Jelang Idul Fitri, Pemprov Sulsel Pastikan Stok Pangan Cukup

Makassar, IDN Times - Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan memastikan stok komoditas pangan di wilayahnya cukup menjelang Hari Raya Idul Fitri 1444 Hijriah. Selain itu, harga pangan juga dipastikan masih cenderung stabil.
Plt Kepala Dinas Ketahanan Pangan Sulsel, Kemal Redindo Putra Syahrul, mengatakan sebagian harga bahan pokok bahkan sudah ada yang turun. Hal itu karena stok pangan juga melimpah di pasaran.
"Kalau kita bicara ketersediaan bahan pokok itu pasti ada. Kalau kita bicara harga, saya kira fluktuatif menjelang Idul Fitri. Dari hari ke hari yang tadinya harga di atas cenderung turun," kata Redindo, Jumat (14/4/2023).
1. Harga bahan pokok masih stabil
Redindo menjelaskan penyebab harga pangan yang cenderung menurun disebabkan hukum pasar. Ketika produksi melimpah, maka harga bahan pangan juga secara otomatis akan stabil.
"Dari situ kita lihat ketersediaan produksi di Sulsel artinya tinggi. Sekarang lagi banyak-banyakknya. Yang kurang memang bawang putih karena dasarnya adalah importasi. Yang naik signifikan hanya bawang putih," kata dia.
2. Harga stabil dipengaruhi pasar murah
Stabilitas harga, kata Redindo, dipengaruhi pula oleh banyaknya kehadiran pasar murah selama Ramadan. Pasar murah yang menjual bahan pokok di bawah harga rata-rata pasaran menjadi solusi karena memutus rantai pasok.
"Harga yang ada di pasar murah sebenarnya bukan murah tapi karena tidak ada hitungan ongkos angkut. Produknya langsung dari distributor ke masyarakat," kata Redindo.
3. Persediaan beras masih surplus
Berdasarkan data Dinas Ketahanan Pangan Sulsel, ketersediaan komoditi pangan pokok selama bulan April 2023 masih cenderung surplus. Pada komoditas beras, ketersediaannya diperkirakan mencapai 475.784 ton, sedangkan kebutuhan hanya 72.960 ton. Artinya, ada surplus sebesar 402.824 ton.
Namun di sisi lain, serapan beras Bulog masih terbilang rendah. Pada panen raya bulan Maret 2023 ini, serapan beras Bulog baru mencapai 6.000 ton padahal di tahun-tahun sebelumnya bisa mencapai 40.000-50.000 ton.
"Kesulitan Bulog untuk menyerap petani. Kalau itu kita kemarin memang setelah kunjungan kami ke Soppeng, Sidrap dan Pinrang itu memang problem yang ada di tingkat petani adalah pusat yang mengambil harga eceran tertinggi," kata Redindo.
Baca Juga: Tiga Titik Paling Rawan Macet di Sulsel saat Mudik Lebaran