Stok Obat dan Oksigen untuk Pasien COVID-19 di Sulsel Masih Cukup

Namun obat sempat berkurang karena donatur juga berkurang

Makassar, IDN Times - Koordinator Bidang Posko dan Kesekretariatan Satgas Penanganan COVID-19 Sulawesi Selatan, Arman Bausat menyatakan stok obat dan oksigen untuk pasien COVID-19 masih aman di masa darurat dan adanya lonjakan kasus.

Arman mengambil contoh di Rumah Sakit Khusus Daerah (RSKD) Dadi, sebagai salah satu rumah sakit rujukan COVID-19. Dia yang juga Direktur Utama rumah sakit tersebut menyatakan stok obat, oksigen hingga tempat tidur masih aman.

"Kita ada obat, untuk pasien cukup tapi terbatas untuk yang kami rawat inap. Untuk saat ini rumah sakit Dadi ketersediaan obat baik di ICU maupun di ruang isolasi masih tidak ada masalah," kata Arman saat ditemui di Kantor Gubernur Sulsel, Jumat (23/7/2021).

1. Obat sempat terbatas karena berkurangnya donatur

Stok Obat dan Oksigen untuk Pasien COVID-19 di Sulsel Masih Cukupilustrasi obat-obatan (IDN Times/Mardya Shakti)

Meski mengatakan kondisi ketersediaan obat di rumahnya sakit Dadi cukup bagus, tapi Arman mengaku sebenarnya obat untuk pasien COVID-19 juga mulai mengalami keterbatasan seiring lonjakan kasus.

"Awal COVID-19 itu, banyak sekali donatur mulai dari obat-obatan herbal sampai APD. Tapi sekarang karena sudah gelombang ketiga, donatur habis. Otomatis keterbatasan obat kita," ujarnya.

Namun untuk mencukupi ketersediaan obat, pihak rumah sakit harus selalu lancar membayar obat ke perusahaan. Karena terlambat sedikit saja, maka perusahaan akan menunda distribusi obat.

"Karena kan rumah sakit lain butuh itu obat. Supaya lancar, kita lancar pembayaran. Paling telat seminggu kita bayar sehingga kita bisa pesan lagi," kata Arman.

2. Pemberian obat COVID-19 tergantung gejala

Stok Obat dan Oksigen untuk Pasien COVID-19 di Sulsel Masih CukupIlustrasi Virus Corona. IDN Times/Mardya Shakti

Menurut Arman, belum ada protokol yang jelas soal aturan obat untuk pasien COVID-19. Karena COVID-19 varian baru juga masih dalam penelitian para ahli. Itu sebabnya obat untuk pasien COVID-19 terus berubah

"Dulu orang pakai Klorokuin obat malaria, ditinggalkan. Ada lagi Ivermectin, obat cacing katanya bagus, ditinggalkan juga. Karena orang mencoba semua. Jadi kan kita menggunakan obat atas dasar kalau memang ada aturannya bilang ini boleh digunakan, kita pakai. Kalau tidak jangan," lanjutnya.

Arman mengatakan pemberian obat bagi pasien positif COVID-19 tergantung gejalanya. Bagi pasien yang tanpa gejala cukup diberikan vitamin. 

Untuk pasien bergejala ringan seperti batuk, cukup diberikan vitamin dengan obat-obatan simptomatik yaitu obat untuk meredakan gejala umum dari suatu penyakit.

"Kalau sudah masuk gejala sedang dan berat, harus masuk rumah sakit. Barulah kita mulai main antivirus, mengobati gejalanya. Kalau dia demam, kita kasih Paracetamol, infus, sambil vitamin juga. Jadi pengobatannya tergantung gejala," kata Arman.

3. Stok oksigen masih aman

Stok Obat dan Oksigen untuk Pasien COVID-19 di Sulsel Masih CukupIlustrasi tabung oksigen medis. (ANTARA FOTO/Novrian Arbi).

Arman juga memastikan stok oksigen di rumah sakit Dadi masih aman. Karena rumah sakit Dadi telah mengantisipasi sejak April 2020 lalu dengan membuat tangki oksigen cair bervolume 8.000 Liter. Belum lagi, mereka punya kapasitas tabung oksigen 6 kubik itu sebanyak 250 unit.

"Jadi alhamdulillah kami sampai saat ini tidak ada keterbatasan oksigen karena pembayaran kami juga lancar. Karena kami tahu pasti rumah sakit juga butuh supaya kami bisa otomatis dia menagih kami bayar," katanya.

Rumah sakit Dadi juga membeli alat oksigen generator untuk menghindari kelangkaan oksigen. Rencananya, oksigen generator yang akan dibeli berkapasitas 500 liter per menit.

"Dia bisa memproduksi oksigen 6 kubik per hari. Nanti ke depan kalau misalnya ada apa-apa, kita bisa membantu rumah sakit lain yang membutuhkan atau kekurangan oksigen. Ini perintah Pak Gubernur," katanya.

4. Belum ada laporan soal kelangkaan oksigen

Stok Obat dan Oksigen untuk Pasien COVID-19 di Sulsel Masih CukupIlustrasi tabung oksigen medis (ANTARA FOTO/Aprillio Akbar).

Arman menyatakan sejauh ini tidak pernah ada kasus kelangkaan oksigen di rumah sakit Dadi begitupun di rumah sakit lainnya di Sulsel. Pasalnya, ketika stok oksigen mulai menurun, rumah sakit langsung melakukan isi ulang.

"Jadi diantisipasi, tabung-tabung yang kosong setelah kosong langsung didrop ke bawah. Jadi kalau sudah mencapai 50 langsung dibawa," katanya.

Dia membandingkan kondisi stok oksigen di Sulsel dengan di Jakarta. Menurutnya dengan perbandingan jumlah penduduk di Jakarta yang mencapai 12 juta dengan penduduk Sulsel yang hanya 7 juta, maka stok oksigen yang ada saat ini masih bisa ditanggulangi.

"Beda kalau di Jakarta 12 juta. COVID-19 ini kan kalau orang membandingkan penyakit ini banyak meninggal, cuma COVID-19 kan tiba-tiba langsung bersamaan. Itu yang bedakan OTG yang biasa sedikit yang meninggal," katanya.

Baca Juga: 170 Pasien ODGJ di Rumah Sakit Dadi Makassar Sembuh dari COVID-19

Topik:

  • Irwan Idris

Berita Terkini Lainnya