[WANSUS] Catatan Kritis Prof Marsuki untuk Kebijakan Ekonomi Indonesia

Prof Marsuki ingatkan pemerintah berpihak pada UMKM

Makassar, IDN Times - Pandemik COVID-19 telah menghantam ekonomi Indonesia. Puncaknya saat pemerintah mengumumkan Indonesia mengalami resesi. Sejumlah kebijakan dan stimulus dikeluarkan untuk menjaga denyut perekonomian.

Penyaluran bantuan presiden (Banpres) untuk sektor UMKM dan pemberian kartu pra kerja untuk sektor ketenagakerjaan, termasuk dalam skema stimulus tersebut. Melalui kebijakan ini, pemerintah menggalakkan program pemulihan ekonomi nasional (PEN).

Lalu, apakah kebijakan yang ditetapkan pemerintah bisa memperbaiki dan membangkitkan kembali perekonomian di masa mendatang?

IDN Times melakukan wawancara khusus bersama Ekonom Universitas Hasanuddin, Prof. DR. Marsuki, DEA pada November 2020. Wawancara ini dilakukan dalam rangka pelaksanaan Indonesia Millennial Report 2021 yang akan diluncurkan dalam acara Indonesia Millennial Summit (IMS) 2021 mendatang.

1. Bagaimana tanggapan Anda terhadap kebijakan-kebijakan ekonomi yang diterapkan pemerintah selama ini?

[WANSUS] Catatan Kritis Prof Marsuki untuk Kebijakan Ekonomi IndonesiaProf. Marsuki, DEA, Ekonom Universitas Hasanuddin Makassar pada sesi wawancara khusus dalam rangkaian Indonesia Millennial Report 2021. IDN Times/Ashrawi Muin

Pandemik ini tentu suatu hal yang tidak disangka. Pemerintah yang tentu menyiapkan program-program kerja untuk mengatasi ini juga sepertinya tiba-tiba. Beberapa hasil dari kebijakan ini baik dari sistem moneter, fiskal, sektoral dan sisi internasional kelihatannya memang disusun secara tergesa-gesa.

Meskipun demikian, menurut saya ini sudah cukup bagus meskipun pada dasarnya juga agak terlambat. Rencana kerja dengan PEN tentu saja target-target yang diinginkan terutama di beberapa sektor seperti kesehatan, ekonomi, dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Ini akhirnya menjadi sesuatu kebijakan yang ukuran efektivitasnya belum dapat dilakukan secara serta merta. Karena meskipun baik dari anggaran yang besar secara perencanaan tetapi sebenarnya kesiapan dari anggaran itu sendiri masih sulit karena APBN atau APBD untuk persiapan dalam membiayai masih terbatas. 

Dampaknya bisa dilihat, tidak langsung bisa mempengaruhi target-target kebijakan itu sendiri. Tapi masyarakat dengan kebiasaan yang dialami dengan krisis-krisis sebelumnya, mereka juga sudah berupaya untuk mengatasi. Tapi itu tidak cukup karena pandemik yang dialami adalah suatu kondisi yang cukup berat sehingga keterlibatan otoritas terkait, terutama di Kementerian Keuangan dengan beberapa kebijakan-kebijakannya yang sudah ratusan triliun.

Ada BI dengan hak untuk bisa meminjam dan memberi pinjaman. Termasuk OJK juga sebagai pelaku di sektor keuangan mendorong perbankan dan termasuk sektoral lainnya seperti kesehatan dan beberapa lembaga lain. Itu kelihatannya melakukan suatu perencanaan yang masih terpisah-pisah, belum berkoordinasi baik.

Meskipun secara perencanaan itu sudah cukup tetapi implementasi, yang saya lihat menjadi tantangan tersendiri karena dalam melaksanakan program kerja ini bisa efektif memerlukan data, sumber daya manusia, infrastruktur, informasi yang bagus dan sebagainya. Itu memang tidak bisa serta merta untuk dikoordinasi dengan tepat.

2. Menurut Anda, apakah kebijakan ekonomi yang diluncurkan selama pandemik COVID-19 ini bisa menanggulangi krisis yang terjadi?

[WANSUS] Catatan Kritis Prof Marsuki untuk Kebijakan Ekonomi Indonesia(Ilustrasi pertumbuhan ekonomi) IDN Times/Arief Rahmat

Krisis ini memang satu hal yang bisa dikatakan menyentuh semua sektor. Dari 17 sektor ekonomi besar dengan 52 subsektor. Ada beberapa sektor yang memang terpukul berat, terutama di perdagangan besar yang menjadi sumber pertumbuhan ekonomi, termasuk juga di sektor ada 17 sektor konstruksi, transportasi. Kalau informasi sih bagus-bagus saja. Di sektor ekspor juga dan terutama investasi dan konsumsi. 

Kebijakan-kebijakan ini memang seharusnya ditujukan untuk mempengaruhi bagaimana konsumsi masyarakat itu didorong. Kalau konsumsi masyarakat didorong, itulah gunanya PEN, untuk meningkatkan daya beli mereka. Dengan begitu mereka akan aktif mengonsumsi dan selanjutnya nanti punya rentetan dampak kepada sektor ekonomi produktif. 

Tetapi itu kelihatannya belum cukup efektif, karena buktinya pertumbuhan ekonomi kita masih tetap negatif di triwulan III meskipun sudah membaik karena kita - 3,81 secara nasional dibanding sebelumnya yang 5 lebih. Di kuartal I, II, dan III kita negatif terus. Itu menunjukkan sebenarnya kita resesi karena kita sudah mengalami negatif tumbuh yang begitu.

Tetapi negatif yang tumbuh semakin kecil negatifnya. Berarti ada satu tendensi perbaikan di dalam kegiatan-kegiatan ekonomi, terutama kalau dilihat dari sisi Q to Q, kuartal ke kuartal. Untuk beberapa daerah mengalami perbaikan. Artinya dinamisasi dari aktivitas ekonomi karena adanya PEN, kebijakan dari otoritas terkait sudah mulai tampak pada dasarnya. 

3. Dari pernyataan Anda, terlihat bahwa stimulus yang diberikan oleh pemerintah belum cukup. Apa yang belum disentuh pemerintah?

[WANSUS] Catatan Kritis Prof Marsuki untuk Kebijakan Ekonomi Indonesia(Ilustrasi stimulus ekonomi) IDN Times/Mia Amalia

Kebijakan stimulus ini memang menurut saya masih sifatnya generik karena keterbatasan informasi, data-data yang akurat di dalam menyalurkan bantuan-bantuan itu. Tetapi bantuan-bantuan target misalnya untuk dunia usaha, UMKM, masyarakat supaya mendorong daya beli, dan kesehatan pada prinsipnya sebenarnya sudah mulai pelan-pelan terkoordinasi yang awalnya memang belum.

Sudah kurang lebih hampir tiga kuartal ini, ada perbaikan-perbaikan dari kebijakan-kebijakan yang dilakukan. Yang jadi masalah adalah persoalan sumber pembiayaan yang masih kesulitan. Jadi selain data, informasi, sumber daya dalam mengalokasi bantuan itu termasuk juga adalah dana-dana.

APBN kita kan mengalami penurunan yang cukup kuat sehingga tidak bisa membantu mendorong sektor-sektor ekonomi yang ditarget. Misalnya target ini kan paling banyak di sektor UMKM. Tentu ini adalah sektor ekonomi yang berkaitan dengan masyarakat banyak.

Di situ yang banyak terdampak karena mereka dengan kebijakan, misalnya PSBB, work from home dan sebagainya, membuat mereka tidak bekerja. Akhirnya jadi menganggur bahkan ada yang dipecat dan dirumahkan. Itu mengakibatkan semua sebenarnya rentetan peristiwa yang tidak mudah untuk dibalikkan, apalagi kondisi arah dari perbaikan epidemi ini belum jelas.

Vaksin yang rencana sudah akan turun bulan November atau Desember kemudian ditunda lagi sampai April dan akhirnya sampai pada kesimpulan belum bisa diperkirakan kapan vaksin ini bisa menjadi obat yang mujarab. Itulah akhirnya, sampai pada kesimpulan apakah ekonomi ini akan baik kalau vaksin sudah ditemukan.

4. Menurut Anda, apa evaluasi atas paket dan program UMKM? Apakah mudah mendapatkan insentif dan stimulus?

[WANSUS] Catatan Kritis Prof Marsuki untuk Kebijakan Ekonomi IndonesiaIlustrasi UMKM. ANTARA FOTO/Andreas Fitri Atmoko

Stimulus UMKM ini kan banyak rupanya. Ada KUR, kredit mikro dan sebagainya yang disalurkan tentu melalui peran OJK dengan melibatkan sektor perbankan. Dana-dana KUR atau mikro lainnya memang bisa dikatakan sebagai obat mujarab untuk membantu UMKM yang mengalami kesulitan di dalam usahanya.

Tetapi dalam praktiknya tidak semudah itu rupanya. Meskipun dikatakan mereka direstrukturisasi, tapi itu juga tidak mudah. Kembali lagi persoalan data dari bank yang direstrukturisasi itu juga tidak gampang. Karena dari data-data yang beredar baik yang ada di dinas atau departemen terkait dengan sektor UMKM, yang mau dibantu ternyata itu kan banyak yang tidak benar. 

Perbankan tentu juga berhati-hati meskipun dibackup oleh pemerintah untuk disubsidi bunga kemudian dibantu yang lain. Tapi perbankan juga ceritanya masih tidak terlalu gencar sehingga kebijakan-kebijakan restrukturisasi kredit bagi UMKM-UMKM ini juga belum seperti yang diharapkan.

Selain dari itu, memang kemungkinan pembiayaan untuk itu pada dasarnya juga didanai oleh bank dengan bantuan dari Kementerian Keuangan dalam bentuk APBN, tapi itu keterbatasan anggaran juga belum bisa direalisasi.

5. Bagaimana peran lembaga keuangan dalam menopang daya tahan ekonomi selama pandemik?

[WANSUS] Catatan Kritis Prof Marsuki untuk Kebijakan Ekonomi IndonesiaIlustrasi pengaduan masalah keuangan di OJK. ANTARA FOTO/Basri Marzuki

Indonesia ini memang termasuk negara yang basisnya bank. Jadi bukan non bank tetapi kedua lembaga keuangan itu punya peran penting tetapi yang paling penting memang perbankan sehingga ekonomi Indonesia itu disebut dengan bank base economy

Kalau kita cerita bank base economy, pekerjaan utama bank itu kan menyalurkan kredit. Nah, ini kan memang selama pandemik mulai kuartal I, II, III kan turun jumlah pertumbuhannya. Itu sama artinya bukan hanya bank yang kesulitan memiliki likuiditas. 

Perbankan kalau kita lihat laporan itu, pertumbuhannya cukup bagus. Tetapi target-target yang meminta untuk dibiayai apalagi yang meminta pada bank itu memang masih terbatas karena mereka khawatir dengan krisis. Mereka tidak yakin bahwa bisnis mereka bisa tumbuh sehingga itu juga menjadi salah satu halangan.

Jadi dua sisi, karena pelaku yang meminta kredit itu kan ada memang dari KUR. Okelah kalau memang ada bantuan stimulus dari restru (restrukturisasi) dan suku bunga termasuk juga dengan pengusaha-pengusaha besar yang menengah ke atas. Tapi itu kan mereka kelihatannya sangat hati-hati.

Mereka wait and see dan akhirnya lebih baik menahan untuk tidak meminta karena tidak yakin bahwa itu nanti akan bisa dimanfaatkan atau digunakan. Karena misalnya meminjam kemudian mau digunakan produksi tapi produksinya tidak ada yang minta karena konsumsi juga polanya turun, konsekuensinya juga tidak memberi stimulus bagi pengusaha untuk melakukan pinjaman.

6. Bagaimana Anda melihat peran BUMN dalam mendukung pemulihan ekonomi nasional?

[WANSUS] Catatan Kritis Prof Marsuki untuk Kebijakan Ekonomi IndonesiaLogo baru Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) terpasang di Gedung Kementerian BUMN, Jakarta, Kamis (2/7/2020) (ANTARA FOTO/Aprillio Akbar)

BUMN ini sebenarnya agen ekonomi besar. Dia sebagai lembaga yang punya aset luar biasa. Tentu saja perannya diharapkan cukup besar. Tetapi BUMN kita yang ratusan itu tentu juga terkadang tidak terkait langsung dengan struktur-struktur ekonomi yang memang lebih banyak (melibatkan) masyarakat, sehingga BUMN kita ini lebih banyak bergerak di tataran-tataran kelas menengah ke atas, bukan menengah ke bawah.

Tapi saya yakin bahwa BUMN sudah cukup berperan dalam membantu pemulihan ekonomi ini terutama dalam kaitannya dengan kegiatan-kegiatan yang sifatnya menyerap tenaga kerja melalui pembangunan infrastruktur. Tapi itu sebenarnya belum terlalu cukup karena banyak dari masyarakat kita ini sebenarnya pekerja-pekerja infrastruktur yang sifatnya adalah buruh-buruh kasar dan sebagainya, tidak menyentuh kepada BUMN yang mendorong sektor unggulan di masing-masing wilayah, khususnya sektor pertanian.

Sektor pertanian ini tumbuh negatif. Ini kan satu hal yang agak ironis. Indonesia sebagai negara pertanian tumbuhnya kok negatif. Itu menjadi persoalan. Berarti banyak kebijakan BUMN kita ini tidak mendukung bagaimana mendrive sektor ekonomi potensial kita terutama di sektor yang melibatkan banyak masyarakat, yaitu di sektor pertanian. 

Yang perlu saya kritik terhadap BUMN terutama berkaitan dengan sektor-sektor yang mendorong sektor pertanian, baik di pengairan, pupuk dan sebagainya seharusnya itu yang harus dibantu dan didorong sehingga anggaran PEN sebaiknya adalah membantu para petani dalam mengembangkan usaha pertanian mereka.

Nanti sektor pertanian ini yang menjadi basis ekonomi Indonesia umumnya itu bisa meningkatkan nilai tambah dan kemudian menyerap tenaga kerja dan akhirnya pendapatan dari petani bisa meningkat.

7. Indonesia sudah memasuki resesi, menurut Anda bagaimana membandingkan tingkat kesulitan ekonomi bisnis yang terjadi saat ini dengan krisis tahun 1998 dengan krisis tahun 2008?

[WANSUS] Catatan Kritis Prof Marsuki untuk Kebijakan Ekonomi IndonesiaIlustrasi Resesi (IDN Times/Arief Rahmat)

Krisis sekarang, kemudian krisis 1998 dan 2008 tentu berbeda karena kalau dulu itu sektor ekonomi kecil menjadi tumpuan daripada perekonomian nasional. Kalau krisis 2008 itu kan krisis fiskal pada dasarnya. Kalau sekarang ini adalah krisis kesehatan. 

Krisis kesehatan ini dampaknya terlalu luas karena menyentuh semua pihak, mulai dari kecil, menengah, sampai atas itu semua terkena sehingga krisis epidemi kesehatan ini adalah krisis yang akibatnya multidimensi. Sehingga dengan adanya krisis kesehatan aktivitas sektor riil baik di UKM, maupun pengusaha besar dan sebagainya itu juga mati, sehingga krisis tahun ini memang lebih berat daripada krisis-krisis 1998 dan 2008. 

Kalau dulu itu, negara-negara lain ada tempat kita meminjam, tempat meminta bantu. Sekarang ini sama-sama negara menghadapi krisis sehingga kita mengalami kesulitan yang komprehensif. Oleh karena itu, pemerintah harus berupaya secara mandiri untuk menyelesaikan persoalannya tanpa menggantungkan harapan dengan negara-negara lain. 

Bagaimana membangun kepercayaan masyarakat untuk mengatasi krisis, harus pemerintah menciptakan suatu kondisi di mana masyarakat percaya dengan kebijakan-kebijakan pemerintah, tidak lagi didasarkan pada kebijakan yang berbasis pada pencitraan tetapi kebijakan yang betul-betul bisa dirasakan manfaatnya bagi masyarakat. Hanya itu cara mengatasinya.

8. Kapan pemulihan ekonomi nasional ini bakal dimulai?

[WANSUS] Catatan Kritis Prof Marsuki untuk Kebijakan Ekonomi IndonesiaIlustrasi ekonomi terdampak pandemik COVID-19 (IDN Times/Arief Rahmat)

Kalau cerita pemulihan, sementara ini menurut saya memang masih cukup lama. Karena di satu sisi, secara teoritis dikatakan nanti kalau ada vaksin bisa ditemukan kemudian kita bisa melakukan pemulihan.

Itu pun juga tidak serta merta langsung ada pemulihan. Mungkin dulu mempertahankan supaya jangan dulu jatuh. Karena kalau sudah cerita pemulihan, berarti kita mulai dari nol. Artinya pertumbuhannya menuju ke atas. Tapi kan sekarang ini kita masih minus, masih di bawah nol. Itu berarti kita masih bagaimana mengatasi jangan sampai minus. 

Jadi bukan pemulihan, justru itu kalau menurut saya perlu di atas nol baru mulai. Sekarang ini apakah kita bisa, nasional minus 3,80 lebih. Itu masih berat karena masih di atas 3 nolnya. Itu masih berat. Kemungkinan besar mulai kita nol ke atas, mulai positif paling-paling 2 tahun ke depan. 

Taruhlah satu tahun ke depan kita dapatkan vaksin, setelah itu ada penyesuaian setengah tahun. Setelah itu dampak setengah tahun  baru akan ada gerakan-gerakan ekonomi yang fundamental untuk menggerakkan sehingga yang disebut dengan pemulihan ekonomi yang sebenarnya paling-paling nanti tahun 2023 atau 2022 baru mulai terasa.

9. Dari pandangan Anda, bagaimana proyeksi situasi ekonomi di tahun 2021 mendatang? Sektor apa saja yang kira-kira bisa bangkit lebih dulu dan sektor apa saja yang butuh waktu lebih lama untuk bangkit?

[WANSUS] Catatan Kritis Prof Marsuki untuk Kebijakan Ekonomi Indonesia

Tahun 2021 memang tahun yang transisi, masih berat. Meskipun memang ada pencerahan karena ekonomi kita ini bukan hanya tergantung internal kita, ini juga tergantung eksternal. Dengan pemilihan presiden Amerika yang mudah-mudahan mungkin memberikan dampak positif kepada gejala ekonomi nasional. Itu juga mungkin bisa positif sehingga akan bisa memberikan prospek baru. Tahun 2021 ini saya rasa ada prospek dan perbaikan ekonomi yang mungkin kalau kita hitung-hitung antara (-) 1,5 - 1,5. Kira-kira begitu range-nya. Artinya masih ada dalam kisaran yang mengkhawatirkan. 

Sektor-sektor yang menjadi basisnya tentu kita masih tetap menganggap basis-basis perdagangan besar. Sekarang ini kan justru di sini yang negatif selama ini. Tapi dengan bergeraknya ekonomi, mudah-mudahan sektor ini sudah mulai tumbuh. Kemudian, konstruksi jelas itu terus pembangunan ini masih punya nilai positif. Real estate juga sudah bisa diharapkan, telekomunikasi dan informasi itu kan yang menjadi basisnya. Kemudian, transportasi dan pergudangan juga sudah mulai bangkit. Mungkin juga pertanian.

Pertanian ini yang sedikit mengkhawatirkan karena beberapa wilayah yang jadi basis pertanian tapi justru tumbuhnya negatif. Tapi mudah-mudahan tahun 2021 sudah ada perbaikan, apalagi kan kita sekarang sudah masuk ke musim penghujan, mungkin nanti masa subur tahun 2021, awal-awal sampai Juni, pertumbuhan bisa lebih bagus.

10. Dibandingkan dengan ekonomi regional di ASEAN, apa yang menjadi keunggulan bagi Indonesia untuk pemulihan ekonomi?

[WANSUS] Catatan Kritis Prof Marsuki untuk Kebijakan Ekonomi IndonesiaIlustrasi ASEAN dan 10 negara anggotanya (www.asean-competition.org)

Indonesia secara geografis perlu dikatakan memang sangat strategis. Karena hampir semua negara terkait Indonesia terutama dalam penyediaan sumber daya, input beberapa negara. Maka Indonesia secara regional itu memang masih posisi jauh lebih baik dari negara-negara yang ada di sekitar, terutama negara yang setingkat dengan kita, seperti Filipina, Malaysia, Thailand, atau Vietnam. 

Filipina itu masih dibilang jauh lebih baik karena memang struktur ekonomi kita kan hampir lebih sama. Tetapi secara ekonomi kita strukturnya masih lebih baik karena kita menjadi sumber daya dari negara-negara yang lain itu termasuk Jepang, Cina, hampir semuanya nikel, besi, tambang, batu bara, itu kan masih ada sama kita, sehingga kekayaan kita masih lebih. Aset-aset yang secara alami kita punyai, apalagi di perikanan, kehutanan, perkebunan. Pokoknya kita masih lebih dari negara-negara itu.

Bagaimana kita memulihkan? Kita harus memberdayakan potensi-potensi ekonomi unggulan itu yang akhirnya nanti bisa mendrive ekonomi, misalnya di sektor perikanan. Bagaimana kebijakan-kebijakan itu mampu mendukung sektor perikanan. Bukan perikanan yang sifatnya besar karena itu nanti hanya dinikmati oleh pengusaha besar, tapi perikanan rakyat yang nanti bisa melibatkan masyarakat untuk bekerja di situ dan menikmati nilai tambahnya.

Termasuk juga di sektor pertanian kita. Ini kan semakin krisis orang, sementara orang butuh makan. Seharusnya Indonesia itu tidak perlu krisis kalau memang dari dulu pertaniannya dipelihara dengan bagus dan pada saat sekarang ini justru seharusnya kita memanen, tapi kita justru tidak panen. Bahkan kita impor, barang-barang pertanian itu tidak perlu diimpor. 

Itu menjadi satu pekerjaan rumah besar ke depan bahwa pemerintah harus menyiapkan betul kebijakan-kebijakan yang sifatnya membangun pertanian yang suistainable. Jadi jangan membangun pertanian dalam prinsip hit and run, yang penting naik lagi kemudian nanti apa lagi. Itu yang perlu dipikirkan ke depan. Karena kita tidak seharusnya menjadi negara tergantung dari pertanian dari negara lain.

11. Seberapa penting pemulihan ekonomi di negara-negara mitra ini berpengaruh terhadap ekonomi Indonesia?

[WANSUS] Catatan Kritis Prof Marsuki untuk Kebijakan Ekonomi IndonesiaANTARA FOTO/Didik Suhartono

Karena Indonesia ini sebagai negara terbuka dan dia merupakan negara yang sekaligus sebagai sumber daya input bagi negara lain, jadi pada saat negara itu mengalami krisis mereka tidak mengimpor. Berarti itu juga membunuh kita. Taruhlah misalnya beberapa negara selama ini menjadi sumber ekspor utama kita di sektor perkebunan seperti sawit, perikanan, dan sebagainya, termasuk hasil tambang, itu rupanya kalau negara lain misalnya mengalami krisis, seperti Cina, atau Thailand, Filipina, Malaysia, Singapura, akhirnya permintaan mereka kan jadi turun.

Misalnya perikanan turun, tambang turun, nikel turun, akhirnya Indonesia juga mengalami krisis. Oleh karena itu, krisis ini memang harus menjadi persoalan bersama. Tapi sebenarnya ada juga momen penting bagi Indonesia dengan kondisi sekarang, seharusnya membenahi persoalan bagaimana mengatasi persoalan-persoalan sumber daya alam lokal kita, bisa dikelola dengan baik sehingga pada saatnya nanti kita sudah bisa menjual satu produk yang bisa dikatakan bernilai tinggi.

Itu persoalan yang sekarang harus dituntaskan. Jadi kita jangan habiskan waktu memikirkan kebijakan yang sebenarnya tidak mempunyai dampak terhadap mengeksplorasi sumber daya alam kita. 

Jadi selesailah itu kebijakan eksploitatif tapi kita harus membangun kebijakan eksploratif terhadap sumber daya alam, baik pertanian, perikanan, tambang, kehutanan, peternakan dan sebagainya. Itu yang seharusnya sekarang ini dibenahi ke dalam sehingga pada saatnya nanti itu bisa mendorong ekspor kita pada saat negara-negara mitra sudah membaik ekonominya. Jika permintaan mereka meningkat, tentu saja cadangan devisa kita meningkat. 

12. Kalau dari proyeksi Anda, apakah vaksin dan imunisasi massal nantinya akan krusial dalam pemulihan ekonomi nasional?

[WANSUS] Catatan Kritis Prof Marsuki untuk Kebijakan Ekonomi IndonesiaIlustrasi Vaksin (IDN Times/Arief Rahmat)

Saya tidak begitu yakin vaksin bisa menyelesaikan pemulihan ekonomi nasional. Tapi bukan berarti tidak penting. Kita tidak boleh menggantungkan diri bahwa nanti ada vaksin baru ekonomi ini bisa diperbaiki. 

Yang paling penting sebenarnya menentukan ekonomi ini adalah perilaku daripada pelaku ekonomi ini, apakah dia serius untuk keluar dari krisis atau dia mau menunggu krisis ini memakan dia. Pemerintah tidak boleh terlalu menggantungkan diri kepada vaksin, pengusaha juga begitu, konsumen juga begitu.

Sekarang sebenarnya persoalan penyakit ini cukup kita melakukan protokol kesehatan dengan benar. Maka sebenarnya juga sudah bisa jalan baik karena tidak ada jaminan vaksin itu bisa betul-betul menyelesaikan persoalan. 

Eropa sendiri tidak bisa menjamin bahwa vaksin bisa memberikan solusi sehingga solusi yang terbaik juga solusi menjaga imun dari pelaku ekonomi supaya jangan terlalu menggantungkan diri dengan yang sifatnya obat. Karena vaksin itu adalah alat perantara saja tapi bukan yang utama. Buktinya ada orang bisa sehat, bisa menjalankan aktivitas ekonomi, karena dia menjaga nilai-nilai protokol kesehatan dengan benar. 

13. Secara pribadi, bagaimana pengalaman selama pandemik? Apa yang berubah dari pola hidup Anda? Apakah akan bertahan?

[WANSUS] Catatan Kritis Prof Marsuki untuk Kebijakan Ekonomi IndonesiaIlustrasi (ANTARA FOTO/Yulius Satria Wijaya)

Sebenarnya pandemik ini menjadi sebuah pelajaran berharga bagi kita semua, terutama bagi saya pribadi. Karena dengan begini akhirnya saya sadar bahwa ternyata begitu banyak kewajiban saya sebelumnya saya tinggalkan. Misalnya kerja dengan sebebas-bebasnya, pergi dengan sebebas-bebasnya. Akhirnya saya tidak bekerja dalam tataran normal karena meninggalkan istri, anak, dan bekerja tidak mengenal waktu. Akhirnya, hidup saya seakan-akan hanya mengejar dunia saja.

Tapi sejak adanya pandemik ini, saya mulai sadar bahwa hidup ini rupanya memang harus ada batasannya. Tidak namanya kebebasan tanpa batas. Dengan adanya pandemik membuat saya sadar bahwa ada baiknya ini. Karena saya dekat dengan istri dan anak-anak yang sudah sering di rumah. Akhirnya saya bekerja seperti bapak-bapak yang sebenarnya. Bangun sebenarnya, tidur sebenarnya. Sebelumnya saya tidak kenal lagi. Terkadang malam saya masuk kerja, subuh baru pulang.

Hanya memang perlu kita lakukan penyesuaian-penyesuaian untuk kita juga jangan sampai tiba-tiba nanti berubah pandemik, kita jadi berubah lagi. Inilah sebagai warning saja bahwa rupanya ada hal-hal penting yang kita perhatikan bahwa tinggal di rumah sama keluarga, menjaga nilai-nilai, dan menjaga kebersihan itu adalah sesuatu yang paling berharga untuk menempuh jalan hidup ke depan.

Kalau mau dilihat kesibukan, sebenarnya lebih sibuk juga sekarang. Karena bisa bertemu secara virtual. Bisa 4 pertemuan dalam sehari. Tapi saya lalui saja. Apakah saya lebih capek? Memang lebih capek juga. Dibanding dengan dulu saya harus tinggalkan Makassar ke Jakarta, tapi saya juga bisa rileks dan bisa santai. Ini tidak, di dalam kamar melihat buku mengkhayal itu nilai negatif yang saya dapat. Tetapi rupanya memberikan juga sesuatu jaringan kerja baru yang terbuka. 

Yang luar biasa, dulu teman-teman saya tidak kenal di mana-mana, sekarang bisa kenal di luar negeri. Saya bisa mengajar di mana-mana. Memang ini satu pembelajaran positif bagi kita yang harus kita pelajari mana yang baik mana yang tidak baik yang kita usahakan untuk tinggalkan.

14. Kalau harus mendeskripsikan dalam 5 kata, apa dampak pandemik COVID-19 terhadap Indonesia dan apa harapan Anda untuk 2021?

[WANSUS] Catatan Kritis Prof Marsuki untuk Kebijakan Ekonomi IndonesiaIlustrasi corona. IDN Times/Arief Rahmat

"Pandemik instrumen belajar hidup sehat". Tahun 2021 harapan besar great dan motivasi dan yang paling penting harus kreatif dalam membangun jiwa-jiwa wirausaha yang berbasis pada pembelajaran yang bagus dan organisasi kemasyarakatan dan nilai-nilai sosial. 

Topik:

  • Irwan Idris

Berita Terkini Lainnya