Sulsel Dikepung Banjir, Bahtiar: Keadaan Alam Sangat Kritis

Butuh kerja keras untuk mengembalikan fungsi lahan

Makassar, IDN Times - Pj Gubernur Sulawesi Selatan Bahtiar Baharuddin menyebut peristiwa banjir dan tanah longsor di sejumlah daerah tak terlepas dari kondisi alam dan lahan yang kritis. Hal tersebut bisa mengancam kehidupan masyarakat.

Pernyataan itu disampaikan Bahtiar saat konferensi pers di Rumah Jabatan Gubernur Sulawesi Selatan, Rabu (8/5/2024). Dia mengakui bahwa banjir yang terjadi di tujuh kabupaten karena kerusakan alam.

"Masalah lingkungan itu sejak tahun lalu, saya sudah bilang Sulsel ini mungkin dua per tiga keadaan alamnya, lahannya itu sudah kritis dan bahkan sangat kritis," kata Bahtiar.

Baca Juga: 16 Desa di Luwu Sulsel Masih Terisolasi usai Banjir dan Longsor

1. Bahtiar sebut pohon-pohon besar sudah susah ditemui

Sulsel Dikepung Banjir, Bahtiar: Keadaan Alam Sangat KritisBanjir di Kabupaten Luwu (dok.bnpb.go.id/BNPB)

Bahtiar menilai kondisi alam di Sulsel dapat dilihat pada desa-desa. Di desa, pohon besar dengan diameter satu meter bahkan sudah sulit ditemui. Kebanyakan hanya pohon kecil.

Dengan kondisi itu, maka tanah di sekitar akan mudah roboh ketika hujan dengan intensitas tinggi. Bahtiar mengatakan kondisi geografis di lokasi-lokasi banjir seperti Enrekang dan Luwu hampir semua lahannya adalah gunung atau dataran tinggi.

"Ketika tidak ada pohon yang mengikat tanah, datang hujan, sudah langsung terburai itu. Jadi mudah sekali," kata Bahtiar.

2. Banyak lahan dijadikan perkebunan

Sulsel Dikepung Banjir, Bahtiar: Keadaan Alam Sangat KritisTim SAR gabungan mencari warga dilaporkan hilang di lokasi banjir di Kabupaten Luwu, Sulawesi Selatan. (Dok. Basarnas Makassar)

Di kaki Gunung Bawakaraeng dan Gunung Lompobattang, kata Bahtiar, juga bermasalah. Sudah banyak kebun-kebun di lembah-lembah gunung. Hal ini merupakan contoh dari alih fungsi lahan.

Fenomena ini menjadi dilematis. Di satu sisi, perkebunan juga menjadi sumber kehidupan warga untuk bercocok tanam. Namun di sisi lain, kondisi ini membahayakan jiwa masyarakat jika terjadi hujan dan banjir.

Untuk itu, pemerintah akan mengupayakan agar masyarakat yang tinggal di sana puluhan tahun bisa tetap aman. Salah satu upayanya dengan menggalakkan penanaman pohon.

"Mereka tinggal puluhan tahun, bahkan. Mungkin ada neneknya ratusan tahun di situ tetapi dia terlindungi maka harus dipastikan kawasan-kawasan itu ya harus dijahit dijahit menggunakan pohon-pohon," kata Bahtiar.

3. Penanganan harus dimulai dari hulu

Sulsel Dikepung Banjir, Bahtiar: Keadaan Alam Sangat Kritisbanjir di Kabupaten Luwu (dok.bnpb.go.id/BNPB)

Untuk penanganan jangka panjang, Bahtiar menyatakan harus bekerja keras harus mengembalikan fungsi lahan. Dia mengibaratkan alih fungsi lahan di pegunungan ini sebagai baju robek yang harus dijahit dengan penanaman pohon.

Apabila gunung rusak, maka akan mudah terjadi longsor. Untuk memperbaiki lahan yang rusak, maka harus dimulai dari hulu. Sebab jika tidak maka perisitiwa banjir dan longsor seperti di 7 kabupaten itu akan terus terulang.

"Untuk menjahit kembali itu nah hulunya di situ sebenarnya. Maka saya setuju dengan pikiran kawan kita tadi itu ini harus ada program tanggap darurat penanganan lingkungannya karena kalau tidak nanti lupa lagi," kata Bahtiar.

Baca Juga: Tim SAR Temukan Dua Jasad Korban Banjir di Luwu, Total 13 Tewas

Topik:

  • Aan Pranata

Berita Terkini Lainnya