Dinkes Kota Makassar Catat 65 Kasus DBD, Kecamatan Manggala Terbanyak

Tidak ada pasien DBD di Makassar yang meninggal dunia

Makassar, IDN Times - Dinas Kesehatan Kota Makassar mencatat bahwa hingga memasuki pertengahan Maret 2020, jumlah kasus demam berdarah dengue (DBD) di kota ini telah mencapai 65 kasus. Data tersebut merupakan kasus yang terjadi sejak Januari lalu.

"Di Makassar pada Januari ada 23 kasus. Ditambah 42 kasus di bulan Februari hingga Maret. Jadi sepanjang Januari - Maret ada 65 kasus. Tapi tidak ada kematian," kata Kepala Dinas Kesehatan Kota Makassar, Naisyah Tun Azikin saat dihubungi IDN Times, Jumat (20/3).

Naisyah mengatakan jumlah kasus DBD di Makassar itu masih terkendali karena tidak mengalami peningkatan dibanding tahun sebelumnya yang mencapai 268 kasus. "Dibanding tahun lalu belum terjadi peningkatan, mudah-mudahan tidak," katanya.

1. Jumlah tertinggi di Kecamatan Manggala

Dinkes Kota Makassar Catat 65 Kasus DBD, Kecamatan Manggala TerbanyakIlustrasi (ANTARA FOTO/Kornelis Kaha)

Naisyah menyebutkan kasus DBD di Makassar terbanyak berada di Kecamatan Manggala dengan jumlah 18 kasus lalu menyusul Kecamatan Panakkukang dan Mariso. Hal ini disebutnya merupakan siklus tahunan sebab ada banyak pemukiman padat penduduk di ketiga kecamatan tersebut. 

Meski jumlah kasus masih terkendali, namun Pemkot Makassar melalui Dinkes juga telah melakukan berbagai cara untuk menekan jumlah kasus DBD. Salah satu caranya yaitu dengan gencar melakukan sosialisasi. 

"Kita tetap lakukan upaya-upaya. Yang paling penting kan DBD soal PSN (pemberantasan sarang nyamuk) oleh masyarakat sendiri. Itu yang kita gencarkan. Sekarang kan masyarakat kota sudah semakin cerdas. Sudah tahu bagaimana gejalanya, bagaimana mencegahnya," kata Naisyah.

2. Pemerintah galakkan fogging

Dinkes Kota Makassar Catat 65 Kasus DBD, Kecamatan Manggala TerbanyakIDN Times/Muchammad Haikal

Selain itu, pemerintah juga menggalakkan pengasapan atau fogging di sejumlah titik. Fogging biasanya dilakukan pada pagi hari sebab di saat inilah biasanya nyamuk Aedes Aegypti seringkali berkeliaran. 

Meski begitu, Naisyah juga meminta kesadaran masyarakat untuk turut berpartisipasi dalam memberantas sarang nyamuk Aedes Aegypti penyebab DBD. 

"Kalau dari pemerintah ada fogging. Dengan foging kan sasarannya nyamuk dewasa. Jentiknya itu yang paling penting dibersihkan oleh masyarakat sendiri dengan 3 M," katanya.

Gerakan 3 M sendiri merupakan singkatan dari menguras, menutup, dan menguburkan barang bekas untuk memberantas berkembangbiaknya nyamuk Aedes Aegypti. 

Baca Juga: Di tengah Pandemi Virus Corona, DBD Telah Renggut 164 Jiwa

3. Nyamuk Aedes Aegypti berkembang biak di air bersih

Dinkes Kota Makassar Catat 65 Kasus DBD, Kecamatan Manggala Terbanyakilustrasi fogging untuk mencegah perkembangbiakan nyamuk (ANTARA FOTO/Muhammad Iqbal)

Lebih jauh lagi, Naisyah menjelaskan perilaku masyarakat perkotaan seperti Makassar yang kerap mengonsumsi makanan siap saji juga turut menjadi pemicu DBD. Pasalnya, makanan siap saji kebanyakan menggunakan wadah plastik. Jika dibuang sembarangan, maka akan berisi genangan air saat hujan. 

Dia juga menyebut bahwa sebenarnya jentik nyamuk Aedes Aegypti ini lebih banyak berkembang di air bersih. Namun banyak masyarakat yang sering salah kaprah karena menganggap jentik nyamuk tersebut hanya hidup di air kotor. 

"Dia menetas di tempat yang bersih sehingga itu yang kita imbau kepada masyarakat. Jangan membuang bungkus-bungkus makanan sembarangan karena kalau hujan itu menjadi wadahnya air. Di situ nyamuk bisa menetas.

Baca Juga: Tak Hanya Corona, Nurdin Abdullah Juga Minta Warga Sulsel Waspada DBD

Topik:

  • Irwan Idris

Berita Terkini Lainnya