Tanggapi Pernyataan Megawati, Millennial Makassar: Jangan Tuna Sejarah

Pernyataan Megawati sangat disayangkan

Makassar, IDN Times - Baru-baru ini, publik menyoroti pernyataan yang dilontarkan oleh Ketua Umum PDI Perjuangan, Megawati Soekarnoputri. Mantan Presiden RI ini mempertanyakan sumbangsih generasi millennials untuk negara.

Pernyataan tersebut dilontarkan Megawati saat peringatan Hari Sumpah Pemuda 28 Oktober 2020 lalu. Dia menganggap millennial hanya tahu soal demo, termasuk menolak Omnibus Law Undang-Undang Cipta Kerja.

Hal ini pun segera menimbulkan pro-kontra. Apalagi Mega juga meminta Presiden untuk tidak memanjakan para millennial. Lantas, bagaimana pemuda di Makassar menanggapi hal ini?

1. Jangan anggap remeh generasi millennials

Tanggapi Pernyataan Megawati, Millennial Makassar: Jangan Tuna SejarahAbdul Fatir Kasim, Ketua Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Universitas Hasanuddin 2019-2020, saat diwawancarai pada bulan Oktober 2019. (IDN Times/Achmad Hidayat Alsair)

Menanggapi pernyataan Megawati itu, Ketua BEM demisioner Universitas Hasanuddin, Abdul Fatir Kasim, menilai pernyataan Megawati tersebut cukup wajar mengingat Megawati bukan generasi millennial.

"Sehingga tidak memahami persis pergerakan yang dilakukan anak muda baik langsung maupun tidak langsung," kata Fatir kepada IDN Times, Minggu (1/11/2020).

Fatir mengatakan, Megawati harusnya lebih mendata dan menganalisis bagaimana anak muda menghiasi dan membagi diri dalam membangun negeri. Sebab mungkin saja banyak yang bergerak di bidang digital, wirausaha dan lain-lain.

"Termasuk yang turun demo juga jangan dianggap remeh. Sebab, perubahan besar pernah lahir dari cara itu," katanya.

Meski begitu, dia tidak menganggap pernyataan Megawati itu sebagai sebuah bentuk tidak mendukung gerakan pemuda.

"Pernyataan itu lahir paling berasal dari kekecewaan Ibu Mega terhadap aksi-aksi yang ditunggangi oleh para pelaku pengrusakan yang tidak taat hukum," katanya.

2. Gerakan pemuda tidak akan terhenti

Tanggapi Pernyataan Megawati, Millennial Makassar: Jangan Tuna SejarahPDIP (Dok. PDIP)

Senada dengan Fathir, Presiden Mahasiswa Universitas Negeri Makassar, Muhammad Aqsha, menyayangkan pernyataan Megawati yang dinilainya di bawah rata-rata untuk tokoh sekelasnya. 

Aqsha menilai bahwa Megawati tidak mengkaji lebih dalam mengenai peran pemuda yang sangat strategis dan berperan penting demi keberlangsungan regenerasi sebuah bangsa.

"Saya sarankan kembali membuka lembaran buku-buku sejarah peranan pemuda, bahwa kitalah yang akan melanjutkan tongkat estafet kepemimpinan ke depan, dan itulah buah pikiran pemuda yang masih muda menentang para kaum tua yang mabuk kekuasaan," katanya.

Menurut Aqsha, pernyataan tersebut hanya ingin melemahkan gerakan pemuda. Argumentasi Megawati, kata dia, bahkan bisa dikatakan membuat dirinya dinilai tidak layak memberikan argumentasi seperti itu sebagai negarawan.

"Ya intinya apapun gerakan pemuda tidak akan berhenti ketika hal yang didorong oleh gerakan rakyat tidak didengar oleh penguasa," kata Aqsha.

Baca Juga: Megawati Kritik Millennial Jangan Manja, PDIP: Itu Pesan Semangat

3. Tokoh bangsa seharusnya tidak berkomentar gaduh

Tanggapi Pernyataan Megawati, Millennial Makassar: Jangan Tuna SejarahKetua Umum DPP PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri (ANTARA FOTO/Fikri Yusuf)

Ketua Pemuda Muhammadiyah Sulsel, Elly Oscar, menyatakan hal serupa. Menurutnya, di tengah situasi bangsa seperti ini, harusnya semua tokoh bangsa menahan diri untuk tidak komentar yang bisa membuat gaduh. 

Harusnya, kata dia, Megawati bisa menjadi contoh sebagai tokoh bangsa. Apalagi partai yang dipimpinnya itu juga dulunya sering melakukan demonstrasi sebagai kontrol dari jalannya negara. 

"Jangan jadi tuna sejarahlah, demonstrasi itu adalah bagian dari ekspresi berbangsa di alam demokrasi bangsa ini," kata Elly.

Dia mengingatkan bahwa bangsa Indonesia ini hadir karena pemuda yang bersatu di dalam semangat sumpahnya yang setiap tahunnya diperingati oleh negara sebagai Hari Sumpah Pemuda. 

"Jangan sekali-kali kita menganggap bahwa orang yang demonstrasi adalah orang yang tidak membangun bangsa dan negara ini? Bukankah melahirkan generasi cerdas dan kritis adalah bagian dari tanggung jawab negara?," katanya.

4. Dianggap tidak mempengaruhi pemuda

Tanggapi Pernyataan Megawati, Millennial Makassar: Jangan Tuna SejarahDr Arief Wicaksono. IDN Times/Aan Pranata

Pengamat Politik Universitas Bosowa (Unibos) Makassar, Arief Wicaksono, menyampaikan hal serupa. Menurutnya, pernyataan Megawati tersebut bukan berarti bahwa dia tak suka pemuda.

"Bu Mega itu kalimatnya soal itu tidak bisa dijadikan sebagai satu ukuran bahwa dia tidak suka milenial. Spontan aja dia seperti itu kalau saya lihat," kata Arief.

Menurutnya, hal ini tidak akan mempengaruhi persepsi pemuda terhadap politik. Hal itu dikarenakan, Megawati berada di level nasional sementara apa yang dia sampaikan terkait demo, itu terjadi di hampir semua daerah di Indonesia. 

"Jadi itulah, relatif tidak ada pengaruhnya. Karena bukan hanya di Jakarta. Hampir semua daerah di ibukota provinsi di seluruh indonesia rata-rata ada demonya," katanya.

Sebelumnya, Sekretaris Jenderal DPP PDIP Hasto Kristiyanto mengatakan pernyataan itu merupakan semangat dari Megawati yang menginginkan agar anak muda Indonesia bisa jauh lebih baik, sebab mereka adalah generasi penentu masa depan bangsa.

“Ketika Ibu Megawati Soekarnoputri menyampaikan agar generasi millennial tidak dimanjakan, hal tersebut mengandung semangat dari sosok seorang Ibu Pejuang, yang terus memikirkan masa depan Indonesia,” kata Hasto melalui keterangan tertulisnya, Jumat, 30 Oktober.

Baca Juga: Begini Harapan Ketua BEM Unhas dan Presma UNM di HUT ke-75 RI

Topik:

  • Irwan Idris

Berita Terkini Lainnya