebut membuatnya memiliki kecemasan tersendiri. Terlebih, suami dan ayahnya juga turut menjadi bagian dari masyarakat yang kukuh beribadah ke masjid.

"Apa yang bikin tidak aman ya itu masalah berkerumunnya orang-orang di satu tempat yang sama di waktu yang sama. Tidak mungkin tidak ada kontak fisik walaupun sudah dicoba untuk dihindarkan. Tapi untuk satu tempat ukuran berapa meter kali berapa meter ya itu sulit dihindari," katanya kepada IDN Times, Jumat (1/5).

Hal yang menjadi masalah, kata dia, ialah semangat beribadah yang tinggi dari masyarakat namun tidak diimbangi dengan kebijaksanaan dalam melihat situasi. Masyarakat cenderung mengikuti tokoh-tokoh masyarakat dibandingkan pemerintah.

"Tokoh-tokoh masyarakat yang yang justru membuat bahwa semua baik-baik saja. Jadi orang pun tidak aware. Akan selalu ada kondisi-kondisi seperti itu. Justru bukan kali ini saja. Jauh sebelum tahun ini bahkan di zamannya Rasulullah pun ada kondisi begini dan ditanggapi bijak kok sama masyarakat pada saat itu," katanya.

2. Pengaruh tokoh masyarakat jauh lebih besar

Warga Cemas karena Sejumlah Masjid di Makassar Gelar Salat BerjemaahIDN Times/Aji

Bagian dilematisnya, menurut Rahmah, yaitu tokoh masyarakat kadang kala memiliki pemikiran yang berbeda. Tak jarang ada yang mempertanyakan alasan mengapa masjid ditutup sementara pasar tetap dibiarkan ramai. Padahal menurut Rahmah hal ini bukan sesuatu yang seimbang.

"Pengaruh tokoh masyarakat ini jauh lebih besar dan jauh lebih didengar. Buktinya beberapa masjid di sini ramai. Alasannya, kalau ke pasar boleh kenapa ke masjid tidak boleh. Padahal kan bukan konteks ke masjidnya yang dilarang tetapi ibadah jemaahnya itu," kata dia.

Baginya, beribadah pun bisa dilakukan di rumah untuk saat ini. Namun yang membuatnya merasa miris adalah ketika sebagian masyarakat membenturkan masalah keimanan dengan kemampuan mengatasi kondisi saat ini.

"Jadi seolah-olah kalau kita beribadah di rumah, maka keimanan kita luntur. Kita lebih takut pada penyakit daripada Tuhan. Padahal tidak seperti itu. Seandainya kita beribadah di rumah atau kalau bersembunyi dari pandemi itu dianggap sebagai bentuk ketakutan kita terhadap penyakit maka tidak mungkin Rasulullah itu menyampaikan sabda tentang pandemi," katanya.

Baca Juga: Pengurus Masjid di Makassar Terancam Pidana Jika Menggelar Tarawih

3. Sebaiknya mengikuti anjuran pemerintah

Warga Cemas karena Sejumlah Masjid di Makassar Gelar Salat Berjemaah(Foto hanya ilustrasi) ANTARA FOTO/Jojon

Saad Mursik, warga Kecamatan Biringkanaya, juga merasakan keresahan yang sama. Meski masjid di perumahan tempat dia tinggal tidak lagi menggelar salat berjemaah, namun ia merasa resah kala melihat masjid lain masih menggelar kegiatan ibadah yang menghadirkan banyak orang. 

"Ini bukan lagi tentang apakah di daerah itu sudah ada kasus positif atau tidak. Karena ini sudah masuk kategori pandemik, bisa saja siapa pun itu yang akan bawa virusnya. Jadi hal yang harus dilakukan adalah ikuti protokol dari pemerintah," kata Saad kepada IDN Times, Jumat (1/5).

Untuk saat ini, Saad hanya mengikuti anjuran pemerintah untuk melakukan salat di rumah saja. Sebab ia berkeyakinan bahwa mengikuti aturan pemerintah selama itu demi kebaikan hukumnya wajib dalam Islam.

"Sekarang itu pemerintah keluarkan aturan ini untuk kebaikan bersama dan ini aturan sementara, bukan untuk seterusnya," kata Saad.

Baca Juga: Abaikan Imbauan, Sebagian Masjid di Makassar Tetap Gelar Salat Jumat

Topik:

  • Irwan Idris

Berita Terkini Lainnya