IDI Sulsel Ingatkan Publik Waspada Hoaks soal Pandemik COVID-19

Masyarakat harus selalu mengkroscek informasi

Makassar, IDN Times - Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Sulawesi Selatan (Sulsel) kembali mengingatkan masyarakat untuk mewaspadai hoaks seputar pandemik COVID-19. IDI meminta masyarakat lebih bijak dalam menyaring informasi, khususnya dari media sosial, supaya tidak termakan informasi sesat.

Ketua Satgas COVID-19 IDI Sulsel, dr Abdul Azis, mengatakan ada banyak sekali informasi bohong yang bertebaran di media sosial. Terkadang, hoaks mencatut nama-nama orang terkenal atau ada juga yang mengatasnamakan profesor supaya informasinya terkesan asli. 

"Tapi kan kita semua bisa mencari tahu siapa yang lebih kompeten seperti misalnya COVID-19 ini. Begitu dapat informasi, tanyakan ke orang yang lebih berkompeten. Jadi sebelum share berita, kita kroscek dulu beritanya. Siapa yang sebar," kata dr Azis saat konferensi pers di kantor IDI Sulsel, Jalan Topaz Raya Makassar, Selasa (14/9/2021).

1. Hoaks COVID-19 bisa meresahkan masyarakat

IDI Sulsel Ingatkan Publik Waspada Hoaks soal Pandemik COVID-19ilustrasi hoax (IDN Times/Sukma Shakti)

Salah satu hal yang paling sering diperdebatkan saat ini adalah mengenai ada atau tidaknya virus Corona penyebab COVID-19. Hal ini kian diperparah dengan munculnya orang-orang yang terang-terangan mengklaim bahwa COVID-19 sebenarnya tidak ada.

Masih segar dalam ingatan, seorang dokter di Kabupaten Enrekang, Sulsel, yaitu dr Adiany Adil saat menyatakan dalam sepucuk surat bahwa diagnosis COVID-19 tidak ada. Hal semacam inilah yang dikhawatirkan akan membuat masyarakat semakin resah dan bingung.

"Jangan berita begini di blow up ke masyarakat. Karena masyarakat yang awalnya taat prokes, PPKM, bisa kendor lagi. Siapa yang tanggung jawab, tanggung jawab kita semua. Kalau ada berita begitu jangan disebar," katanya.

2. Ilmu pengetahuan bersifat dinamis

IDI Sulsel Ingatkan Publik Waspada Hoaks soal Pandemik COVID-19Ilustrasi tenaga medis ( ANTARA FOTO/Aditya Pradana Putra)

Pernyataan bahwa COVID-19 tidak ada dikhawatirkan menimbulkan keresahan karena pihak yang menyampaikan adalah dokter yang notabene dianggap lebih tahu mengenai kesehatan. Padahal belum tentu semua dokter menguasai ilmu terkait COVID-19.

Menurut dr Azis, ilmu pengetahuan bersifat sangat dinamis. Jika dahulu COVID-19 tidak dipelajari atau tidak ada dalam ilmu kedokteran maka bukan tidak mungkin penyakit itu baru dipelajari sekarang.

"Sama dengan flu burung, waktu saya masih sekolah tidak ada. Nanti tahun 2007, kami sudah lulus baru ada flu burung. Sementara text book dari 2003 tidak ada tentang flu burung," katanya.

Baca Juga: IDI Makassar Tolak Rencana Sekolah Tatap Muka di Sulsel

3. Bukan lagi zamannya berdebat COVID-19 ada atau tidak

IDI Sulsel Ingatkan Publik Waspada Hoaks soal Pandemik COVID-19Ilustrasi virus corona (IDN Times/Arief Rahmat)

Azis menegaskan bahwa seorang dokter mempunyai kode etik. Pasal 21 menyebutkan bahwa seorang dokter harus selalu mengasah, meningkatkan dan mengikuti perkembangan teknologi dan ilmu pengetahuan. 

Dengan demikian, kata dia, jika ada seorang dokter yang mengatakan sesuatu yang tidak sesuai perkembangan ilmu pengetahuan maka itu melanggar kode etik pasal 21. 

Azis menyebut sejauh ini memang masih ada saja orang-orang yang menganggap COVID-19 tidak ada. Bisa saja karena mereka memang tidak membaca. Namun dia menegaskan ada hal yang jauh lebih penting dari sekedar membahas soal COVID-19 ada atau tidak.

"Kita sepakat bahwa zamannya sekarang bukan lagi zamannya berdebat ada atau tidak ada COVID-19, tapi bagaimana kita bisa bangkit bersama melawan ini atau berdampingan, yang jelas ketika kita kena, kita tidak mengalami gejala yang berat," katanya.

Baca Juga: IDI Investigasi Dokter Enrekang yang Sebut Pasien COVID Tak Pernah Ada

Topik:

  • Irwan Idris

Berita Terkini Lainnya