Kesan Murid Belajar di Rumah, Tugas Menumpuk hingga Dikejar Deadline

Makassar, IDN Times - Tidak terasa, kegiatan belajar mengajar di rumah yang diterapkan oleh sekolah-sekolah di Kota Makassar sudah berjalan lebih dari sebuah. Kebijakan pemerintah untuk merumahkan para murid diumumkan pada 16 Maret lalu.
Saat itu belum ada kasus positif COVID-19 di Makassar dan kebijakan itu diambil sebagai langkah pencegahan. Namun seiring berjalannya waktu, kasus positif di Makassar terus bertambah sehingga mau tidak mau masa belajar di rumah harus diperpanjang.
Pembelajaran secara daring atau online ini pun memberikan kesan tersendiri bagi para murid. Seorang murid SMA Negeri 17 Makassar, Iis, menceritakan pengalamannya selama melakukan belajar di rumah. Dia menuturkan bahwa awalnya tidak ada tugas yang diberikan karena pengumuman pemerintah untuk merumahkan murid bertepatan dengan ujian nasional murid kelas XII.
"Jadi awalnya itu tidak ada tugas karena kita pikir kita libur karena kakak kelas ujian. Terus dapat kabar kalau libur diperpanjang dan nanti ada kelas online. Kelas online pertama itu mata pelajaran Fisika. Kita disuruh untuk mengirim rangkuman di materi baru," kata Iis yang dihubungi IDN Times via WhatsApp, Jumat (24/4).
Baca Juga: 5 Tips yang Bisa Dilakukan Jika Anak Mulai Malas Sekolah Online
1. Sering merasa keteteran karena tugas menumpuk
Setelah masa kegiatan belajar mengajar diperpanjang menyusul terus bertambahnya kasus positif COVID-19 di Makassar, Iis berkata, sekolah akhirnya mengirimkan jadwal belajar online dengan tiga mata pelajaran setiap hari.
Menurutnya, setiap guru berbeda-beda dalam memberikan materi pelajaran. Ada guru yang memanfaatkan aplikasi Classroom, ada pula guru yang meminta mengajar melalui aplikasi Zoom yang tengah booming itu.
"Sebelum ada jadwal mungkin kita masih santai-santai. Semenjak adanya jadwal itu, pasti setiap bangun agak panik karena takut deadlinenya kadang cepat. Ada juga guru yang kasih deadline sampe jam 23:59," ucapnya.
Deadline yang cepat, dan tugas yang lumayan berat, rupanya membuat Iis merasa keteteran. Sebab di saat tugas pertama belum selesai, tugas ataupun materi baru sudah diberikan.
"Jadi kita harus buru-buru selesaikan tugas sebelumnya. Terus kalau masalah ulangan hariannya. Di kelasku tadi sudah ada ulangan harian mata pelajaran PKN. Jadi sistemnya itu kita via Zoom atau videocall sama guru. Terus nanti kita jelaskan beberapa materi setelah itu dikasih pertanyaan," katanya.
2. Belajar di sekolah dianggap lebih seru
Setelah mempunyai pengalaman belajar secara online di rumah, Iis merasa belajar di sekolah tetap masih lebih seru dibandingkan belajar dari rumah. Selain karena tugas dan materi di sekolah tidak sebanyak di rumah, di sekolah dia bisa bertemu dengan teman-temannya.
Meski begitu, belajar online dari rumah bukan berarti tanpa keseruan. Bagi Iis, belajar di rumah lebih fleksibel karena bisa bangun agak siang sedangkan belajar di sekolah membuatnya harus bangun subuh. Selain itu, suasana belajar di rumah juga lebih santai dibandingkan di sekolah.
"Tapi kalau misalnya belajar online tapi bisa keluar atau kumpul sama teman kerja tugas, itu lebih seru. Jadi tidak terlalu terasa berat. Tidak enaknya juga belajar di rumah, tidak dapat uang jajan," katanya berkelakar.
Kesulitan lainnya juga yaitu kadang terkendala jaringan internet sehingga sulit mengirimkan tugas. Padahal ada banyak tugas yang mau dikirim. Belum lagi kalau deadline yang diberikan cepat.
"Karena biasanya dalam 1 hari bukan cuma 1 atau 2 tugas. Jadi kita kadang keteteran kerjanya. Kadang kalau jaringan jelek susah kirim tugasnya," kata Iis.
3. Belajar di rumah dianggap tidak efektif
Pengalaman serupa juga diceritakan oleh Farel Dava, murid kelas XII SMA Sharma Yadi Makassar. Dia mengaku tidak suka belajar online dari rumah karena hal itu membuatnya jauh dari teman-teman.
Tugas dan materi yang terlalu banyak saat di rumah daripada di sekolah, juga menjadi keluhan Farel. Hal itu membuatnya malah menjadi kurang istirahat. Makan juga menjadi tidak teratur karena harus fokus mengerjakan tugas.
Menurut Farel, belajar di sekolah tetap lebih menyenangkan. Sebab suasana di rumah yang santai kadang dinilainya tidak mendukung untuk melakukan kegiatan belajar.
"Banyak tugas, soal susah, juga karena suasana rumah biasa bawaannya malas kerjakan tugas. Materi yang disampaikan juga tidak sepenuhnya dipahami. Ada yang belum dijelaskan guru tapi sudah ada soalnya diberikan. Belum lagi keterbatasan kouta juga," kata Farel.
Walaupun begitu, mau tidak mau Farel tetap harus mengikuti kegiatan belajar secara online dari rumah. Meski belajar di sekolah lebih menyenangkan tapi belajar di rumah memberinya suasana baru dalam belajar.
Metode pembelajaran boleh berpindah dari sekolah ke rumah. Akan tetapi, kata Farel, jadwal belajar di rumah juga masih sama dengan jadwal belajar di sekolah yaitu antara pukul 08.00 hingga pukul 15.00 atau 16.00.
"Tapi tetap saja tidak efektif. Karena biasanya para siswa dapat berhadapan dengan guru langsung untuk berinteraksi tentang ilmu pelajaran. Jadi gampang menelaah ilmu secara langsung kalau sekarang kan tidak," katanya.
4. Masa pembelajaran di rumah akan disesuaikan dengan kondisi saat ini
Sementara itu, Plt Kepala Dinas Pendidikan Provinsi Sulawesi Selatan, Muhammad Basri mengatakan bahwa perpanjangan waktu belajar di rumah telah dilakukan tiga kali sejak pertama kali diumumkan.
Sebelumnnya kebijakan belajar dari rumah diterapkan mulai dari 16 - 30 Maret. Namun karena kasus covid-19 terus bertambah, maka dilakukan perpanjangan masa belajar di rumah dari tanggal 30 Maret - 17 April. Setelah itu, dilakukan lagi perpanjangan dari 17 April sampai 1 Mei.
"Kalau sampai tanggal 1 Mei, kita lihat lagi situasi. Kalau misalnya kondisi di masyarakat atau berdasarkan rekomendasi Kementerian Kesehatan diperpanjang, ya kita perpanjang lagi," kata Basri saat dihubungi IDN Times, Jumat (24/4).
Untuk itu dia meminta para murid untuk tetap bersabar selama menjalani masa pembelajaran di rumah. Menurutnya keinginan murid untuk kembali belajarn di sekolah adalah suatu hal yang wajar. Namun kondisi saat ini tidak memungkinkan mereka untuk belajar di sekolah.
"Saat ini kondisinya memang begitu. Kalau murid ingin ketemu teman-temannya itu manusiawi. Tapi itulah kondisi yang harus diterima oleh siswa. Jadi bersabarlah dulu," katanya.
Terkait dengan tugas, Basri juga menilai hal itu wajar. Sebab di semua sekolah, pasti murid-murid juga tetap mendapatkan PR dan pelajaran tambahan dari guru. Kendati begitu, dia juga mengakui bahwa metode belajar online ini memang masih kurang sempurna.
"Hanya saja, harus kita akui bahwa memang pembelajaran dalam bentuk daring itu kan pasti tidak sempurna seperti kalau pembelajaran di sekolah. Tapi itulah yang terbaik yang kita lakukan. Tidak ada pilihan lain untuk saat ini," katanya.
Baca Juga: Cerita Para Siswa yang Jadi Dapat Tugas Tambahan dari Siaran TVRI