Kisah Rahmat Erwin Berlatih Cuma Diterangi Lampu Minyak

Ibu Rahmat menyebut anaknya tak dapat perhatian pemerintah

Makassar, IDN Times - Senyum bahagia terus terpancar dari wajah ibunda Ami Asun Budiono, ibunda Rahmat Erwin Abdullah, setelah melihat anaknya berhasil meraih medali perunggu di ajang Olimpiade Tokyo 2020. 

Ditemui di kediamannya di Jalan Cendrawasih, Kota Makassar, Kamis (29/7/2021), Ami mengaku sangat bangga dan bahagia melihat putra tunggalnya itu berhasil meraih medali di ajang olahraga paling bergengsi.

"Karena dia berhasil meraih mimpinya. Karena cita-citanya dari kecil memang mau kalahkan rekornya bapaknya," kata Ami.

Kedua orang tua Rahmat merupakan atlet dari cabang olahraga yang sama. Ayahnya, Erwin Abdullah merupakan peraih medali perak pada Kejuaraan Asia di Busan Korea Selatan 1995. Dia juga meraih medali perunggu saat  tampil dalam Kejuaraan Dunia IWF di Istanbul Turki 1994.

Sementara ibunya, Ami Asun Budiono, adalah peraih medali emas angkat besi di SEA Games Chiangmai 1995 dan Jakarta 1997.

Baca Juga: Rahmat Erwin yang Wujudkan Mimpi Ayah di Olimpiade Tokyo

1. Rahmat sudah berminat ke angkat besi sejak kecil

Kisah Rahmat Erwin Berlatih Cuma Diterangi Lampu MinyakBeberapa medali Rahmat Erwin Abdullah yang ditunjukkan sang ibu di rumahnya di Jalan Cendrawasih Makassar, Kamis (29/7/2021). IDN Times/Asrhawi Muin

Ami bercerita, saat kecil Rahmat merupakan anak yang hiperaktif. Itu membuat Ami lebih memproteksi anaknya. Terlebih lagi, Rahmat memang tergolong anak yang jarang bergaul. 

"Karena hati-hatinya saya sebagai orang tua, dari kecil memang saya sudah arahkan dia untuk mengalihkan hiperaktifnya," kata Ami.

Awalnya, Rahmat menyukai olahraga senam. Tapi sang ayah merasa berat karena dia menganggap olahraga senam tidak terukur sehingga tak cocok bagi Rahmat yang hiperaktif. Akhirnya, Rahmat selalu ikut saat ayahnya latihan.

"Dari situ dia sudah mulai senang main-main," kata Ami.

Tapi minat Rahmat pada olahraga angkat besi baru benar-benar terlihat saat dia duduk di bangku kelas 5 SD. Kebetulan saat itu Ami menerima penghargaan hari tua dari negara.

"Waktu itu saya diundang ke Solo, yang saya bawa anak saya. Dari situ anak saya punya motivasi. Katanya enak ya jadi atlet. Bisa makan enak, bisa tinggal di hotel. Pulang dari situ, tidak lama dia langsung mau olahraga, mau angkat besi," kata Ami.

2. Sempat tak didukung orang tua

Kisah Rahmat Erwin Berlatih Cuma Diterangi Lampu MinyakAmi Asun Budiono, ibu Rahmat Erwin Abdullah, saat ditemui di rumahnya di Jalan Cendrawasih Makassar, Kamis (29/7/2021). IDN Times/Asrhawi Muin

Sebenarnya orang tua Rahmat awalnya tak mendukung keputusannya menjadi atlet. Sebagaimana orang tua pada umumnya, orang tua Rahmat juga ingin dia melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi. 

"Tapi karena hobinya, dia suka, jadi kita ikuti semuanya. Akhirnya memang sampai sekarang," kata Ami.

Karena bertekad bulat menjadi atlet, orang tua Rahmat pun menyekolahkannya ke SMA Nasional. Menurut Ami, sekolah tersebut bisa mendukung cita-cita Rahmat menjadi atlet angkat besi.

"Di situ dapat dukungan juga dari sekolah. Kebetulan juga guru olahraganya bagus. Mendukung sekali. Jadi tidak punya kendala selama sekolah. Alhamdulillah anak saya bisa lulus SEA Games, Asean games. Akhirnya bisa juara Olimpiade," kata Ami.

Ami menuturkan, sejak kecil Rahmat sangat mengidolakan ayahnya. Berkat itu, Rahmat bertekad meraih juara di atas ayahnya yang belum pernah meraih medali Olimpiade.

"Kejuaraan inilah dia wujudkan, dia bisa kalahkan bapaknya karena bapaknya belum pernah juara olimpiade sementara dia bisa pecahkan rekor bapaknya. Tapi masih banyak cita-cita lainnya dia," kata Ami.

3. Berlatih dengan lampu minyak

Kisah Rahmat Erwin Berlatih Cuma Diterangi Lampu MinyakAmi Asun Budiono, menunjukkan medali Rahmat Erwin Abdullah, saat ditemui di rumahnya di Jalan Cendrawasih Makassar, Kamis (29/7/2021). IDN Times/Asrhawi Muin

Ami mengaku selama ini Rahmat latihan dengan fasilitas seadanya. Sebelum GOR Mattoanging dirobohkan, dia biasa berlatih di sana. Tapi setelah stadion yang berada tak jauh dari rumahnya itu diratakan dengan alasan rehabilitasi, nyaris tak ada lagi tempat latihan baginya.

Kalaupun latihan di sana, dia sering kali harus membawa alat penerangan sendiri berupa lampu minyak. Karena itu satu-satunya alat penerangan yang bisa diharap.

"Makanya kita bawa lampu sendiri. Peralatan juga kita sendiri," kata Ami sambil menunjuk semua peralatan latihan milik Rahmat.

Selama ini, kata Ami, Rahmat juga seringkali latihan di rumah sendiri dengan fasilitas seadanya. Alasan dia latihan di rumah karena mereka nyaris tak mendapat perhatian dari pemerintah setempat. 

"Perhatian juga sepertinya alak adarnya. Kita juga sebagai orang tua bekerja keras bagaimana caranya anak saya tetap bisa latihan. Selama Stadion Mattoanging dirobohkan, sampai sekarang kita tidak punya perhatian juga," kata Ami.

Dia pun berharap pemerintah memberikan perhatian lebih kepada para atlet yang berpotensi mengharumkan nama bangsa. Sebab bukan tidak mungkin bahwa di luar sana masih banyak atlet lain yang sebenarnya punya potensi tapi tak diperhatikan.

Ami mengaku mereka ingin sekali membangun sasana angkat besi untuk menyalurkan minat dan hobi pemuda lain di luar sana. Tapi baginya hal itu masih sulit tanpa dukungan pemerintah setempat.

"Sasana harus modal tinggi. Kita tidak punya penghasilan. Kalau tidak ada daerah, kita tidak bisa bikin sasana. Saya dan suami saya tidak bekerja. Saya ibu rumah tangga, suami saya kerja di PT Pos. Sebenarnya basic kita cukup kuat kalau daerah mendukung," katanya.

Baca Juga: 10 Fakta Rahmat Erwin Abdullah, Lifter Muda Indonesia yang Berprestasi

Topik:

  • Aan Pranata

Berita Terkini Lainnya