Jelang Kemarau, BMKG Makassar Imbau Pemda dan Warga Mulai Tampung Air

Musim kemarau di Makassar diprakirakan mulai April 2024

Intinya Sih...

  • Musim kemarau di Makassar diprakirakan mulai April 2024
  • Beberapa wilayah Sulawesi Selatan akan mengalami musim kemarau lebih kering dari biasanya
  • BMKG merekomendasikan penyimpanan air yang optimal dan masyarakat untuk memanen air hujan sebagai antisipasi

Makassar, IDN Times - Provinsi Sulawesi Selatan (Sulsel) akan kembali menghadapi musim kemarau. Pemerintah maupun masyarakat diimbau lebih siap untuk menghadapi dampak yang akan ditimbulkan.

Hal ini disampaikan Koordinator Data dan Informasi Stasiun Klimatologi Sulawesi Selatan, Syamsul Bahri. Dia menyampaikan hal tersebut dalam konferensi pers virtual melalui Zoom meeting, Senin (1/4/2024).

"Kami mengimbau kepada kementerian, lembaga, pemda, stakeholder, masyarakat untuk antisipasi karena ada kemungkinan dampak musim kemarau," kata Syamsul.

1. Ada potensi kekeringan

Jelang Kemarau, BMKG Makassar Imbau Pemda dan Warga Mulai Tampung Airilustrasi kekeringan (pexel.com/FOX)

Syamsul menyebutkan ada beberapa wilayah yang akan mengalami musim kemarau lebih kering tahun ini. Di antaranya yaitu Soppeng bagian utara, Wajo bagian barat, Parepare bagian utara, Sidrap bagian barat, Pinrang bagian selatan, Luwu bagian utara dan Luwu Timur bagian timur.

Wilayah-wilayah tersebut memiliki sifat hujan di bawah normal. Kondisi itu mengakibatkan wilayah-wilayah tersebut akan lebih kering.

"Wilayah tersebut dapat meningkatkan risiko wilayah kekeringan seperti kebakaran atau kekurangan sumber air," kata Syamsul.

2. Tetap waspadai wilayah yang lebih basah

Jelang Kemarau, BMKG Makassar Imbau Pemda dan Warga Mulai Tampung AirAir bendungan yang mengering akibat kemarau di NTB pada 2023 lalu. (IDN Times/Muhammad Nasir)

Tindakan antisipasi, kata Syamsul, juga diperlukan pada wilayah yang diprediksi mengalami musim kemarau di atas normal. Wilayah tersebut yaitu sebagian besar wilayah Sulawesi Selatan bagian selatan dan tengah seperti Bulukumba, Sinjai, Gowa, Makassar, Maros, Pangkep, Barru Pinrang, Tana Toraja dan Enrekang.

Wilayah-wilayah tersebut masih akan mengalami hujan meskipun dalam keadaan kemarau. Curah hujannya akan lebih tinggi sehingga bersifat lebih ke kemarau basah.

"Biasanya dia lebih basah terutama berdampak pada tanaman pertanian yang sensitif terhadap curah hujan tinggi," kata Syamsul.

3. BMKG rekomendasikan penampungan air

Jelang Kemarau, BMKG Makassar Imbau Pemda dan Warga Mulai Tampung AirAir bersih dalam jerigen yang dijual di kompleks Nusa Tamalanrea Indah, Makassar, Rabu (30/8/2023). IDN Times/Asrhawi Muin

Sebagai antisipasi, BMKG merekomendasikan kepada pemda agar dapat lebih optimal menyimpan air pada akhir musim hujan ini.

"Mumpung kita masih musim hujwn, bijaklah dalam menggunakan air atau bahkan kita bisa menampung air dalam bentuk embung di daerah-daerah untuk memenuhi danau waduk da kolam retensi," kata Syamsul.

Tak hanya pemerintah, dia juga mengimbau masyarakat lebih siap menghadapi musim kemarau tahun ini.

"Masyarakat mungkin bisa gerakan memanen air hujan yang bisa dengan membuat biopori bagi masyarakat yang menggunakan sumur bor," kata Syamsul.

Baca Juga: Kekeringan, Warga NTI di Makassar Terpaksa Harus Beli Air Bersih

4. Kondisi El Nino masih kategori sedang

Jelang Kemarau, BMKG Makassar Imbau Pemda dan Warga Mulai Tampung AirBMKG memperkirakan awal musim kemarau tahun 2024 di Sulawesi Selatan datang pada dasarian ketiga bulan April. (Dok. BMKG Makassar)

Pada 2023 lalu, Indonesia dibayangi fenomena El Nino yang menyebabkan musim kemarau lebih kering dari biasanya. Sulsel juga termasuk wilayah yang terkena dampak El Nino mulai dari kekeringan hingga kasus kebakaran yang meningkat.

Untuk saat ini, kata Syamsul, kondisi Indonesia masih normal secara umum. Secara khusus, ada beberapa wilayah di Sulsel yang curah hujannya masih tinggi seperti di Luwu Raya.

Untuk kondisi El Nino, Syamsul menjelaskan, masih dalam kategori sedang pada akhir bulan Maret hingga April 2024. Walau begitu, kondisi tersebut tidak terlalu memberikan dampak yang cukup besar karena puncak musim hujan pada Januari hingga Februari.

"Artinya walaupun secara fenomena global itu ada El Nino, namun ada fenomena yang kita kenal dengan fenomena monsun. Monsun inilah yang lebih dominan pada saat musim hujan sehingga enso (El Nino) kita ini dikalahkan oleh Monsun," kata Syamsul.

Baca Juga: BMKG: Musim Kemarau di Sulsel Mulai Bulan April, Puncaknya Agustus

Topik:

  • Irwan Idris

Berita Terkini Lainnya