Legalisasi Ganja di Thailand, Apa Dampaknya ke Indonesia?

Wacana legalisasi ganja medis bukan hal baru di Indonesia

Makassar, IDN Times - Legalisasi ganja oleh pemerintah Thailand tidak lepas dari kekhawatiran Indonesia. Pasalnya, Indonesia kini tengah berupaya kuat untuk mencegah dan memberantas penyalahgunaan narkotika hingga peredarannya.

Keputusan pemerintah Thailand melegalisasi ganja dikhawatirkan akan membuat distribusi ganja di Indonesia semakin banyak. Hal itu juga dikhawatirkan membuat Indonesia sebagai pasar potensial dari peredaran narkotika golongan I tersebut.

Pakar Hukum dan Kriminologi Universitas Negeri Makassar, Prof Heri Nasir, memperingatkan bahwa wacana legalisasi ganja bukan hal baru di Indonesia dan sejumlah negara. Jauh sebelum Thailand, beberapa negara telah lebih dulu melegalkan penggunaan ganja. Sebut saja Kanada yang melegalisasi ganja untuk tujuan medis pada 2001 dan Meksiko untuk keperluan rekreasi. Kemudian ada Australia yang melegalisasi ganja untuk rekreasi dan budidaya pada 2019.

Namun yang sebenarnya menjadi kekhawatiran adalah penyalahgunaan ganja itu sendiri. Ketika ganja dilegalisasi untuk keperluan medis, maka di saat yang sama hal ini juga menjadi tugas berat bagi pihak medis dan aparat penegak hukum untuk mengawasi agar tidak terjadi penyalahgunaan. 

"Di sana itu memang dilegalkan penggunaan ganja. Tetapi sama sekali tidak boleh ada pengedaran dan menanam ganja secara masif. Itu diancam pidana sekian tahun. Saya kira memang harus kita waspadai karena setiap negara mempunyai kondisi yang berbeda," katanya saat diwawancarai IDN Times melalui telepon, Minggu (26/6/2022).

1. Pengawasan ketat di Indonesia bukan jaminan

Legalisasi Ganja di Thailand, Apa Dampaknya ke Indonesia?Barang bukti ganja dan toples kaca yang digunakan GL (IDN Times/Humas Polres Sabang)

Prof Heri menyarankan pemerintah maupun aparat penegak hukum untuk meningkatkan pengawasan terhadap kemungkinan penyalahgunaan ganja yang semakin meluas. Karena di saat pengawasan sudah ketat seperti sekarangpun, tetap saja masih kecolongan.

Di Sulsel misalnya, tetap saja peredaran dan penyalahgunaan narkoba terus terjadi. Tingkat penyalahgunaan narkoba di Sulsel sangat tinggi. Menurut data Polda Sulsel pada 2021, ada 1.992 kasus narkoba yang ditangani.

"Bahkan dulu dapat dikatakan kegiatan ini sudah pernah masuk darurat narkoba. Ini mengindikasikan bahwa masyarakat Sulsel memang sangat terbuka dalam penggunaan narkotika, khususnya masalah ganja," katanya.

Dalam Undang-undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Tindak Pidana Narkotika, ganja dan beberapa jenis narkotika lain memang diperkenankan untuk kepentingan medis. Namun tetap saja hal ini harus disikapi hati-hati karena setiap negara memiliki situasi yang berbeda.

"Ini yang kita khawatirkan bahwa kalau ini dilegalkan merupakan pekerjaan berat lagi bagi penegak hukum. Karena meskipun dilegalkan tapi itu untuk kepentingan medis," katanya.

2. Faktor penyebab peredaran narkoba tak pernah habis

Legalisasi Ganja di Thailand, Apa Dampaknya ke Indonesia?ilustrasi daun ganja (IDN Times/Arief Rahmat)

Peredaran dan penyalahgunaan narkoba memang masih menjadi salah satu PR besar di Indonesia. Prof Heri mengemukakan ada berbagai faktor yang membuat peredaran dan penyalahgunaan narkoba seakan tak pernah habis.

Di antaranya adalah adanya keterlibatan aparat penegak hukum. Dia menyebut tak sedikit peredaran narkoba dibekingi oleh aparat penegak hukum yang seharusnya menjadi garda terdepan dalam menumpas peredaran narkoba.

"Saya kira sudah bukan rahasia bahwa banyak juga aparat hukum yang terlibat dalam peredaran narkotika. Ini saya selalu katakan di depan aparat hukum, kalau bisa tolong, aparat hukum harus memberi contoh bahwa betapa narkotika ini merupakan tugas berat bagi aparat hukum sehingga harus menjadi contoh bagi aparat hukum kita," katanya.

Faktor lainnya yakni bisnis narkotika merupakan suatu hal yang sangat menggiurkan dari sisi ekonomi. Keadaan ini tentu menjadi celah bagi pihak-pihak yang berada dalam posisi rawan. 

"Misalnya orang-orang yang sudah frustasi dan agak sulit mencari mata pencaharian. Dengan godaan-godaan sebagai kurir atau pengedar dan sebagainya itu sudah sangat mudah sekali untuk dirayu untuk melakukan pengedaran narkotika," katanya.

3. Upaya pencegahan peredaran narkoba

Legalisasi Ganja di Thailand, Apa Dampaknya ke Indonesia?Ilustrasi ganja atau c. sativa (ANTARA FOTO/Novrian Arbi)

Salah satu cara untuk bisa menekan peredaran narkotika, kata Prof Heri, yakni dengan memutus mata rantai antara pengedar dan pengguna. Ketika  penggunanya bisa ditekan, otomatis pengedarnya juga akan berkurang.

"Karena kepada siapa dia bisa mengedarkan kalau penggunnya kita bisa tekan. Saya kira itu yang menyebabkan juga," katanya.

Selain itu, yang perlu diterapkan yakni memberikan tindakan masif seperti rehabilitasi terhadap pengguna. Karena jika tidak dibarengi dengan pencegahan dari akar, maka hal itu tidak ada akan berjalan komprehensif.

"Coba kita lihat saja bahwa banyak pengedar yang melalui proses hukum dan sampai di penjara justru dia masih leluasa untuk melakukan peredaran melalui lembaga pemasyarakatan. Saya kira ini memang harus disikapi dengan baik secara komprehensif," katanya. 

Baca Juga: Warga Thailand Diizinkan Tanam Ganja di Rumah Mulai Hari Ini

Topik:

  • Irwan Idris

Berita Terkini Lainnya